"Lalu, apa yang harus kulakukan?" tanya Li Lin kepada roh pedang kayu.
"Panggil Miao Cing untuk mengambil kunci sangkar ini dari si botak itu! Setelah dia mendapatkan kuncinya, aku akan membantumu keluar dari sini."Ketika Li Lin hendak memanggil Miao Cing, ia dikagetkan oleh teriakan seorang gadis di depannya."Ayah! Aku menginginkan Kakak tampan ini." Gadis itu menunjuk Li Lin."Apa kau yakin ingin memilih anak buta ini, Yu Jin?" timpal seorang pria bertubuh tegap, perawakan ideal, wajah tampan, dan memiliki sikap yang berwibawa. Dia adalah Fu Jin, sang penguasa Daerah Hong.Sepuluh tahun yang lalu, Daerah Hong terbagi menjadi tiga wilayah kekuasaan. Namun, karena terjadi peperangan dan hanya ada satu pemimpin yang masih berdiri kokoh di atas pemimpin yang lain. Yaitu Pemimpin Keluarga Jin yang saat itu dipimpin oleh Fu Jin, seorang pemuda gagah nan perkasa.Fu Jin sendiri sebenarnya adalah anak angkat dari Keluarga Jin, karena satu-satunya sisa generasi Keluarga Jin yang terakhir adalah orang yang mandul. Pemimpin Keluarga Jin terdahulu, tertarik dengan kemampuan berpedang Fu Jin yang luar biasa, sehingga dia mengangkatnya menjadi anak. Sebagai hadiah, dia membangunkan sebuah perguruan seni pedang bernama Fu, untuknya."Memangnya kenapa kalau buta? Aku bilang, aku menginginkannya, Ayah!" Gadis berumur 7th itu mendengus."Baiklah, berhenti mendengus seperti itu. Kau terlihat jelek saat cemberut," ucap Fu Jin mencubit pelan hidung mungil anak gadisnya.Sementara Fu Jin mencari-cari si penjual budak, Li Lin mengurungkan niatnya untuk memanggil Miao Cing."Apa kau tetap ingin aku memanggil Miao Cing untuk mengambil kunci itu?" tanya Li Lin kepada Suluh."Tunggu! Sepertinya, gadis itu benar-benar menginginkanmu."Yu Jin terus menatap Li Lin, bahkan tanpa mengedipkan sekejap mata pun. Gadis itu sampai mengembangkan bibirnya hanya dengan menatap anak buta di hadapannya. Tak lama kemudian, Fu Jin datang dengan pria botak berbadan gemuk."Jika Anda memberikan dua karung berlian kepadaku, Anda boleh mengambil anak ini, Tuan Jin," kata si pria botak berbadan gemuk kepada Fu Jin."Dua karung berlian hanya untuk seorang anak buta? Bukankah itu terlalu mahal?""Seseorang telah menawarkan sekarung berlian untuk membayar anak ini. Jika Anda tidak mampu membayar dua karung berlian, Anda bisa mencari yang lain.""Tidak mampu? Heh! Apa kau pikir aku semiskin itu?"Fu Jin memerintah pengawalnya agar membawakan dua karung berlian dan memberikannya kepada pria botak itu. Kemudian, pria itu bersama anak perempuannya membawa Li Lin pergi dari pasar perbudakkan. Mereka menaiki kereta kuda menuju Perguruan Fu di Daerah Hong."Siapa namamu?" tanya Fu Jin kepada Li Lin."Li si buta dari Hutan Mblesek." Li Lin tidak bisa memberitahu kepada mereka bahwa dia sebenarnya adalah seorang buronan."Bagaimana dengan orang tuamu?" tanya Fu Jin lagi."Aku tidak memiliki orang tua."Sejenak, mereka pun terdiam dan merasa iba terhadap Li Lin."Tak apa. Mulai sekarang, di sini ada aku yang akan terus menemanimu, Jin Li," celetuk Yu Jin menyebut nama Li Lin sesuka hati."Jin Li?" sahut Fu Jin mengernyitkan dahi."Iya. Mulai sekarang, namanya adalah Jin Li," ujarnya kepada sang ayah.Yu Jin menggenggam tangan Li Lin dengan erat. "Kita akan pergi ke Perguruan Fu bersama. Ayahku adalah seorang pemimpin di perguruan itu. Kau bahkan bisa menjadi murid ayahku nanti." Kemudian, gadis itu menatap sang ayah dan berkata, "Benar, kan, Ayah?""Apa? Huft!" hembus Fu Jin pasrah. Pria itu sangat lemah terhadap permintaan puteri kecilnya. "Baiklah! Apapun itu asalkan bisa membuatmu senang." Dia mengusap kepala Yu Jin sembari tersenyum.Setelah sampai