Share

3. Pasar perbudakkan

"Suluh, bisakah kau membantuku membebaskan mereka?" ucap Li Lin kepada roh pedang kayu.

"Itu hal yang mudah. Tapi, apa kau ingin melepaskan mereka di tempat gersang seperti ini?"

"Gersang? Sudah di Benua Ji rupanya. Kita harus menunggu sampai tiba di Benua Ku."

Benua Ku terbagi menjadi tujuh daerah. Yaitu Daerah Qizhi, Hong, Baise, Zai, Zuo, Wu, dan Liu. Daerah Qizhi terbagi menjadi empat wilayah kekuasaan. Yaitu wilayah kekuasaan Keluarga Zhi, Huo, Xiao, dan Wei. Pasar perbudakkan terletak di Daerah Qizhi tepatnya di wilayah kekuasaan Keluarga Zhi.

Sesampainya di perbatasan wilayah kekuasaan Keluarga Zhi, mereka dihadang oleh tiga penjaga perbatasan.

"Berhenti! Apa yang kau bawa?!" ucap salah satu penjaga kepada si kusir botak.

"Aku membawa empat budak di muatan pertama dan beberapa makanan di muatan kedua."

Saat para penjaga perbatasan mencegat si kusir, Li Lin berkata kepada tiga anak yang bersamanya.

"Kalian, pergilah! Aku akan berusaha menghadang mereka untuk tidak mengejar kalian."

"Apa kau yakin?" kata si anak lelaki.

"Tentu saja."

"Ayo, Puteri!" ajak si anak perempuan menggandeng gadis kecil yang bersamanya.

"Terima kasih atas bantuan Kakak Li. Namaku Xue An Qin. Aku merasa, kedepannya Kakak akan bertemu dengan seseorang yang paling Kakak benci. Berhati-hatilah!" ucap si gadis kecil kepada Li Lin.

"Terima kasih telah menghawatirkanku. Aku akan mengingatnya."

"Prasangka Puteri Qin, biasanya selalu benar. Aku berharap, kau tidak mengabaikannya," ujar si anak laki-laki.

Puteri Qin? Apakah ada sebuah kerajaan bernama Qin? Nama ini terdengar tidak asing bagi Li Lin.

Saat ketiga anak itu kabur, penjaga perbatasan melihat mereka dan berteriak.

"Hey, Kusir! Budak-budakmu telah kabur!"

"Apa!"

Si kusir menoleh dan hanya mendapati Li Lin yang tertinggal di belakang. Dia sengaja melambat, agar si kusir tidak mengejar anak-anak lainnya.

"Sialan! Mau pergi ke mana kau, Buta!" teriaknya berhasil menghadang Li Lin.

Li Lin merasakan hembusan napas si kusir gendut itu tak jauh dari hadapannya. Dia pun mengayunkan pedang kayunya sembari memfokuskan diri dengan pendengaran.

Si kusir menyamping menghindari ayunan pedang Li Lin, lalu melesatkan kepalan tangannya ke wajah Li Lin. Tentu saja, Li Lin yang memiliki insting dan pendengaran yang tajam bisa merasakan lesatan kepalatangan itu.

Hap!

Kepalan tangannya mendarat mulus di telapak tangan Li Lin. Kemudian, Li Lin memutar tangan si kusir hingga sendi-sendinya berbunyi.

Krak!

"Aaargh!"

Pada saat itu, mata Suluh tanpa sengaja menangkap sosok pria bengis yang semalam mengejar Li Lin.

"Mu Bai!"

Apa! Mu Bai? Konsentrasi Li Lin dibuyarkan oleh Suluh. Hal ini membuat Li Lin tidak fokus dan lengah. Si kusir menendang kepala belakang Li Lin hingga anak itu jatuh tersungkur ke tanah. Padahal Mu Bai menatap Li Lin saat itu. Akan tetapi wajahnya yang penuh noda tanah, membuat identitasnya tersamarkan. Si kusir mengikat Li Lin dengan tali dan membawanya kembali ke dalam kereta.

Para penjaga perbatasan itu tidak mau ikut campur urusan si kusir. Hal ini karena, wilayah kekuasaan Keluarga Zhi dipimpin oleh Tong Zhi, seorang pria muda berwajah cantik, berkulit putih lembut, selembut kulit wanita. Dia bersifat netral kepada siapapun. Jika Tong Zhi menjumpai persilisihan di antara beberapa orang, dia memilih diam dan tidak ikut campur dangan pihak manapun. Pria itu adalah pemimpin termuda dari seluruh pemimpin di Benua Ku. Masih melajang dan sangat alergi terhadap wanita.

Sepanjang jalan, si kusir terus menggerutu karena harus kehilangan tiga anak tawanannya. Sesampainya di pasar perbudakkan, dia bertemu dengan Pemimpin Keluarga Zhi.

"Ingat, kau harus membayar pajak tiga puluh persen dari penghasilanmu," kata Tong Zhi kepada si kusir.

"Si-siap, Tuan." Si kusir membungkuk hormat "Cih! Siapa yang mau membeli seorang anak buta! Sial! Aku benar-benar sial!" gumamnya kemudian.

Si kusir, melempar Li Lin ke dalam sangkar besi dan menguncinya. Lagi-lagi, Suluh menjumpai Mu Bai, dan kali ini dia membawa beberapa pasukannya. Tidak hanya itu, lelaki bengis itu juga membawa sebuah gulungan yang di dalamnya terdapat lukisan seorang anak laki-laki.

"Hey, kalian! Barang siapa yang bisa menangkap anak ini untukku, aku akan memberi kalian sekarung berlian!" teriak Mu Bai berkoar-koar.

"Itu, bukankah Li si buta yang kutangkap?" gumam si kusir melihat gambar lukisan itu. Kemudian, pria gendut itu menyiram wajah Li Lin dengan sekendi air. Maka terlihatlah dengan jelas wajah Li Lin benar-benar sangat mirip dengan anak laki-laki yang berada di lukisan.

"Celaka! Si botak itu akan menyerahkanmu kepada Mu Bai! Tak disangka, apa yang gadis kecil itu katakan benar-benar terjadi," kata Suluh.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status