Summer Pieces

Summer Pieces

Oleh:  Allein Gios  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 Peringkat
46Bab
1.7KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Di suatu musim panas Summer pindah rumah untuk kesekian kalinya. Ia bertetangga dengan keluarga yang hangat. Jon dan Kevin yang tinggal di rumah seberang, segera merubah hari-harinya yang kelabu. Ia juga bertemu sosok lain yang misterius, Cloud. Summer dihadapkan pada pernyataan mengejutkan kalau Jon dan Cloud sudah mengenalinya. Namun, ia sendiri sama sekali tak mengingat siapa dua sosok itu. Lantas siapakah Cloud ? Siapakah Jon ? Apa keterkaitan mereka dengan Summer ?

Lihat lebih banyak
Summer Pieces Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Lilin Merah
simple n keren
2022-06-09 22:10:51
0
user avatar
Teman Duduk
Dua sudut pandang, dan mengalir.
2022-06-09 19:40:18
0
46 Bab
1
SummerJuni, 2015Aku sangat mengantuk. Sekujur tubuhku begitu lemas. Tak mampu sedikit pun melakukan gerak kecil. Lalu tiba-tiba semua gelap. Aku merasa seperti melayang.Kemudian sedikit demi sedikit tersadar. Kubuka kelopak mataku. Biasanya ketika terbangun dari tidur ada cahaya yang menusuk mataku, atau mungkin bayangan kabur benda-benda di sekeliling kamarku. Tapi, kali ini semua hitam pekat. Aku mulai panik. Kukerjap-kerjapkan kelopakku, tapi nyatanya tetap saja gelap gulita. Aku jadi takut. Tak ada cahaya. Benar-benar gelap. Kucoba memanggil ibuku.“Mom!” suaraku menggema. Sepertinya ruangan ini luas.“Mom!” kucoba lagi lebih keras. Aku ingin melihat wajahnya. Aku mulai panik.Tapi, ibuku tak menampakkan diri. Yang kuterima hanyalah tawa mengejek. Suara laki-laki. Dua, atau mungkin tiga orang. Ketika sebuah sekat ruangan terbuka, cahaya temaram muncul dari sana. Mereka mendatangiku. Aku tak kenal mereka. Aku takut. Ini bukan rumah. Ini di mana?Aku mulai meracau kalut. Aku mere
Baca selengkapnya
2
JonJuni, 2015 Aku mengerang. ”Ada apa lagi, bibi?” kataku setelah menghampirinya ke dapur.Bibiku berdecak karena mengetahui responku.Aku tidak bisa mengelak dari panggilannya ketika ia melihatku melintasi ruangan itu. Sepertinya hari ini akan menjadi hari bebas yang tidak santai lagi untukku.Ia berkacak pinggang padaku. “Bisakah kau hilangkan nada mengeluhmu itu? Kau tahu, kau bertambah tampan kalau saja kau bersikap semanis biasanya. Aku tahu ini hari liburmu Jon… tapi, sepertinya aku membutuhkan banyak bantuanmu.”Aku menghela nafas berat. Seperti tikus yang terlanjur masuk dalam jebakan. “Oke, baiklaaah….”Ia geleng-geleng kepala. Lalu meringis, “Jangan buat aku merasa bersalah, please? Apa kau tidak iba sedikit pun dengan satu-satunya wanita yang tinggal di rumah ini dan harus memastikan semuanya beres sendirian?"Aku menghela nafas dan tersenyum. Luluh.
