"Suluh, bisakah kau membantuku membebaskan mereka?" ucap Li Lin kepada roh pedang kayu.
"Itu hal yang mudah. Tapi, apa kau ingin melepaskan mereka di tempat gersang seperti ini?""Gersang? Sudah di Benua Ji rupanya. Kita harus menunggu sampai tiba di Benua Ku."Benua Ku terbagi menjadi tujuh daerah. Yaitu Daerah Qizhi, Hong, Baise, Zai, Zuo, Wu, dan Liu. Daerah Qizhi terbagi menjadi empat wilayah kekuasaan. Yaitu wilayah kekuasaan Keluarga Zhi, Huo, Xiao, dan Wei. Pasar perbudakkan terletak di Daerah Qizhi tepatnya di wilayah kekuasaan Keluarga Zhi.Sesampainya di perbatasan wilayah kekuasaan Keluarga Zhi, mereka dihadang oleh tiga penjaga perbatasan."Berhenti! Apa yang kau bawa?!" ucap salah satu penjaga kepada si kusir botak."Aku membawa empat budak di muatan pertama dan beberapa makanan di muatan kedua."Saat para penjaga perbatasan mencegat si kusir, Li Lin berkata kepada tiga anak yang bersamanya."Kalian, pergilah! Aku akan berusaha menghadang mereka untuk tidak mengejar kalian.""Apa kau yakin?" kata si anak lelaki."Tentu saja.""Ayo, Puteri!" ajak si anak perempuan menggandeng gadis kecil yang bersamanya."Terima kasih atas bantuan Kakak Li. Namaku Xue An Qin. Aku merasa, kedepannya Kakak akan bertemu dengan seseorang yang paling Kakak benci. Berhati-hatilah!" ucap si gadis kecil kepada Li Lin."Terima kasih telah menghawatirkanku. Aku akan mengingatnya.""Prasangka Puteri Qin, biasanya selalu benar. Aku berharap, kau tidak mengabaikannya," ujar si anak laki-laki.Puteri Qin? Apakah ada sebuah kerajaan bernama Qin? Nama ini terdengar tidak asing bagi Li Lin.Saat ketiga anak itu kabur, penjaga perbatasan melihat mereka dan berteriak."Hey, Kusir! Budak-budakmu telah kabur!""Apa!"Si kusir menoleh dan hanya mendapati Li Lin yang tertinggal di belakang. Dia sengaja melambat, agar si kusir tidak mengejar anak-anak lainnya."Sialan! Mau pergi ke mana kau, Buta!" teriaknya berhasil menghadang Li Lin.Li Lin merasakan hembusan napas si kusir gendut itu tak jauh dari hadapannya. Dia pun mengayunkan pedang kayunya sembari memfokuskan diri dengan pendengaran.Si kusir menyamping menghindari ayunan pedang Li Lin, lalu melesatkan kepalan tangannya ke wajah Li Lin. Tentu saja, Li Lin yang memiliki insting dan pendengaran yang tajam bisa merasakan lesatan kepalatangan itu.Hap!Kepalan tangannya mendarat mulus di telapak tangan Li Lin. Kemudian, Li Lin memutar tangan si kusir hingga sendi-sendinya berbunyi.Krak!"Aaargh!"Pada saat itu, mata Suluh tanpa sengaja menangkap sosok pria bengis yang semalam mengejar Li Lin."Mu Bai!"Apa! Mu Bai? Konsentrasi Li Lin dibuyarkan oleh Suluh. Hal ini membuat Li Lin tidak fokus dan lengah. Si kusir menendang kepala belakang Li Lin hingga anak itu jatuh tersungkur ke tanah. Padahal Mu Bai menatap Li Lin saat itu. Akan tetapi wajahnya yang penuh noda tanah, membuat identitasnya tersamarkan. Si kusir mengikat