Share

4. Perguruan Fu

"Lalu, apa yang harus kulakukan?" tanya Li Lin kepada roh pedang kayu.

"Panggil Miao Cing untuk mengambil kunci sangkar ini dari si botak itu! Setelah dia mendapatkan kuncinya, aku akan membantumu keluar dari sini."

Ketika Li Lin hendak memanggil Miao Cing, ia dikagetkan oleh teriakan seorang gadis di depannya.

"Ayah! Aku menginginkan Kakak tampan ini." Gadis itu menunjuk Li Lin.

"Apa kau yakin ingin memilih anak buta ini, Yu Jin?" timpal seorang pria bertubuh tegap, perawakan ideal, wajah tampan, dan memiliki sikap yang berwibawa. Dia adalah Fu Jin, sang penguasa Daerah Hong.

Sepuluh tahun yang lalu, Daerah Hong terbagi menjadi tiga wilayah kekuasaan. Namun, karena terjadi peperangan dan hanya ada satu pemimpin yang masih berdiri kokoh di atas pemimpin yang lain. Yaitu Pemimpin Keluarga Jin yang saat itu dipimpin oleh Fu Jin, seorang pemuda gagah nan perkasa.

Fu Jin sendiri sebenarnya adalah anak angkat dari Keluarga Jin, karena satu-satunya sisa generasi Keluarga Jin yang terakhir adalah orang yang mandul. Pemimpin Keluarga Jin terdahulu, tertarik dengan kemampuan berpedang Fu Jin yang luar biasa, sehingga dia mengangkatnya menjadi anak. Sebagai hadiah, dia membangunkan sebuah perguruan seni pedang bernama Fu, untuknya.

"Memangnya kenapa kalau buta? Aku bilang, aku menginginkannya, Ayah!" Gadis berumur 7th itu mendengus.

"Baiklah, berhenti mendengus seperti itu. Kau terlihat jelek saat cemberut," ucap Fu Jin mencubit pelan hidung mungil anak gadisnya.

Sementara Fu Jin mencari-cari si penjual budak, Li Lin mengurungkan niatnya untuk memanggil Miao Cing.

"Apa kau tetap ingin aku memanggil Miao Cing untuk mengambil kunci itu?" tanya Li Lin kepada Suluh.

"Tunggu! Sepertinya, gadis itu benar-benar menginginkanmu."

Yu Jin terus menatap Li Lin, bahkan tanpa mengedipkan sekejap mata pun. Gadis itu sampai mengembangkan bibirnya hanya dengan menatap anak buta di hadapannya. Tak lama kemudian, Fu Jin datang dengan pria botak berbadan gemuk.

"Jika Anda memberikan dua karung berlian kepadaku, Anda boleh mengambil anak ini, Tuan Jin," kata si pria botak berbadan gemuk kepada Fu Jin.

"Dua karung berlian hanya untuk seorang anak buta? Bukankah itu terlalu mahal?"

"Seseorang telah menawarkan sekarung berlian untuk membayar anak ini. Jika Anda tidak mampu membayar dua karung berlian, Anda bisa mencari yang lain."

"Tidak mampu? Heh! Apa kau pikir aku semiskin itu?"

Fu Jin memerintah pengawalnya agar membawakan dua karung berlian dan memberikannya kepada pria botak itu. Kemudian, pria itu bersama anak perempuannya membawa Li Lin pergi dari pasar perbudakkan. Mereka menaiki kereta kuda menuju Perguruan Fu di Daerah Hong.

"Siapa namamu?" tanya Fu Jin kepada Li Lin.

"Li si buta dari Hutan Mblesek." Li Lin tidak bisa memberitahu kepada mereka bahwa dia sebenarnya adalah seorang buronan.

"Bagaimana dengan orang tuamu?" tanya Fu Jin lagi.

"Aku tidak memiliki orang tua."

Sejenak, mereka pun terdiam dan merasa iba terhadap Li Lin.

"Tak apa. Mulai sekarang, di sini ada aku yang akan terus menemanimu, Jin Li," celetuk Yu Jin menyebut nama Li Lin sesuka hati.

"Jin Li?" sahut Fu Jin mengernyitkan dahi.

"Iya. Mulai sekarang, namanya adalah Jin Li," ujarnya kepada sang ayah.

