Share

Streaming Neraka
Streaming Neraka
Penulis: Mega Kembar

Konspirasi Iblis dan Manusia

Sret ... denting rantai bergema di sepanjang bebatuan panas. Ratapan anak manusia terdengar menyayat hati saat gerbang Dunia Bawah berada tepat di depan mata. Gabriel menghela napas, menatap dua iblis penjaga pintu Neraka.

"Tolong, buka pintunya. Aku ingin bertemu dengan pemimpin kalian."

Alih-alih mengiyakan permintaannya, penjaga gerbang justru membeku dan saling melirik satu sama lain. Tidak salah memang saat melihat petinggi Angelus mendatangi tempat bara api abadi yang menjadi rumah para pendosa.

Apa Malaikat satu ini tidak salah masuk?!

"Kenapa diam?" tanya Gabriel. "Cepat buka pintunya! Aku tidak memiliki banyak waktu, nih. Pekerjaanku masih banyak, tahu?!"

"Maaf, Tuan Malaikat. Tapi apa anda memiliki surat izin untuk masuk ke wilayah kami?" tanya salah satu dari mereka.

"Surat izin?! Sejak kapan ada peraturan seperti surat izin?" Gabriel mengernyit, menoleh pada dua juniornya. "Apa kalian pernah mendengarnya?" 

"Tidak. Petinggi Ramiel tidak pernah mengatakan apapun pada kami." 

Secepat pengakuan itu datang, Petinggi Kebajikan kembali melihat iblis penjaga dengan sorot mata tajam penuh peringatan. "Kalian mau menipuku atau apa? Cepat buka pintunya!" 

"Tidak bisa. Ini perintah dari yang mulia Tuan Lucifer. Kami tidak boleh membiarkan siapapun masuk tanpa ada izin darinya."

Penolakan dan sikap perlawanan itu membuat raut wajah Gabriel muram, ia jadi bimbang harus melawan atau tidak. Bertarung di depan gerbang Neraka sepertinya bukan ide yang bagus.

Omong kosong ini kapan berakhir?

"Untuk apa kamu menemuiku, Gabriel?" 

Beruntung saat dilanda kebimbangan bala bantuan datang tepat waktu. Gabriel menatap sosok pendatang baru yang terbang di atasnya. Dia memiliki perawakan tinggi, bertanduk dua, berparas wajah mengerikan dan berkulit semerah darah. Di seluruh bagian tubuhnya terselimuti kobaran api menyala. 

Penampilan Raja Iblis itu sangat kontras dengan bentuk para Malaikat yang sederhana tanpa gemerlap cahaya. Mereka memang sedang dalam mode human form bukan Angelus. Toh, wujud manusia ini sangat menghemat energi. Lagi pula mereka tidak sedang dalam kondisi perang.

"Lucifer ... senang melihatmu lagi." 

Gabriel menyapa ramah. Bagaimanapun dulu Lucifer pernah menjadi petinggi Malaikat sebelum terusir Surga. Sikapnya yang sombong membuat ia terjerumus dalam lembah dosa besar.

"Tidak usah berbasa-basi, Gabriel. Aku muak melihatmu. Katakan saja, apa tujuanmu datang kemari?" 

Gabriel merenggut, tetapi tidak memprotes sikap permusuhan Lucifer. Malaikat pengantar pesan itu memilih mengambil tali rantai yang mengikat jiwa manusia Jack, lalu menyodorkannya pada Raja Iblis yang hanya meliriknya sekilas.

"Apa maksudmu mengirim jiwa manusia ini pada Raphael?" tanya Gabriel dengan sorot mata menuntut penjelasaan.

"Dia ini seorang penipu. Dunia Atas tidak menerima kelicikannya. Seharusnya kamu tahu itukan, Lucifer? Kamu-kan pernah bekerja di Departement yang menangani kasus ini."

Alis Lucifer mengerut. Manik merahnya menatap tajam pria yang disodorkan Gabriel. Tidak ada satu pun ingatan tentang sosok manusia satu ini. Bahkan ini kali pertama ia melihatnya.

"Apa maksudmu? Aku tidak mengerti. Memang kapan dia mati?"

Gabriel tertegun. "Lho, bukankah kamu yang meminta Mammon untuk mengirimkan jiwa manusia ini pada Raphael?!"

"...."

"Kenapa diam? Itu benarkan?"

"Tidak. Aku tidak pernah menyuruh Mammon melakukannya." 

Lucifer bersedekap dada, menolak apa yang dituduhkan Gebriel. Meski Lucifer dan Mammon adalah teman dekat, tetapi mustahil ia memberi perintah demikian.

Jelas saja, seluruh Iblis di alam semesta memiliki tugas untuk menggoda manusia agar terjerumus dalam lembah dosa dan terseret masuk Jahanam. Mustahil bersikap sebaliknya.