Baca selengkapnya
3
SummerJuni, 2015 “Apa kita benar-benar harus datang?”Ibuku mengangguk. “Segeralah berganti pakaian yang pantas! Jangan mengecewakan. Dia tetangga yang baik sekali. Jangan buat mom malu.”Aku merengek padanya. “Mom, bisakah aku di rumah saja, please?”“Tidak, Summy sayang. Kau harus ikut. Lagi pula kau satu-satunya anggota keluargaku, masa aku pergi sendirian?”Aku menghela nafas panjang. “Baiklah... baiklah...” berat hati harus ikut.Ibuku tersenyum dan mencium keningku. “Cepatlah! Aku tunggu kau di bawah.”Aku segera membuka lemari pakaianku. Melihat-lihat apakah ada dress yang tidak berlebihan dan pantas untuk kugunakan untuk malam ini. Tapi, aku mulai pusing mencari dan memilih mengenakan setelan favoritku. Celana jeans gelap dan kemeja berwarna gelap pula, plus sneakers. Masa bodoh! pikirku.Aku sangat lelah dan ingin sekali berdiam d
Baca selengkapnya
4
JonJuni, 2015 “Jadi Summer, kau akan sekolah di tempat kami ya?” tanyaku padanya sembari melihat cewek itu dari kaca spion tengah.Kesunyiannya di belakang membuatku jengah. Dan fakta bahwa hanya Kevin yang banyak bicara dari tadi membuatku bosan.“Yeah, mom mendaftarkanku di sana.”Sebelum aku merespon jawabannya, lagi-lagi Kevin mendahuluiku berbicara dan mulai cerewet lagi.“Please Sum, jangan jadi murid yang menyebalkan seperti Jon dan kawan-kawannya nanti, oke?”Oh! Dia yang mulai menyebalkan seperti biasanya!Kulihat dahi Summer berkerut. Ia tampak geli sekaligus waspada. Ia selalu terlihat curiga.“Aku memang tidak berniat menjadi murid menyebalkan. Memangnya dia dan teman-temannya kenapa?”Aku pun cepat-cepat memotong Kevin yang baru akan berbicara. “Jangan dengarkan dia, Sum! Dia itu sinting!”Kevin menatap tajam padaku. Aku pun
Baca selengkapnya
5
JonJuni, 2015 “Summer?” panggilku cemas ketika ia mulai sadar.Ia membuka kedua matanya perlahan. Summer mulai sadarkan diri dan terduduk di sofa.“Kau baik-baik saja?”“Apa kau pusing?” tanya Kevin mendekatinya, “Minumlah!” ia menyerahkan segelas air pada cewek itu.“Aku di mana?” tanyanya dengan raut menelisik. Mulai waspada.“Kau di rumah. Minumlah dulu,” saranku padanya.Summer segera meminum air yang diberikan Kevin. Ia meletakkan gelas yang sudah kosong itu di atas meja di hadapannya. “Apa yang terjadi?”“Entahlah, tiba-tiba saja kau pingsan sewaktu kita di danau. Lalu kami membawamu pulang,” jelasku padanya.Ia terkesiap. Sepertinya ia mulai sadar. “Maafkan aku.” Ia mulai menampakkan sorot menyesalnya. “Aku sudah merepotkan kalian. Apa kalian memberi tahu ibuku? Bagaimana kalian bis
Baca selengkapnya
6
SummerJuli, 2015 Ruangan ini terlihat asing. Kotor. Terbengkalai seperti tempat yang lama ditinggalkan. Ada sebuah meja di tengah ruangan dan beberapa kursi berserakan. Di sana ada dua lelaki sedang berbicara. Mereka berdiri di dekat jendela yang setengah dibuka. Dari situ aku tahu hari mulai terang. Aku baru terbangun dan menyadari aku tidak sedang berada di rumah.Spontan telapak tanganku terangkat untuk menutup mulut ketika menguap. Tapi, tanganku berada di depan dan tak bisa digerakkan. Kedua tanganku terikat menjadi satu. Aku menggerak-gerakkannya mencoba melepaskan tali itu, tapi tidak bisa.Seseorang di dekat jendela tertawa. Sementara itu, aku mulai kedinginan dan takut. Aku hanya mengenakan kaus dan rok selutut. Dan aku lapar. Aku ingin ayahku. Aku ingin ibuku.“Aku mau pulang,” aku mulai merengek.“Diamlah!” suara keras itu meneriakiku.Tangisku bertambah hebat.“Tenanglah! K
Baca selengkapnya
7