di Perguruan Fu, mereka turun dari kereta dan berjalan menuju asrama. Sepanjang perjalanan, setiap orang yang melihat Fu Jin, akan membungkukan badan dan memberi penghormatan. Fu Jin mengatur kamar Li Lin di sebelah Yu Jin. Tentu saja hal ini juga atas permintaannya. Pria itu sangat memanjakan anak perempuannya semata wayang.Yu Jin adalah anak yang tidak mudah bergaul. Karena sifat angkuhnya, dia dijauhi oleh teman-teman seumurannya. Sebenarnya ada beberapa yang ingin berteman dengannya, tapi mereka hanyalah seorang penjilat dan itu membuat Yu Jin sangat membenci mereka. Oleh karena itu, Fu Jin mengajaknya ke pasar perbudakkan dan membeli seorang budak untuk menjadi teman bermainnya."Terima kasih atas bantuan Anda, Tuan Jin. Apa yang harus kulakukan untuk membalas Anda?" ucap Li Lin kepada Fu Jin."Kau hanya perlu menjadi teman untuk puteriku, Yu Jin." Fu Jin berbalik dan pergi meninggalkannya. Namun, setelah berjalan beberapa langkah menjauh, ia terhenti dan menoleh. "Besok, aku akan menguji kampuanmu. Aku akan menjadikanmu sebagai muridku jika kau pantas. Persiapkan dirimu!" Pria itu pun kembali melanjutkan langkah kakinya."Cih! Ayah tidak berubah! Masih saja pilih-pilih. Oleh karenanya, sampai saat ini pun ia belum memiliki seorang murid yang memenuhi kriterianya," ucap Yu Jin menggerutu di samping Li Lin."Anda tidak perlu khawatir, Nona. Aku akan berusaha yang terbaik agar bisa menjadi murid ayahmu.""Nona? Huh!" Gadis itu mendengus. "Panggil aku Yu Jin!" ucapnya melipat tangan sembari memalingkan wajah."Yu Jin!"Saat Yu Jin mendengar namanya keluar dari mulut Li Lin hati sangat berbunga-bunga. Raut wajah cemberutnya seketika tersenyum dengan rona merah di pipinya. Mereka saling terdiam hingga beberapa saat."Apakah ada sesuatu yang kau butuhkan dariku, Yu Jin?" tanya Li Lin."Ayo temani aku ke rumah makan di perguruan ini. Kau belum makan, kan?" Yu Jin meraih tangan Li Lin dan menariknya.Rumah makan? Li Lin sendiri baru sadar, bahwa seharian ini dia melum memakan apapun. Anak itu berjalan mengikuti tuntunan tangan Yu Jin, sampai Yu Jin melewati sekelompok gadis-gadis. Li Lin mendengar bisikan-bisikan yang tidak mengenakkan dari para gadis itu."Siapa anak laki-laki di belakang Nona Jin?""Sepertinya dia buta.""Ckck. Padahal anak lelaki itu terlihat manis, sayang dia buta."Li Lin pun tidak menghiraukan ucapan-ucapan mereka. Tiba-tiba, Yu Jin berhenti membuat posisi Li Lin selangkah lebih maju ke depan. Yu Jin mengeratkan genggaman Li Lin dan sedikit menariknya ke belakang. Dari tindakan Yu Jin, Li Lin memahami bahwa gadis itu memintanya untuk mundur."Ada apa, Yu Jin? Mengapa kau tiba-tiba berhenti?" tanya Li Lin.Yu Jin terdiam. Li Lin mendengar suara geratan giginya, lalu gadis itu berkata, "Minggir!"Li Lin pikir, kata itu tidak ditunjukkan padanya. Mungkinkah ada seseorang di hadapannya? Anak itu pun memfokuskan pendengarannya di sekelilingnya. Kemudian, merasakan ada beberapa hembusan napas di hadapan Yu Jin."Seorang gadis seumuranmu bersama kelompoknya, menutup jalan menghadang kalian. Keadaan ini membuat Yu Jin kesal. Kau bisa meminjam mataku untuk melihat dengan menyatukan ragamu dan rohku. Akan tetapi, setelah kita bersatu, kau harus segera mencari suatu benda sebagai pengikat yang bisa kau pakai setiap saat di bagian matamu. Dan benda itu harus terbuat dari batu spiritual. Jika tidak, kau hanya bisa meminjam mataku ketika aku mengendalikanmu," kata Suluh dari alam bawah sadar Li Lin.Benda pengikat? Hmm. Benda apa yang bisa diletakan pada bagian mata setiap saat? Pikir Li Lin.Sementara itu, gadis yang menghadang Yu Jin pun berkata, "Aku merasa heran denganmu, Nona Jin. Kau menolak untuk berteman denganku dan lebih memilih anak buta ini?" Gadis itu menunjuk Li Lin. Gadis itu adalah Hua Wei, anak ketiga Pemimpin Keluarga Wei. Di belakangnya ada tiga anak laki-laki dan satu anak perempuan yang selalu mengiringinya. Keempat anak yang selalu mengikutinya itu, sangat membuat Yu Jin muak