Li Lin dengan tali dan membawanya kembali ke dalam kereta.Para penjaga perbatasan itu tidak mau ikut campur urusan si kusir. Hal ini karena, wilayah kekuasaan Keluarga Zhi dipimpin oleh Tong Zhi, seorang pria muda berwajah cantik, berkulit putih lembut, selembut kulit wanita. Dia bersifat netral kepada siapapun. Jika Tong Zhi menjumpai persilisihan di antara beberapa orang, dia memilih diam dan tidak ikut campur dangan pihak manapun. Pria itu adalah pemimpin termuda dari seluruh pemimpin di Benua Ku. Masih melajang dan sangat alergi terhadap wanita.Sepanjang jalan, si kusir terus menggerutu karena harus kehilangan tiga anak tawanannya. Sesampainya di pasar perbudakkan, dia bertemu dengan Pemimpin Keluarga Zhi."Ingat, kau harus membayar pajak tiga puluh persen dari penghasilanmu," kata Tong Zhi kepada si kusir."Si-siap, Tuan." Si kusir membungkuk hormat "Cih! Siapa yang mau membeli seorang anak buta! Sial! Aku benar-benar sial!" gumamnya kemudian.Si kusir, melempar Li Lin ke dalam sangkar besi dan menguncinya. Lagi-lagi, Suluh menjumpai Mu Bai, dan kali ini dia membawa beberapa pasukannya. Tidak hanya itu, lelaki bengis itu juga membawa sebuah gulungan yang di dalamnya terdapat lukisan seorang anak laki-laki."Hey, kalian! Barang siapa yang bisa menangkap anak ini untukku, aku akan memberi kalian sekarung berlian!" teriak Mu Bai berkoar-koar."Itu, bukankah Li si buta yang kutangkap?" gumam si kusir melihat gambar lukisan itu. Kemudian, pria gendut itu menyiram wajah Li Lin dengan sekendi air. Maka terlihatlah dengan jelas wajah Li Lin benar-benar sangat mirip dengan anak laki-laki yang berada di lukisan."Celaka! Si botak itu akan menyerahkanmu kepada Mu Bai! Tak disangka, apa yang gadis kecil itu katakan benar-benar terjadi," kata Suluh."Lalu, apa yang harus kulakukan?" tanya Li Lin kepada roh pedang kayu."Panggil Miao Cing untuk mengambil kunci sangkar ini dari si botak itu! Setelah dia mendapatkan kuncinya, aku akan membantumu keluar dari sini."Ketika Li Lin hendak memanggil Miao Cing, ia dikagetkan oleh teriakan seorang gadis di depannya."Ayah! Aku menginginkan Kakak tampan ini." Gadis itu menunjuk Li Lin."Apa kau yakin ingin memilih anak buta ini, Yu Jin?" timpal seorang pria bertubuh tegap, perawakan ideal, wajah tampan, dan memiliki sikap yang berwibawa. Dia adalah Fu Jin, sang penguasa Daerah Hong.Sepuluh tahun yang lalu, Daerah Hong terbagi menjadi tiga wilayah kekuasaan. Namun, karena terjadi peperangan dan hanya ada satu pemimpin yang masih berdiri kokoh di atas pemimpin yang lain. Yaitu Pemimpin Keluarga Jin yang saat itu dipimpin oleh Fu Jin, seorang pemuda gagah nan perkasa.Fu Jin sendiri sebenarnya adalah anak angkat dari Keluarga Jin, karena satu-satunya sisa generasi Keluarga Jin yang terakhir a
