Share

Berkumpulnya Para Hantu

Tidak terasa seminggu berlalu sejak kejadian panas di ruang OSIS. Persiapan acara Halloween telah rampung dikerjakan setiap kelompok. Misalnya, pengurus stand konsumsi. Mereka mengolah jenis makanan dengan menyelipkan nuansa horor. Seperti kue tengkorak, jus darah, snacks serangga dan lainnya.

Bukan hanya tim konsumsi yang bekerja maksimal, tetapi bagian dekorasi pun menunjukan keahliannya. Halaman outdoor dirancang memukau dengan lampu hias dan kepala labu khas hantu Jack O'Lantern. Patung dan hiasan ala hantu-hantu Barat maupun lokal pun terpasang apik sepanjang taman sekolah.

Di stand permainan pula terdapat banyak game seru seperti Apple Bobing, Cermin Bloody Marry, Mummy Wrap dan lainnya. Di puncak acara ada pemburuan kotak misteri yang digabung dengan tradisi Track Or Treat.

"Kalian tidak pulang?" 

Kyler berdiri sambil menyampirkan ransel mewahnya di punggung. Rapat terakhir OSIS baru saja selesai. 

Meski pertanyaan tadi ditunjukan pada anggota OSIS yang tersisa di ruangan. Namun, tatapan Kyler hanya terpaku pada satu orang gadis.

"Tidak. Kalau pulang dulu nanti takut ketinggalan acaranya. Rumah kami jauh dari sekolah," sahut bendahara OSIS bernama Cerry Andriana.

"Oh, terus kostum hantunya? Kalian tidak akan pakai?" tanya Kyler lagi, sedikit berharap Aletta akan menjawabnya.

"Ada di tas. Nanti kita bisa pakai kamar mandi sekolah untuk gantinya."

Akan tetapi, harapan itu pupus ketika gadis lain yang menjawabnya. Kyler menghela napas, memilih untuk menyerah dan pergi saja. "Oh, oke. Aku pergi."

"Aletta ... kenapa diam saja? Takut sama Kyler, ya?" 

Pertanyaan Zaneta membuat langkah kaki Kyler melambat. Penasaran juga ia akan pendapat Aletta tentangnya.

"Bukan begitu. Aku hanya risih saja. Ketua sepertinya membenciku."

Kyler meruntuk. "Dasar gadis polos. Aku seperti ini karena menyukaimu."

Tidak ingin larut dalam kesedihan, Ketua OSIS pun kembali melanjutkan perjalanan. Tidak lagi memiliki mood untuk menguping pembicaraan tiga siswi di belakangnya. 

***

"Lucian ... Kostum ini bagaimana? Apa cocok untukku?" 

Setelah kejadian di ruang OSIS, Kyler memutuskan mengajak kedua temannya ke tempat penyewaan kostum hantu. Sebenarnya ini adalah ide Valen yang merengek tidak mempunyai pakaian untuk ke festival.

"Luci ... Lucian ...." Valen terus memanggil-manggil nama Kyler, tetapi sang empunya nama masih larut dalam angan.

"Woy, Buddeeeek!" teriak Valen membahana tepat di telinga Ketua OSIS.

Kyler terperanjat. "Berisik! Aku mendengarnya."

"Ya. Kalau dengar jawab, dong."

"Oke, apa?"

Meski dengan rengutan, tetapi Valen tetap menunjukan satu stel pakaian berwarna putih terang pada sahabatnya. Tidak lupa sepasang sayap berbulu dengan aksen senada.

Valen tersenyum cerah. "Kalau aku pakai kostum Angel ini bagus, tidak?"

"Hm ... bagus."

"Serius, Lucian. Aku tidak bisa terlihat buruk di depan para subscribers. Nanti viewers-ku menurun," rengek Valen berlinang air mata. Kumat sudah penyakit lebaynya.

Kyler menepuk jidat. "Aku serius, itu cocok untukmu. Matamu berwarna biru, bukan? Itu kuat dengan image Malaikat."

"Benarkah?" Valen berbinar-binar senang.

"Of course."

"Ya, terima kasih. Kamu memang sahabat terbaikku."

Valen berhambur memeluk erat tubuh Kyler sambil tertawa-tawa bahagia, mengabaikan keberadaan Wesley Guraxa yang mengernyit dengan kedekatan mereka. 

"Lepaskan bodoh! Orang lain bisa salah paham," hardik Kyler mendorong tubuh Valen menjauh.

"Oh, iya ... iya, Sorry."

Ketiga siswa itupun kembali sibuk memilih kostum hantu.

***

Malam Hari ....

Kerlap-kerlip lampu festival membuat Aletta mengukir senyum manis. Dengan mengenakan gaun putih panjang dan rambut tergerai bebas, Aletta siap untuk menyambut festival Halloween. Riasan di wajahnya memang di glamor seperti yang lain. Hanya tamburan bedak bayi dan lingkaran hitam di bawah mata. Tidak lupa menambahkan kesan darah di sudut bibirnya.