Sangkalan Raja Iblis membuat Gabriel diam seribu bahasa.

"Hmm ... ya, sudahlah! Mulai sekarang jiwa manusia ini milikmu. Aku masih banyak pekerjaan. Aku pergi dulu."

Setelah berpamitan Gabriel berubah wujud dalam mode Angelus, kemudian terbang bebas menuju Dunia Atas diikuti dua juniornya. Jack yang melihat kepergian mereka berusaha mengejar, ia tak mau ditinggalkan di Dunia Iblis.

"Diam, Bajingan!" Lucifer menyalak, menghentikan aksi pemberontakan Jack.

"Apa yang kamu berikan pada Mammon sampai ia melanggar perintahku?"

Lucifer sangat hapal dengan sifat raja Iblis bernama Mammon. Keserakahannya tidak mungkin membuat ia berakhir menjadi pengkhianat. Pasti ada alasan yang menguntungkan di balik tindakannya.

"...."

"Kenapa diam, Sialan? Ayo, jawab pertanyaanku!" raung Lucifer murka. Namun, Jack tetap mengatupkan bibir rapat-rapat. Seketika itu juga, Lucifer tersadar.

"Sialan, si Gabriel pasti menanamkan sihir pembisu."

Lucifer menjentikkan jari, seketika itu Jack langsung berteriak meminta dibebaskan. "Lepaskan aku, Iblis Bajingan!"

"Tidak semudah itu manusia. Jawab pertanyaanku. Apa yang kamu lakukan pada Mammon? Kamu mengenalnya, bukan?"

"Aku tidak melakukan apa pun! Iblis itu yang menjanjikanku masuk Surga." 

"Hahaha."

Lucifer tertawa terbahak-bahak. Suaranya yang keras mengundang hawa dingin. Manusia yang mendengarnya pasti akan bergetar ketakutan. Namun, tidak untuk Jack. Pria itu masih berdiri angkuh menatap sengit sang kesombongan itu sendiri. 

"Orang berlumur dosa sepertimu ingin dikelilingi bidadari? Jangan melucu! Itu tidak akan pernah terwujud."

Lucifer menatap jijik manusia redahan di depannya. Mereka memang makhluk Tah tahu diri, melakukan berbagai kejahatan tetapi ingin tinggal di Surga. Sungguh, mimpi di siang bolong. 

"Cepat, seret manusia ini masuk Jahanam!" Lucifer melemparkan rantai di leher Jack pada dua iblis penjaga. "Serahkan dia pada Leviathan."

Mendengar perintah tersebut, Jack meronta. Kini Neraka tepat di depan matanya. Tempat yang selama ini dihindari sampai harus menipu Iblis. 

Menipu Iblis ....

Benar. Masih ada satu cara untuk selamat.

Jack tersenyum culas dan berteriak, "Tunggu!"

"Apalagi, Bajingan?"

"Saya memiliki penawaran untuk yang mulia tuan Lucifer."

"Oh ya? Apa itu?"

"Bagaimana kalau kita ________" Jack berbisik di telinga Lucifer.

Itulah awal dari konspirasi alam semesta. Akankah ada yang selamat?

***

Jakarta, Oktober 2017

"Festival Halloween?"

Bendito Agas Candara menatap aneh pemuda berkulit putih porselen dengan gaya rambut dwi warna, merah delima dan obsidian.

Parasnya sangat rupawan. Ia memilki gigi taring, hidung mancung, rahang tegas, pipi tirus dan manik mata tajam. Sayangnya sifatnya nol besar. Lihat saja, raut kesombongan itu tak pernah pudar.

"Kenapa? Ada yang salah?!" tanya Kyler Lucian Maghata.

Kemewahan yang dimilikinya membuat Kyler tumbuh menjadi pemuda yang angkuh. Merasa diri lebih baik dari orang lain. Sikapnya yang otoriter tersebut membuatnya terpilih menjadi Ketua OSIS di SMA Harapan Jaya dengan kendali uang dan koneksi.

Dengan menjabat sebagai pemimpin sekolah, Kyler bebas melakukan apa saja, termasuk menentukan acara festival ahunan Sekolah. Namun, itu tidak berjalan dengan mulus ketika Wakil Ketua OSIS terlihat tidak suka dengan usulannya.

"Ayolah, Ben ... setiap tahun sekolah kita hanya mengadakan pesta amal. Itu sangat membosankan. Kita butuh sesuatu yang fresh!" bujuk Kyler memaksa.

"Tapi tidak festival Halloween juga, Kyler." 

"Lalu apa?"

"Kita bisa membuat pertunjukan drama atau gerai penjualan. Apa saja selain Halloween."

Kyler mendengkus. "Itu terlalu Girly, Ben. Kita semua butuh sesuatu yang Manly ... menantang dan menegangkan."