"Seorang gadis seumuranmu bersama kelompoknya, menutup jalan menghadang kalian. Keadaan ini membuat Yu Jin kesal. Kau bisa meminjam mataku untuk melihat dengan menyatukan ragamu dan rohku. Akan tetapi, setelah kita bersatu, kau harus segera mencari suatu benda sebagai pengikat yang bisa kau pakai setiap saat di bagian matamu. Dan benda itu harus terbuat dari batu spiritual. Jika tidak, kau hanya bisa meminjam mataku ketika aku mengendalikanmu," kata Suluh dari alam bawah sadar Li Lin.Benda pengikat? Hmm. Benda apa yang bisa diletakan pada bagian mata setiap saat? Pikir Li Lin.Sementara itu, gadis yang menghadang Yu Jin pun berkata, "Aku merasa heran denganmu, Nona Jin. Kau menolak untuk berteman denganku dan lebih memilih anak buta ini?" Gadis itu menunjuk Li Lin. Gadis itu adalah Hua Wei, anak ketiga Pemimpin Keluarga Wei. Di belakangnya ada tiga anak laki-laki dan satu anak perempuan yang selalu mengiringinya. Keempat anak yang selalu mengikutinya itu, sangat membuat Yu Jin muak
"Awas!" ucap Li Lin mengulurkan tangannya di depan Yu Jin.Dia bergerak menyamping dan sedikit mendorong Yu Jin untuk menghindari serangan itu. Insting dan pendengaran Li Lin yang peka terhadap suara, sangat mempermudah anak itu untuk mengetahui posisi Yu Jin.Aliran angin pada lesatan tinju tersebut, membuat Li Lin menyadari bahwa tangan Feng Ji saat ini sedang berada di depan wajahnya. Anak itu pun bergerak cepat mencengkeram tangan Feng Ji, lalu menarik dan membantingnya dengan sekuat tenaga.Buagh!Aksi Li Lin mulai membuat orang-orang di sekelilingnya menjadi heboh. Mereka saling berbisik satu sama lain."Wah! Aku tidak menyangka bahwa anak buta itu ternyata memiliki kemampuan.""Lumayan. Tapi, apakah dia bisa mengalahkan Senior Feng?""Kekuatan Senior Feng tidak bisa diremehkan. Aku pikir, dia hanya lengah dan kurang waspada.""Benar. Bahkan kekuatannya telah mendapat pengakuan dari pemimpin. Mana mungkin Senior Feng dapat dikalahkan dengan mudah."Feng Ji tidak pernah menduga b
Kraaank!Satu tebasan pedang kayu, berhasil mematahkan pedang besi milik Feng Ji. Feng Ji sangat tercengang dengan situasi saat ini.Ba-bagaimana bisa? Bukankah tadi anak buta ini masih tertunduk merintih kesakitan? Pikirnya.Feng Ji tiba-tiba melihat Li Lin berdiri tegak tanpa goyah. Dia bahkan dengan percaya diri menebas pedang besinya menggunakan pedang kayu itu. Feng Ji akhirnya menyadari sesuatu yang aneh terjadi dalam diri Li Lin. Mata anak itu memancarkan sinar berwarna biru di lubang matanya yang menghitam.Apakah ini adalah aura roh pedang miliknya? Aura ini sangat menekan sampai membuat badanku merinding. Feng Ji sedikit bergidik sembari melangkah mundur dengan memegangi pedang besinya yang patah. Pemuda itu bahkan tak lagi merasakan kehadiran roh pedang miliknya."Tanpa pedang, apakah seseorang ahli seni pedang masih bisa bertarung?" ucap Li Lin dengan tatapan kosong.Bruuuk!Feng Ji menjatuhkan lututnya ke tanah dan berkata sembari menudukkan kepalanya, "Aku mengaku kalah!