SummerJuli, 2005 “Kau tahu, kau kelihatan berantakan sekali!” suara anak laki-laki di sebelahku menyadarkanku.Aku kembali sadar setelah tertidur cukup lama. Dalam remang aku menyesuaikan pandangan. Aku menoleh ke sumber suara. Anak laki-laki itu sedang mengamatiku. Penasaran. Penuh rasa ingin tahu. Aku balas menatapnya. Lalu membenahi posisi dudukku. Kini kami duduk berhadapan dengan tumit sama-sama terlipat di depan. Kurasa ia beberapa tingkat di atasku.“Apa itu sakit?”Aku bingung. “Apanya yang sakit?”“Itu. Memar di dahimu.”Kedua tanganku yang terikat spontan terangkat menuju dahi. Jari-jariku meraba di sana. Saat menyentuh bagian samping kudapati rasa nyeri yang sangat menusuk. Aku merintih.“Sudah jangan di pegang lagi!” katanya dengan terburu padaku.Aku menurunkan kedua tanganku segera. Ia benar. Itu akan membuatku merasa sakit. Aku meliha
Baca selengkapnya
8
JonJuli, 2015 Aku dan Summer menaiki anak tangga. Kali ini ia membiarkanku menuntunnya. Kamar Summer ada di pojok depan atas rumah ini dan berhadapan langsung dengan tangga ke bawah. Aku dan Summer masuk ke dalam. Saat masuk ia tak repot-repot menyalakan lampu karena sepertinya lampu di dalam ruangan ini selalu menyala saat hari mulai gelap. Bahkan kamar ini memiliki tiga jendela. Dua menghadap ke rumahku. Dan satu menghadap ke halaman samping rumahnya yang ditumbuhi rumput dan beberapa pohon besar yang rindang.“Apa kau selalu membiarkan lampu menyala di dalam sini?”“Ya. Saat sore hingga pagi. Aku membiarkan ruangan ini terang, bahkan saat tidur.”“Kenapa? Kau takut gelap?”“Aku merasa tidak nyaman dalam kegelapan,” ia berkata sembari naik ke atas kasur yang berada di pojok dekat jendela samping. Summer berbaring di sana dan menyandarkan kepalanya ke bantalan empuk. Ia menepuk-nepu
Baca selengkapnya
9
JonJuli, 2015 Rumah sudah sepi. Pasti semua sudah meringkuk di kamar. Aku mengendap-endap masuk ruang tengah dan memastikan suasana aman. Dengan langkah pelan aku menaiki anak tangga. Sampai di lantai dua aku bergegas menuju kamarku. Pikiranku hanya tertuju pada sesuatu yang ada di laci dalam lemari pakaianku. Aku membukanya dan membolak-balik segala nota, surat penting, dokumen, dan catatan yang ada di sana. Lalu kutemukan benda itu di sela tumpukan kertas paling bawah. Aku segera menyambarnya dan kembali ke rumah Summer.Aku berjalan ke arah rumah Summer tepat saat Rosalie keluar dari mobilnya. Wanita yang gemar di dapur itu, banyak sekali berubah. Tubuhnya lebih kurus dari pada dulu. Rambutnya menjadi lurus dan selalu digulung rapi. Tanpa poni. Dan kini ia berkaca mata. Wanita sama yang sering menyiapkan puding, cookies, dan jus jeruk untukku dan Summer dulu. Aku menemuinya sembari berharap ia bukan penghalang agar aku bisa masuk bertemu Summer m
Baca selengkapnya
10
SummerJuli, 2015Kami duduk di ruang tengah. Aku, Jon, dan mom. Acara utamanya adalah membicarakan tentang aku dan Jon. Takdir yang memisahkan dan mempertemukan kami kembali setelah sekian tahun. Mom yang melankolis sudah dipastikan mengeluarkan air mata.Entah mengapa sehari menjadi waktu yang sangat ajaib buatku. Duniaku, memoriku, diriku, sosok-sosok lama yang kembali hadir, segalanya berputar ulang. Cloud yang mengaku mengenalku, walaupun aku tidak pernah merasa mengenalnya. Dan meski berusaha keras hingga kepalaku sakit, aku tidak menemukan gambaran tentangnya. Belum selesai dengan Cloud, muncul hal mengejutkan tentang Jon. Sosok yang selalu bersamaku dulu, yang tidak pernah bisa kuingat lagi bagaimana wajah atau nama lengkapnya. Kini aku sadar cowok di hadapanku itu adalah Jonathan Finch. Aku langsung ingat ketika melihat selembar foto yang ia sodorkan padaku. Bocah kecil itu adalah dia. Mengenal Jon kembali sama dengan membuka kenangan lama bersama dad. Aku takut mengingat se
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status