Share

5. Diremehkan karena buta

"Seorang gadis seumuranmu bersama kelompoknya, menutup jalan menghadang kalian. Keadaan ini membuat Yu Jin kesal. Kau bisa meminjam mataku untuk melihat dengan menyatukan ragamu dan rohku. Akan tetapi, setelah kita bersatu, kau harus segera mencari suatu benda sebagai pengikat yang bisa kau pakai setiap saat di bagian matamu. Dan benda itu harus terbuat dari batu spiritual. Jika tidak, kau hanya bisa meminjam mataku ketika aku mengendalikanmu," kata Suluh dari alam bawah sadar Li Lin.

Benda pengikat? Hmm. Benda apa yang bisa diletakan pada bagian mata setiap saat? Pikir Li Lin.

Sementara itu, gadis yang menghadang Yu Jin pun berkata, "Aku merasa heran denganmu, Nona Jin. Kau menolak untuk berteman denganku dan lebih memilih anak buta ini?" Gadis itu menunjuk Li Lin.

Gadis itu adalah Hua Wei, anak ketiga Pemimpin Keluarga Wei. Di belakangnya ada tiga anak laki-laki dan satu anak perempuan yang selalu mengiringinya. Keempat anak yang selalu mengikutinya itu, sangat membuat Yu Jin muak dengan Hua Wei. Mereka tidak lain hanyalah menjilat puteri ketiga dari Keluarga Wei itu.

"Aku bilang minggir, Nona Wei. Apa kau tuli?" ucap Yu Jin dengan nada yang sedikit meninggi.

Yu Jin akhirnya menerobos melewati sela-sela dengan menabrak mereka. Dia masih menggenggam erat tangan Li Lin yang turut ikut serta di belakangnya.

Tiba-tiba, Yu Jin menyadari sebuah pisau melesat cepat ke arah Li Lin. Rupanya salah satu penjilat Nona Ketiga Keluarga Wei berusaha mencelakai Li Lin untuk melampiaskan kekesalan Hua Wei.

Whuuuuuus!

"Awaaas!" teriak Yu Jin menarik Li Lin untuk menghindar.

Namun, Li Lin menahannya dan berbalik menangkap pisau itu dengan tangan kosong. Pisau tersebut terapit di antara jari telunjuk dan jari tengah Li Lin.

"Ba-bagaimana bisa dia menangkapnya? Bukankah dia buta?" gumam Hua Wei mengkerutkan dahinya.

Li Lin sendiri tidak menyangka dirinya benar-benar bisa menangkap pisau itu dengan pose yang sangat keren. Dia hanya mengikuti insting karena mendengar suara lesatan angin yang begitu cepat di belakangnya.

"Cih!" decak anak laki-laki yang berada di samping Hua Wei.

"Oh, maaf. Aku tidak bermaksud mengambil pisaumu. Ini kukembalikan!" Li Lin pun melempar pisau yang ia tangkap ke arah anak laki-laki yang berdecak tadi.

Wuuuush!

"Astaga! Nona Wei, tolong aku!" rengek anak laki-laki itu meminta bantuan Nona Ketiga Keluarga Wei. Tubuhnya gemetar ketakutan. Rupanya anak itu hanya asal melempar dan sama sekali tidak mengetahui teknik pedang.

"Hrrr!" Hua Wei menggeram. Dia pun menghunuskan pedangnya dan menangkis pisau itu. "Dasar tidak berguna! Pergi dari hadapanku!"

Tubuh anak laki-laki itu bergidik terperanjat melihat raut wajah merah padam Hua Wei. Dia pun segera pergi dari sana saat itu juga.

"Ckck. Tentu saja Jin Li seratus kali lebih baik darimu, Nona Wei," ucap Yu Jin tersenyum tipis. Gadis itu kembali melangkahkan kakinya bersama Li Lin menuju rumah makan yang hanya tinggal beberapa langkah lagi.

Setelah sampai, rupanya rumah makan sangat padat. Mereka mencari tempat duduk kosong. Namun, ternyata tidak ada satu pun tempat duduk kosong kecuali tempat duduk yang satu meja dengan seorang remaja bernama Feng Ji.

Feng Ji adalah salah satu senior yang tergila-gila kepada Yu Jin. Anak lelaki ini sangat pencemburu dan pendendam. Dia cukup berbakat dalam seni pedang, membuat Fu Jin membiarkan anak itu mendekati Yu Jin secara terang-terangan. Yu Jin sendiri belum bisa menandingi ilmu pedangnya. Hal ini membuat gadis itu memilih untuk menjauh.

"Ish, kenapa harus dia!" gerutu Yu Jin tanpa sadar meremas tangan Li Lin. Dia berbalik khawatir Feng Ji akan mengenalinya.

"Yu Jin!"

Apa yang dikhawatirkan Yu Jin pun terjadi. Feng Ji dengan semangat memanggilnya. Namun, ketika ia melihat Yu Jin menggenggam tangan anak laki-laki di sampingnya, raut wajah Feng Ji langsung berubah masam.

"Sepertinya seseorang memanggilmu," ucap Li Lin kepada Yu Jin.

"Biarkan saja. Ayo kita pergi!"

"Pergi ke mana?" ucap Feng Ji tiba-tiba sudah berada di hadapan mereka. "Kenapa? Kenapa kau selalu mengabaikanku, Yu Jin?"

"Bukankah sudah jelas. Aku tidak menyukaimu Senior Feng. Berhenti menggangguku!" Yu Jin ingin keluar dari tempat itu, tapi Feng Ji selalu menghadangnya.

"Tidak akan! Aku selalu berusaha keras terus berlatih, untuk mendapat perhatianmu. Pemimpin bahkan tidak masalah membiarkanku dekat denganmu. Tapi, kau lebih memilih anak buta ini! Dia hanya akan menjadi beban untukmu, Yu Jin," ucap Feng Ji dengan nada meninggi.

Seluruh mata pengunjung rumah makan itu, menjadikan Feng Ji dan Yu Jin pusat perhatian mereka. Li Lin pun mulai memahami situasi Yu Jin. Anak itu bisa mengetahui posisi Feng Ji hanya dengan mendengar hembusan napasnya.

"Yu Jin bilang, berhenti mengganggunya!" Li Lin mengarahkan pedang kayunya tepat pada hembusan napas Feng Ji, yaitu di depan wajahnya. "Atau aku, akan menggores wajahmu!"

"Pffft. Hahaha!"

Feng Ji tertawa diikuti oleh orang-orang yang berada di rumah makan itu.

"Kau, ingin melukaiku dengan pedang kayu lapuk ini? Hahaha!" ucap Feng Ji disertai tawa ejekan.

Syuuut ... scraaaash!

Li Lin mengayunkan pedangnya tanpa memperdulikan ocehan Feng Ji. Pedang itu berhasil menggores wajah anak lelaki itu, di bagian hidung hingga ke pipi kiri. Noda merah mulai menetes dari bekas goresan itu, membuat Feng Ji menampakkan geratan giginya.

Mata-mata para pengunjung rumah makan itu pun seketika membulat. Mulut-mulut mereka sedikit menganga merasa takjub dengan kejadian yang mereka lihat saat ini. "Luar biasa! Sebuah pedang kayu yang tampak lapuk itu ternyata bisa melukainya? Anak itu benar-benar mencari mati telah menantang Feng Ji." Mimik-mimik mereka bergetar.

"Grrr! Beraninya kau!" Feng Ji mengayunkan sebuah kepalan ke arah Li Lin dengan memusatkan energi spiritualnya pada kepalan tersebut.

Wuuuush!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status