"Awas!" ucap Li Lin mengulurkan tangannya di depan Yu Jin.Dia bergerak menyamping dan sedikit mendorong Yu Jin untuk menghindari serangan itu. Insting dan pendengaran Li Lin yang peka terhadap suara, sangat mempermudah anak itu untuk mengetahui posisi Yu Jin.Aliran angin pada lesatan tinju tersebut, membuat Li Lin menyadari bahwa tangan Feng Ji saat ini sedang berada di depan wajahnya. Anak itu pun bergerak cepat mencengkeram tangan Feng Ji, lalu menarik dan membantingnya dengan sekuat tenaga.Buagh!Aksi Li Lin mulai membuat orang-orang di sekelilingnya menjadi heboh. Mereka saling berbisik satu sama lain."Wah! Aku tidak menyangka bahwa anak buta itu ternyata memiliki kemampuan.""Lumayan. Tapi, apakah dia bisa mengalahkan Senior Feng?""Kekuatan Senior Feng tidak bisa diremehkan. Aku pikir, dia hanya lengah dan kurang waspada.""Benar. Bahkan kekuatannya telah mendapat pengakuan dari pemimpin. Mana mungkin Senior Feng dapat dikalahkan dengan mudah."Feng Ji tidak pernah menduga b
Kraaank!Satu tebasan pedang kayu, berhasil mematahkan pedang besi milik Feng Ji. Feng Ji sangat tercengang dengan situasi saat ini.Ba-bagaimana bisa? Bukankah tadi anak buta ini masih tertunduk merintih kesakitan? Pikirnya.Feng Ji tiba-tiba melihat Li Lin berdiri tegak tanpa goyah. Dia bahkan dengan percaya diri menebas pedang besinya menggunakan pedang kayu itu. Feng Ji akhirnya menyadari sesuatu yang aneh terjadi dalam diri Li Lin. Mata anak itu memancarkan sinar berwarna biru di lubang matanya yang menghitam.Apakah ini adalah aura roh pedang miliknya? Aura ini sangat menekan sampai membuat badanku merinding. Feng Ji sedikit bergidik sembari melangkah mundur dengan memegangi pedang besinya yang patah. Pemuda itu bahkan tak lagi merasakan kehadiran roh pedang miliknya."Tanpa pedang, apakah seseorang ahli seni pedang masih bisa bertarung?" ucap Li Lin dengan tatapan kosong.Bruuuk!Feng Ji menjatuhkan lututnya ke tanah dan berkata sembari menudukkan kepalanya, "Aku mengaku kalah!
Peringatan? Sepertinya tidak mungkin. Baik Mu Bai ataupun pria bertopeng itu, tidak ada yang mengetahui keberadaanku. Batin Li Lin. Mungkinkah Tuan Jin sedang mengujiku? Di pagi buta begini? Bahkan suara jangkrik masih terdengar saling bersahutan.Sreeek!Suara injakan dedaunan kering, membuat Li Lin sadar, bahwa ada seseorang berada di halaman penginapan."Kau bisa keluar untuk mengeceknya. Aku akan melihat siapa orang itu," kata roh pedang kayu.Li Lin pun berjalan menuju pintu kamar dengan membawa pedang kayunya. Ketika dia membuka pintu tersebut, anak itu merasakan suara lesatan angin yang cukup kencang di hadapannya."Ada banyak pedang menyambutmu," ujar Suluh mengabarkan bahwa di hadapan Li Lin saat ini banyak lesatan pedang menuju ke arahnya.Whuuuuuus!Syuuut syuuut syuuut!Secara reflek, Li Lin mengayunkan pedangnya sembari melangkah maju untuk menangkis lesatan pedang-pedang tersebut. Setelah dia berhasil menaklukan semua pedang itu, datang lagi sebuah pedang meluncur ke ara