"Kita?!" ulang Ben mencibir. "Itu, mah mau-maunya kamu saja. Dasar Brengsek!".

Buyar sudah ... Ben habis kesabaran.

Dia mulai menanggalkan sopan santun. Sejenak melupakan jika tengah berada di rapat penting OSIS. Sikap keras kepala rivalnya memang terkadang menjengkelkan.

"Ya, tidak masalah, kan? Toh, sebentar lagi Halloween. Acara sekolah kita pasti ramai."

"...." Ben terdiam. Nyatanya sikap semangat Kyler menular. Apalagi saat Ketua OSIS itu kembali melancarkan godaan.

"Ayolah, Ben ... Val pasti senang ada bahan untuk Channel Mytube-nya."

"Pala kau! Si Valen takut hantu, Geblek."

Ben mengumpat, teringat akan Ray Valentino yang memulai karir dengan menjadi Vlogger. Kondisi sosial ekonominya yang tak beruntung, membuat Valen harus bekerja keras.

"Oh ya, lupa," ringis Kyler menepuk jidat.

Memang baik Kyler, Ben dan Valen adalah sahabat kecil yang terpisah saat SMP. Mereka kembali bertemu di SMA. Namun, tahun-tahun yang terlewat membuat pertemanan mereka canggung. Hanya Valen yang bersikap sama, sedangkan Ben dan Kyler terlihat bermusuhan.

"Eh, tapi kalau menyangkut uang, Val pasti setuju." 

Pantang menyerah, Kyler masih terus membujuk wakilnya, mengabaikan anggota OSIS  lain yang hanya bisa tertunduk. Tidak berani ikut berkomentar. Takut akan bayang-bayang kekuasaan keluarga Kyler. Bagaimana MAGA GROUP adalah donatur terbesar di Sekolah.

Ben berdecak, merasa kesal sendiri. Beradu argument dengan Kyler membuat lelah. Sahabat kecilnya itu pemaksa sekali, pada akhirnya Ben hanya bisa setuju.

"Terserah, deh. Tapi kalau ada sesuatu yang terjadi. Kamu yang tanggung jawab."

"Parno-an, ah. Serahkan saja semuanya padaku."

Kyler menepuk dada bangga, lalu beralih melihat ke arah sosok siswi berkacamata yang duduk di samping Wakil Ketua OSIS. 

Dialah Aletta Ramona, sekretaris OSIS sekaligus gadis incaran Kyler.

Aletta merupakan siswi beasiswa yang satu SMP dengan Valen. Aletta memiliki tampilan fisik dengan rambut hitam sepunggung, pipi cabi, hidung pesek, bibir tipis, kulit pucat dan manik mata terang kecokelatan.

"Khem! Melihatnya biasa saja." Ben  menegur Kyler yang terpaku menatap wajah manis Aletta. 

"Santai, Bro. Dia bukan tipeku."

"Lah, aku tidak bertanya dia tipemu atau bukan?!"

"...."

Kyler merona, tersinggung dengan seringai yang terpoles di wajah Ben. Jelas sekali ada ejekan di sana. "Bodolah ... Hoi, Aletta!"

"Iya, Ketua," cicit Aletta menyahut.

"Stop, bicara pelan! Tidak kedengaran, tahu?" tegur Kyler sinis.

"Maaf, Ketua."

Aletta tertunduk, merasa sedih dan takut dengan sikap permusuhan Kyler. Jujur, ia tidak tahu apa kesalahannya. Dari kelas satu, Aletta selalu menjadi target bully sang pewaris MAGA Group.

Kyler sendiri sebetulnya merasa bersalah. Ia tak ingin bersikap arogan pada pujaan hatinya. Namun, ia malu untuk mengakui perasaan ini, terlebih Kyler mengetahui bahwa Aletta menyukai Valen yang tidak peka sama sekali. Untuk itulah, Kyler berperan sebagai antagonis. Diam-diam mengubur rasa cintanya sendiri.

Kyler menghela napas pelan. Ini bukan saatnya untuk Baper. Ketua OSIS itu lalu memberikan aturan, bahwa dalam festival Halloween tanggal 31 Oktober nanti tidak boleh ada murid yang memakai kostum hantu sama.

Peraturan tersebut disambut dengan tatapan tak percaya semua anggota OSIS. Memang Kyler pikir ada berapa banyak kostum hantu yang ada dimuka bumi ini,  jika dibandingkan dengan jumlah seluruh siswa di SMA yang mencapai ribuan jiwa. 

Jelas pasti kurang! 

Akan tetapi, siapa mereka yang berani membantah titah Ketua OSIS?! 

Wakilnya saja keder apalagi murid kentang seperti mereka. Dengan perasaan dongkol para anggota OSIS membubarkan diri.

Mereka tidak menyadari sosok lain yang ikut mencuri dengar pembicaraan. 

"Bagus, Nak!"

Bersambung.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status