Share

Si Buta Dari Hutan Mblesek (LDN seri 2)
Si Buta Dari Hutan Mblesek (LDN seri 2)
Penulis: Donat Mblondo

1. Malam yang menegangkan

Di tengah malam yang sunyi, dingin, dan gelap dengan kegelapan yang pekat. Di mana orang-orang telah terlelap dan terbuai oleh mimpi-mimpi mereka.

Li Lin, tiba-tiba terbelalak karena merasakan suatu firasat buruk. Saat itu, kultivasinya telah menembus tingkat pendekar tahap pertama. Anak itu berhasil membentuk roh hewan spiritual seekor kucing, dan memberinya nama Miao Cing. Sejak melatih Miao Cing, pendengaran Li Lin semakin tajam dan semakin peka terhadap suara.

Sejenak, Li Lin menatap sebuah pedang kayu yang ia gantung di dinding kamarnya, sembari mengingat kejadian beberapa waktu yang lalu. Yaitu saat melawan seekor monster kampret di hutan rungkud bersama sahabatnya, Ampy Ang dan Renggin Ang. Anak itu merasa pedang yang ada di hadapannya saat ini bukanlah pedang biasa. Terakhir kali ia mengingat, suatu gumpalan roh yang memiliki aura gelap, menenggelamkan jiwanya ke dalam kabut hitam yang pekat. Sementara roh tersebut, mengambil alih tubuhnya. [Baca bab 9 seri 1]

"Apa yang terjadi pada saat itu? Waktu itu, aku benar-benar tidak bisa menguasai tubuh ini," gumamnya kepada diri sendiri.

"Aaaaargh!"

Samar-samar, Li Lin mendengar suara orang mengerang. Suara itu, seperti berasal dari depan pintu gerbang Kediaman Lin. Padahal, jarak antara kamar Li Lin dan pintu gerbang kediaman cukup jauh hingga membutuhkan perjalanan tujuh puluh langkah kaki.

Li Lin meraih pedang kayu tersebut dan bergegas keluar dari kamarnya. Ketika dia membuka pintu kamar, tubuhnya diterpa desiran angin yang kencang menyamarkan suara-suara langkah kaki.

Suara langkah kaki? Li Lin berjalan satu langkah ke depan pintu kamarnya, lalu mengedarkan pandangannya dari ujung sisi kanan ke ujung sisi kiri.

Whuuuuuuuuush!

Seseorang melesat cepat ke arah Li Lin sembari mengayunkan pedangnya. Dengan sigap, Li Lin pun menghindar dan menangkis ayunan pedang tersebut dengan pedang kayu yang berada dalam genggamannya. Tampak seorang pria memakai jubah hitam, dengan topeng merah bertanduk melekat di wajahnya. Beberapa kali Li Lin menagkis ayunan pedang pria itu dengan menggenggam erat pedang kayu miliknya menggunakan kedua tangan.

Pedang kayu macam apa itu! Bagaimana bisa pedang kayu yang tampak lapuk itu menangkis beberapa ayunan pedangku? Bahkan tidak tampak retakkan sedikitpun padanya? ujar si pria bertopeng dalam benaknya.

"Miao Cing, bangunkan ayah di kamar sebelah!" ucap Li Lin memanggil roh hewan spiritualnya.

Miao ....

Kucing itu pun segera menjalankan perintah tuannya. Namun, saat ia mendobrak pintu kamar sang Pemimpin Keluarga Lin, rupanya pria itu sedang dalam masalah besar. Di samping ayah Li Lin yang baru saja terbangun dari tidurnya karena suara keras dobrakan pintu, ada seekor ular putih naik ke ranjang hendak mematuknya.

Grrr!

Miao Cing menggeram. Dia melompat siap mencakar ular itu, tiba-tiba ular itu membesar dan menghantam tubuh Miao Cing dengan ekornya. Kemudian datang sekitar seratus pasukan ular putih berbondong-bondong menyerang Bersa Lin, ayah Li Lin. Salah satu dari ular-ular itu berhasil mematuk mata kakinya menyebarkan bisa racun dingin.

Kaki Bersa Lin seketika itu menjadi mati rasa, hawa dingin menyelimuti tubuhnya saat racun itu mulai menyebar ke lutut, pinggang, hingga ke seluruh tubuhnya.

"Ratu siluman ular putih! Kita tidak memiliki dendam apapun. Apa yang membuatmu datang mengacau di kediamanku?" ucap Bersa Lin gemetar.

Ssssh!

Monster ular putih itu seketika berubah menjadi seorang wanita cantik mempesona. Dia mendongakkan kepala Bersa Lin dengan mengangkat dagunya menggunakan ujung jari telunjuk. Ratu ular itu menatap wajah Bersa Lin dan berkata, "Suamiku Master King, menginginkan wilayahmu. Apapun yang bisa membuatnya senang, aku akan melakukannya."

Sementara itu, di sisi lain, Miao Cing terhempas menjebol tembok kamar sang Pemimpin Keluarga Lin. Tepat pada saat itu, Li Lin juga berhasil dipukul mundur oleh pria bertopeng.

Bruuuugh!

Mereka bertubrukan. Miao Cing lenyap karena Li Lin kehabisan energi spiritual. Anak itu terluka parah sampai ke organ dalamnya.

"Ugh! Apa yang harus kulakukan? Pria ini sangat kuat. Aku sama sekali bukanlah tandingannya," gumam Li Lin.