Peringatan? Sepertinya tidak mungkin. Baik Mu Bai ataupun pria bertopeng itu, tidak ada yang mengetahui keberadaanku. Batin Li Lin. Mungkinkah Tuan Jin sedang mengujiku? Di pagi buta begini? Bahkan suara jangkrik masih terdengar saling bersahutan.Sreeek!Suara injakan dedaunan kering, membuat Li Lin sadar, bahwa ada seseorang berada di halaman penginapan."Kau bisa keluar untuk mengeceknya. Aku akan melihat siapa orang itu," kata roh pedang kayu.Li Lin pun berjalan menuju pintu kamar dengan membawa pedang kayunya. Ketika dia membuka pintu tersebut, anak itu merasakan suara lesatan angin yang cukup kencang di hadapannya."Ada banyak pedang menyambutmu," ujar Suluh mengabarkan bahwa di hadapan Li Lin saat ini banyak lesatan pedang menuju ke arahnya.Whuuuuuus!Syuuut syuuut syuuut!Secara reflek, Li Lin mengayunkan pedangnya sembari melangkah maju untuk menangkis lesatan pedang-pedang tersebut. Setelah dia berhasil menaklukan semua pedang itu, datang lagi sebuah pedang meluncur ke ara
"Ka-kau! Roh dari pedang kayu yang tampak lapuk itu?" tanya roh pedang perak bergidik."Kalau bukan, siapa lagi yang bisa membatu anak kecil yang buta ini?" jawab Suluh. "Jadi, kau mau mati di tanganku, atau lenyap di tangan tuanmu?""Apa! Grrrr .... Kau pikir, kau bisa mengalahkanku dengan mudah!"Mereka pun, bertarung di alam bawah sadar Li Lin. Suluh membelenggu jiwa Li Lin untuk melindunginya dari serangan apapun, sekaligus agar Suluh sendiri bisa mengendalikan tubuh anak itu lebih leluasa. Hingga akhirnya, roh pedang kayu itu berhasil menendang keluar gumpalan roh pedang perak dari alam bawah sadar Li Lin kembali ke asalnya, yaitu pedang perak bermata hitam.Bruuuuk!Pedang perak itu terjatuh ke tanah. Kemudian, Suluh melepas jiwa Li Lin dan menyadarkannya kembali.Anak ini, memiliki bakat yang luar biasa. Dia mampu menutupi kekurangannya dengan kelebihannya. Batin Fu Jin menatap Li Lin dengan serius."Tak disangka, aku menemukan harta karun di pasar perbudakkan. Mulai saat ini, k
Suara gong berbunyi menandakan dimulainya pertandingan."Aku sangat penasaran. Bagaimana bisa Guru Fu mengangkatmu menjadi muridnya? Meskipun kau buta, aku rasa, kau pasti bukan orang yang mudah dihadapi," ucap Xiao Long Zi."Anda terlalu melebihkanku, Senior. Aku hanya beruntung karena dekat dengan Yu Jin.""Yah ... itu memang suatu keberuntungan. Tapi, Guru Fu sangat jeli dalam memilih seorang murid. Ayahku bahkan pernah mengajukanku untuk menjadi muridnya, tapi aku gagal saat diuji olehnya. Jadi, aku sangat ingin tahu, bagaimana kau bisa melewati ujian yang sulit itu. Di pertarungan ini, aku tidak akan berbelas kasih kepadamu! Rasakan ini! Formasi pedang matahari!"Xiao Long Zi merentangkan kedua tangannya. Pedang merah milik pemuda itu melayang di belakang kepala. Kemudian, pedang itu mengeluarkan cahaya membentuk lingkaran seperti matahari di belakang Xiao Long Zi."Lesatan seribu pedang matahari!"Xiao Long Zi menggerakkan tangannya ke atas, lalu menyatukan keduanya di depan dad
"Sekarang, aku akan mengeluarkan kekuatan yang dahsyat. Bersiaplah untuk bertahan!" ucap sang roh pedang kayu.Li Lin mengangguk sebagai isyarat bahwa dia sudah siap. Di saat keduanya saling menggertak mengerahkan seluruh kekuatan, tiba-tiba sang pedang kayu memancarkan cahaya biru keunguan yang sangat pekat. Cahaya itu masuk menyerap ke pori-pori tubuh Xiao Long Zi menusuk-nusuk tubuhnya, hingga organ dalamnya terluka dan memuntahkan banyak darah.Setelah kekuatan Xiao Long Zi melemah, dia bahkan sudah tidak sanggup lagi memegang pedang. Pedang merahnya kembali ke bentuk semula dan dia terdorong mundur hingga keluar arena.Sraaaaaaaaaaak!Bruuuk!Hempasannya cukup keras ditambah organ dalamnya yang sudah terluka. Xiao Long Zi terkapar tak sanggup lagi untuk bangkit."A-ku ... me-nye-rah!" ucapnya terbata-bata.Fu Jin turun ke arena dan mengangkat tangan Li Lin seraya berkata, "Pertandingan ini dimenangkan oleh Jin Li!"Tidak hanya mendapatkan izin dari sang guru, Li Lin bahkan mendap