Benar, Aletta memilih mengenakan kostum hantu lokal asal Indonesia, yaitu Kuntilanak. Sungguh dirinya tidak tahu banyak mengenai kostum hantu lain, terlebih hantu yang berasal dari Negari Barat ataupun Timur. 

"Hei, Aletta ... Kemari!"

Mendengar namanya dipanggil, Aletta langsung menoleh ke asal suara. Terlihat seorang gadis bergaun merah muda di atas lutut. Selendang berwarna senada bertengger manis di lehernya. Di tambah riasan jempit unik berbentuk mahkota, menambah kesan imut, seksi dan mewah.

"Erna?!" panggil Aletta pada siswi bersoftlens merah delima. Dialah Erna Zee Asmila, teman sebangku Aletta sejak kelas satu.

Erna tersenyum, merangkul bahu Aletta akrab. "Dari tadi aku mencarimu. Ke mana saja?"

"Maaf, tadi aku sibuk dengan OSIS."

"Oh, terus sekarang sudah selesai?"

"Iya. Seperti yang kamu lihat."

Erna mengangguk mengerti, kemudian menggandeng tangan Aletta dan mengajaknya berkeliling menikmati festival Halloween yang telah dimulai. Sesekali dua sahabat itu berhenti untuk mencicipi hidangan yang disuguhkan sampai mereka tiba di stand permainan Cermin Bloody Marry.

Sementara itu, tak jauh dari sana Kyler menghentak-hentakkan kakinya penuh amarah. Bibirnya senantiasa mengumpat dan menggerutu kesal pada setiap siswa-siswi yang diam-diam membicarakannya.

Jelas saja, kostum yang dikenakan Kyler jauh dari image sombongnya. Bayangkan saja Ketua OSIS terbungkus dengan kostum hitam dan topeng kepala labu khas hantu Jack O'Lantern. Sosok legenda cerita rakyat yang konon arwahnya tidak diterima di Surga maupun Neraka.

"Katanya kalau kita berdiri di depan cermin terus memanggil nama Bloody Marry tiga kali, nanti kita akan diperlihatkan siapa jodoh kita di masa depan."

"Oh ya? Aku baru mendengarnya."

Suara itu membuat Kyler menengok ke asal suara, terlihat Aletta berbincang seru dengan siswi bergaun seksi.

Tunggu ....

Kostum hantu apa itu?

"Tapi mitosnya selama ritual tidak boleh melihat ke belakang," tutur Erna memberitahu aturan permainan Bloody Marry.

"Wow, menarik sekali," puji Aletta tersenyum lebar. "Tapi kenapa tidak boleh, ya?"

"Soalnya nanti Bloody Marry akan datang dan membunuh setiap orang yang melanggar peraturannya."

Erna mencoba menakuti-nakuti. Mimik wajahnya dibuat menyeramkan. Meski tentu saja gagal karena riasan make up tebal di wajahnya.

Aletta hanya terkekeh geli.

"Ck ... Bodoh sekali! Mitos begitu saja dipercaya." 

Aletta dan Erna tersentak dengan suara yang tiba-tiba muncul di antara mereka. Keduanya menoleh untuk mendapati tiga orang siswa berjalan mendekat.

"Siapa, yah?" 

Erna mengenali dua dari mereka. Antek-antek dari Ketua OSIS, tetapi tidak untuk siswa terakhir yang mengenakan topeng labu. Namun, dari nada suaranya terasa familiar.

Di mana Erna pernah mendengarnya?

"Bodoh seperti biasanya, Zee," ejek Kyler.

"Tunggu! Suara ini ...." Erna berpikir keras, di detik kelima sorot matanya melotot sempurna.

"Kamu ... Kyler?"

"Berisik!" hardik Kyler membuka topeng labu-nya, membuat rambut merahnya berkibar tertiup angin malam.

"Ketua!" pekik Aletta sangat terkejut dengan penampilan Kyler yang tak biasa.

Aletta pikir Ketua OSIS itu akan mengenakan kostum yang menunjukan keangkuhannya. Mungkin kostum Vampire atau Drakula akan cocok untuknya karena itu menunjukan fitur wajah.

"Apa?" ketus Kyler menatap tepat iris manik terang Aletta yang menanggalkan kacamata bulatnya. Jujur saja, Kyler terkesima oleh kecantikan siswi berkostum Kuntilanak itu.

"Kamu juga akan meledek kostumku?" tuduh Kyler. 

Aletta terperanjat. "T-tidak. Maksud saya ... Saya_____"

"Alahhhh, basi," sela Kyler memotong pembelaan Aletta yang kini tertunduk sendu.

Di sisi lain, Erna yang tidak terima dengan bentakan itu langsung melotot bengis, mencengkram kerah pakaian hitam Ketua OSIS.