Yu Jin menggenggam tangan Li Lin dengan erat. "Kita akan pergi ke Perguruan Fu bersama. Ayahku adalah seorang pemimpin di perguruan itu. Kau bahkan bisa menjadi murid ayahku nanti." Kemudian, gadis itu menatap sang ayah dan berkata, "Benar, kan, Ayah?"

"Apa? Huft!" hembus Fu Jin pasrah. Pria itu sangat lemah terhadap permintaan puteri kecilnya. "Baiklah! Apapun itu asalkan bisa membuatmu senang." Dia mengusap kepala Yu Jin sembari tersenyum.

Setelah sampai di Perguruan Fu, mereka turun dari kereta dan berjalan menuju asrama. Sepanjang perjalanan, setiap orang yang melihat Fu Jin, akan membungkukan badan dan memberi penghormatan. Fu Jin mengatur kamar Li Lin di sebelah Yu Jin. Tentu saja hal ini juga atas permintaannya. Pria itu sangat memanjakan anak perempuannya semata wayang.

Yu Jin adalah anak yang tidak mudah bergaul. Karena sifat angkuhnya, dia dijauhi oleh teman-teman seumurannya. Sebenarnya ada beberapa yang ingin berteman dengannya, tapi mereka hanyalah seorang penjilat dan itu membuat Yu Jin sangat membenci mereka. Oleh karena itu, Fu Jin mengajaknya ke pasar perbudakkan dan membeli seorang budak untuk menjadi teman bermainnya.

"Terima kasih atas bantuan Anda, Tuan Jin. Apa yang harus kulakukan untuk membalas Anda?" ucap Li Lin kepada Fu Jin.

"Kau hanya perlu menjadi teman untuk puteriku, Yu Jin." Fu Jin berbalik dan pergi meninggalkannya. Namun, setelah berjalan beberapa langkah menjauh, ia terhenti dan menoleh. "Besok, aku akan menguji kampuanmu. Aku akan menjadikanmu sebagai muridku jika kau pantas. Persiapkan dirimu!" Pria itu pun kembali melanjutkan langkah kakinya.

"Cih! Ayah tidak berubah! Masih saja pilih-pilih. Oleh karenanya, sampai saat ini pun ia belum memiliki seorang murid yang memenuhi kriterianya," ucap Yu Jin menggerutu di samping Li Lin.

"Anda tidak perlu khawatir, Nona. Aku akan berusaha yang terbaik agar bisa menjadi murid ayahmu."

"Nona? Huh!" Gadis itu mendengus. "Panggil aku Yu Jin!" ucapnya melipat tangan sembari memalingkan wajah.

"Yu Jin!"

Saat Yu Jin mendengar namanya keluar dari mulut Li Lin hati sangat berbunga-bunga. Raut wajah cemberutnya seketika tersenyum dengan rona merah di pipinya. Mereka saling terdiam hingga beberapa saat.

"Apakah ada sesuatu yang kau butuhkan dariku, Yu Jin?" tanya Li Lin.

"Ayo temani aku ke rumah makan di perguruan ini. Kau belum makan, kan?" Yu Jin meraih tangan Li Lin dan menariknya.

Rumah makan? Li Lin sendiri baru sadar, bahwa seharian ini dia melum memakan apapun. Anak itu berjalan mengikuti tuntunan tangan Yu Jin, sampai Yu Jin melewati sekelompok gadis-gadis. Li Lin mendengar bisikan-bisikan yang tidak mengenakkan dari para gadis itu.

"Siapa anak laki-laki di belakang Nona Jin?"

"Sepertinya dia buta."

"Ckck. Padahal anak lelaki itu terlihat manis, sayang dia buta."

Li Lin pun tidak menghiraukan ucapan-ucapan mereka. Tiba-tiba, Yu Jin berhenti membuat posisi Li Lin selangkah lebih maju ke depan. Yu Jin mengeratkan genggaman Li Lin dan sedikit menariknya ke belakang. Dari tindakan Yu Jin, Li Lin memahami bahwa gadis itu memintanya untuk mundur.

"Ada apa, Yu Jin? Mengapa kau tiba-tiba berhenti?" tanya Li Lin.

Yu Jin terdiam. Li Lin mendengar suara geratan giginya, lalu gadis itu berkata, "Minggir!"

Li Lin pikir, kata itu tidak ditunjukkan padanya. Mungkinkah ada seseorang di hadapannya? Anak itu pun memfokuskan pendengarannya di sekelilingnya. Kemudian, merasakan ada beberapa hembusan napas di hadapan Yu Jin.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status