"Ka-kau! Roh dari pedang kayu yang tampak lapuk itu?" tanya roh pedang perak bergidik."Kalau bukan, siapa lagi yang bisa membatu anak kecil yang buta ini?" jawab Suluh. "Jadi, kau mau mati di tanganku, atau lenyap di tangan tuanmu?""Apa! Grrrr .... Kau pikir, kau bisa mengalahkanku dengan mudah!"Mereka pun, bertarung di alam bawah sadar Li Lin. Suluh membelenggu jiwa Li Lin untuk melindunginya dari serangan apapun, sekaligus agar Suluh sendiri bisa mengendalikan tubuh anak itu lebih leluasa. Hingga akhirnya, roh pedang kayu itu berhasil menendang keluar gumpalan roh pedang perak dari alam bawah sadar Li Lin kembali ke asalnya, yaitu pedang perak bermata hitam.Bruuuuk!Pedang perak itu terjatuh ke tanah. Kemudian, Suluh melepas jiwa Li Lin dan menyadarkannya kembali.Anak ini, memiliki bakat yang luar biasa. Dia mampu menutupi kekurangannya dengan kelebihannya. Batin Fu Jin menatap Li Lin dengan serius."Tak disangka, aku menemukan harta karun di pasar perbudakkan. Mulai saat ini, k
Suara gong berbunyi menandakan dimulainya pertandingan."Aku sangat penasaran. Bagaimana bisa Guru Fu mengangkatmu menjadi muridnya? Meskipun kau buta, aku rasa, kau pasti bukan orang yang mudah dihadapi," ucap Xiao Long Zi."Anda terlalu melebihkanku, Senior. Aku hanya beruntung karena dekat dengan Yu Jin.""Yah ... itu memang suatu keberuntungan. Tapi, Guru Fu sangat jeli dalam memilih seorang murid. Ayahku bahkan pernah mengajukanku untuk menjadi muridnya, tapi aku gagal saat diuji olehnya. Jadi, aku sangat ingin tahu, bagaimana kau bisa melewati ujian yang sulit itu. Di pertarungan ini, aku tidak akan berbelas kasih kepadamu! Rasakan ini! Formasi pedang matahari!"Xiao Long Zi merentangkan kedua tangannya. Pedang merah milik pemuda itu melayang di belakang kepala. Kemudian, pedang itu mengeluarkan cahaya membentuk lingkaran seperti matahari di belakang Xiao Long Zi."Lesatan seribu pedang matahari!"Xiao Long Zi menggerakkan tangannya ke atas, lalu menyatukan keduanya di depan dad
"Sekarang, aku akan mengeluarkan kekuatan yang dahsyat. Bersiaplah untuk bertahan!" ucap sang roh pedang kayu.Li Lin mengangguk sebagai isyarat bahwa dia sudah siap. Di saat keduanya saling menggertak mengerahkan seluruh kekuatan, tiba-tiba sang pedang kayu memancarkan cahaya biru keunguan yang sangat pekat. Cahaya itu masuk menyerap ke pori-pori tubuh Xiao Long Zi menusuk-nusuk tubuhnya, hingga organ dalamnya terluka dan memuntahkan banyak darah.Setelah kekuatan Xiao Long Zi melemah, dia bahkan sudah tidak sanggup lagi memegang pedang. Pedang merahnya kembali ke bentuk semula dan dia terdorong mundur hingga keluar arena.Sraaaaaaaaaaak!Bruuuk!Hempasannya cukup keras ditambah organ dalamnya yang sudah terluka. Xiao Long Zi terkapar tak sanggup lagi untuk bangkit."A-ku ... me-nye-rah!" ucapnya terbata-bata.Fu Jin turun ke arena dan mengangkat tangan Li Lin seraya berkata, "Pertandingan ini dimenangkan oleh Jin Li!"Tidak hanya mendapatkan izin dari sang guru, Li Lin bahkan mendap
Tubuh Li Lin dalam kendali sang roh pedang kayu, berlari cepat dengan gerakan kilat mengejar anak lelaki itu. Dalam sekejap, Li Lin berhasil menyusul dan menghadangnya. Kehadiran Li Lin yang tiba-tiba, membuat anak lelaki itu tersentak dan segera menghentikan langkahnya."Serahkan batu spiritual itu!" Li Lin mengayunkan pedang kayunya menebas anak lelaki itu. Matanya menyala biru menandakan dia masih berada dalam kendali Suluh.Anak itu melompat mundur untuk menghindar. Namun, pedang kayu berhasil menggores dadanya hingga mengeluarkan tetesan darah. Ketika Suluh menggerakkan tangan Li Lin dan berniat membunuh si anak laki-laki dengan mengarahkan mata pedang ke arahnya, kesadaran Li Lin berhasil menahan gerakan roh pedang kayu itu ."Cukup! Kita tidak harus membunuhnya, kan? Biarkan aku yang memintanya secara baik-baik," ucap Li Lin."Heh! Kau tidak tahu bahwa batu spiritual itu sangat berharga baginya. Cara tercepat untuk mendapatkannya adalah dengan membunuh anak itu!" timpal sang roh