"Hei, bisakan tidak perlu asal menuduh,  Bajingan?!"

"Kenapa kamu yang sewot? Ada masalah dengan gaya bicaraku?" Kyler ikut tersulut emosi, membuat suasana semakin memanas.

"Sudah, Erna. Aku baik-baik saja," bujuk Aletta berusaha menenangkan sahabatnya.

"Tidak bisa begitu, Aletta. Aku tidak terima kamu dimarahi oleh pemuda norak ini."

Bagai menaburkan minyak dalam api, raut wajah Kyler semakin berkerut marah. 

"Bercermin dulu sana. Penampilanmu juga norak. Ini tuh festival Halloween, bukan fashion show. Kamu seharusnya memakai kostum hantu bukan gaun mini, Dasar Cabe!"

"Dasar Kuper!" raung Erna ganas. "Ini tuh kostum Les Dames Balances. Hantu dari Prancis. Kamu saja yang mainnya kurang jauh. Mengaku saja anak Miliarder, tapi ke luar Negeri saja tidak pernah." 

"Sialan! Apa maksudmu?" bentak Kyler murka. Jebol sudah batas kesabarannya.

"Apa?" tantang Erna tak kalah galak.

Kyler berdecih. "Kalau bukan seorang gadis, aku sudah menghajarmu."

"Sini, kalau berani ... Pengecut!"

"Cukup, Erna. Ayo, kita pergi dari sini!" 

Alettamenyeret sahabatnya pergi, meninggalkan Kyler yang mengepalkan tangan kuat.

***

 Waktu terus berlalu, tak terasa festival sekolah telah mencapai puncak acara. Kini hanya tinggal satu permainan lagi yang tersisa yaitu Track or Treat.

Permen atau Jail adalah sebuah permainan yang sering dilakukan anak-anak saat Halloween berlangsung. Caranya dengan berkeliling di setiap rumah untuk meminta permen, jika tidak dikasih mereka akan mengacau.

Game terakhir ini dirancang khusus oleh Kyler yang telah menyuruh anak buahnya untuk menyebarkan kotak misteri berisi voucher hadiah ke beberapa rumah dekat sekolah. Nantinya para peserta akan meminta kotak tersebut dengan imbalan melakukan apa saja yang diperintahkan sang tuan rumah. Tidak semua orang akan mengikuti permainan ini. Peserta dipilih dari pemenang kostum terbaik.

"Oke, semua peserta sudah berkumpul. Aku akan membacakan pembagian kelompok timnya."

Kyler mulai membacakan nama-nama kelompok yang terdiri dari tiga orang. 

"Erna dari kelas 11 IPA-2, dan Aletta dari kelas yang sama ...."

"Yes, kita satu kelompok." Erna berhambur memeluk Aletta dengan perasaan bahagia. Akan tetapi ....

"Lalu, aku dari kelas 11 IPA-1."

... Kebahagiaan itu sirna saat mengetahui anggota ketika yang tak lain adalah Ketua OSIS yang dimusuhinya.

"Apa? Apa maksudnya 'AKU'? AKU siapa?" tanya Erna beruntun. Mengenyahkan pikiran buruk yang mulai bersarang. Berharap apa yang ada di pikirannya salah tentang Kyler yang masuk ke kelompoknya.

Kyler menghela napas. Ia akui sangat senang bisa satu kelompok dengan Aletta. Memang ialah yang mengusulkan pada panitia acara untuk menyatukan dirinya dengan Sekretaris OSIS agar bisa dekat dengan pujaan hatinya. Namun, tidak dengan Erna.

Kyler pun tak mau satu kelompok dengan gadis cerewet itu. Tahu begini mending ia satu tim dengan Valen. Namun, sahabat kecilnya itu sudah masuk kelompok Ben.

"Ya aku ... Kyler Lucian Maghata."

"Tidak! Aku tidak setuju. Aku tidak mau satu kelompok dengan manusia sok kecakepan sepertimu," tolak Erna mengernyit jijik.

"Maaf, tapi aku juga tidak setuju."

Seorang siswi berkostum Bloody Marry ikut mengacungkan tangan. Menolak keras hasil keputusan kelompok yang dibacakan Kyler. Di samping itu, Ketua OSIS pun mengerutkan alis heran karena tidak mengenalinya.

"Siapa kamu? Kenapa berani membantah perkataanku?" sentak Kyler menatap tajam siswi yang berdiri di dekat Valen.

"Loh, Lucian. Karin kan satu SD dengan kita. Dia juga teman SMP-mu, bukan?" tanya Valen innocent.

"...."

"Dasar sombong! Masa teman sendiri saja tidak kenal," cibir Erna mengejek.

"Sudah tidak usah berdebat lagi! Permainan akan segera di mulai," ujar Ben menengahi situasi.

Mereka pun mulai berpencar.

Let's start this game!

Bersambung.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status