Li Lin adalah Anak tunggal dari sang Pemimpin Keluarga Lin. Ibunya meninggal saat melahirkannya. Dia dibesarkan oleh bibinya yang bernama Fie Lin, seorang perempuan yang lemah lembut dan berhati tulus. Fie Lin adalah adik Bersa Lin. Wanita itu memiliki dua anak kembar sepasang yang seumuran dengan Li Lin. Mereka bernama Shao Lin dan Shia Lin.

"Aaaaaaaaa!"

Teriakan histeris itu membuat telinga Li Lin berdenging-denging.

Itu suara Shia Lin. Apa yang terjadi padanya? Rasa cemas semakin menghantui isi kepala Li Lin ketika Kediaman Lin tiba-tiba dipenuhi oleh orang-orang berjubah hitam.

Sraaak ... sraaak!

"A-ayah!" ucap Li Lin lirih. Anak itu melihat seorang wanita mencengkeram erat bagian belakang baju ayahnya dan menyeretnya ke hadapan pria bertopeng.

Saat Bersa Lin melintas melewati putranya dalam keadaan tubuh yang tak berdaya, dia mengucapkan satu patah kata kepadanya dengan suara yang sangat pelan.

"Per-gi!"

"Aku telah melumpuhkan Pemimpin Keluarga Lin, Sayang. Kau tidak lupa dengan janji kita malam ini, kan?" ucap wanita itu melepas cengkeraman baju Bersa Lin, lalu memeluk tubuh si pria bertopeng dengan manja.

"Tentu saja." Jemari pria itu membelai wajah si wanita dengan lembut sembari matanya melirik ke belakang melihat Bersa Lin yang sedang meringkuk. "Apakah kau ingin memakan daging manusia malam ini, Shi Yue?"

"Tidak. Aku tidak menginginkan apapun, kecuali dirimu." Shi Yue melingkarkan tangannya ke leher pria bertopeng itu dan menatap matanya dengan penuh nafsu. "Andaikan kau tidak memakai topeng, aku akan menerjangmu saat ini juga," ucap Shi Yue sembari mengendus-endus lehernya dengan napas yang tak beraturan.

"Bersabarlah sebentar lagi! Biarkan aku mengurus pria di belakangmu terlebih dahulu. Aku harus memastikan dia benar-benar mati. Setelah ini, barulah kita akan bersenang-senang."

"Baiklah!" Wanita itu pun berpaling menahan diri.

Pria bertopeng dengan julukan Master King itu mengangkat tubuh Bersa Lin dengan energi spiritualnya.

Syuuut syuuut syuuut!

"Aaaaaaaaaaaaaaargh!"

Tepat di depan mata Li Lin, Master King menebas tubuh ayahnya menjadi beberapa bagian dengan tidak manusiawi. Li Lin yang masih dalam keadaan setengah terbaring, menggertakkan giginya. Tangannya mengepal kuat hingga tampak urat-urat nadinya.

"Kau urus sisanya!" perintah Master King kepada salah satu ketua dari pasukan berjubah hitam. Dia bernama Mu Bai.

"Siap, Master!"

Master King pun pergi bersama Shi Yue.

Mu Bai memerintahkan seluruh bawahannya untuk mengumpulkan semua orang yang berada wilayah kekuasaan Keluarga Lin, agar berkumpul di depan Kediaman Lin. Orang-orang diseret secara paksa untuk menghadap Mu Bai. Beberapa di antara mereka, ada Li Lin, Shao Lin, Shia Lin, dan Fie Lin.

Para lelaki dijadikan budak untuk menambang berlian di gua dekat pesisir pantai. Wanita-wanita dikumpulkan sebagai pemuas nafsu bejat Mu Bai dan para bawahannya.

"Siapa yang berani menentang, aku akan menyiksa kalian tanpa ampun, dan akan membuat kalian mati secara mengenaskan!" ucap Mu Bai menyeringai.

Sementara itu, anak-anak yang berada di usia 15 tahun ke bawah, dilatih ilmu pedang sampai roh-roh pedang berhasil menguasai tubuh mereka. Setelah roh-roh pedang menguasai tubuh anak-anak itu, jiwa-jiwa mereka akan ditenggelamkan. Otak mereka dicuci dan selama roh pedang itu masih bersemayam di tubuh mereka, anak-anak itu selamanya akan menjadi bawahan Master King. Malam itu juga, Mu Bai langsung memerintahkan mereka untuk berlatih tanpa istirahat.

Aku tidak sudi! ucap Li Lin dalam hatinya. Dengan segala usaha dia mencari cara agar bisa kabur dari kediamannya sendiri. Anak itu menyusup ke sela-sela kerumunan anak-anak yang saat itu sedang berlatih dalam pengawasan Mu Bai. Sampai akhirnya, Li Lin berhasil lari menuju pekarangan belakang Kediaman Lin.

Li Lin pikir, sebentar lagi dia akan lolos dari cengkeraman Mu Bai. Namun, tak disangka Mu Bai sudah menyadari gerak-geriknya dari awal. Pria itu, secara mengejutkan menghadang Li Lin dari depan dan melompat sembari melesatkan dua jarinya dengan cepat ke mata Li Lin.

Jleb!

"Aaaaaaaaaaaaaaargh!"

Mengalir darah segar dari kedua mata Li Lin. Gelap, perih, sakit yang berdenyut-denyut, itulah yang dirasakan anak itu saat ini.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status