Share

Bab. 4

Memang CEOnya seperti apa sih? Sepertinya mereka terlalu mempermasalahkan tentang siapa sekretarisnya. Ah sudahlah, yang penting tanda tangan kontrak dulu.

Aku segera bergegas menuju lantai dua ruang HRD, dengan menggunakan lift.

Hari ini penampilanku lumayan rapi, rok hitam, baju blouse panjang berwarna soft purple dan jilbab lebar bermotif berwarna senada, tak lupa sepatu kets putih kesayangan walaupun sudah lusuh tapi nyaman dipakai.

Aku langsung bertemu dengan Manager HRD yang mewakili perusahaan untuk menandatangani kontrak kerja, usianya sekitar 35 tahunan.

“Halo nama saya Lukman, saya yang mewakili perusahaan untuk penanda tanganan kontrak kerja Anda,” ucapnya sembari mengulurkan tangan untuk bersalaman.

“Saya Annisa Pak.” Kutangkupkan tangan di dada, tanpa menyambut uluran tangan Pak Lukman. Ia tampak kikuk dan terpaku beberapa saat.

“Boleh saya duduk Pak?” aku mencoba mencairkan suasana agar Pak Lukman merasa santai karena telah menolaknya bersalaman.

“Oh ya ya Silahkan Mbak Annisa duduk dulu.” Pak Lukman mempersilahkan aku untuk duduk.

“Ini kontrak untuk jabatan sekretaris, Mbak bisa baca dan pelajari dulu isi kontrak nya,” Ia melanjutkan dan menyerahkan kertas berisi kontrak kerja kepadaku.

Kubaca isi kontrak dan mempelajarinya, tidak ada yang aneh, semua isi kontrak sesuai dengan tugas-tugas sebagai sekretaris.

Semoga saja bos nya baik dan tidak menyuruhku melakukan hal yang aneh-aneh saja.

Jika bosku tidak menghargaiku sebagai wanita muslimah, aku akan segera resign walaupun gaji yang diberikan perusahaan ini sangat besar, itu prinsipku.

“Emm, sepertinya saya setuju dengan isi kontrak dan gajinya, Pak Lukman.”

“Baiklah, Mbak bisa tanda tangan disini,” ucapnya sambil mengarahkan untuk tanda tangan di bagian yang bertuliskan namaku.

Bismillah ... aku segera menandatangani kontrak itu dan berharap bekerja secepatnya.

“Mbak Annisa, mulai besok Mbak sudah mulai bekerja, ini ID card Mbak wajib dipakai selama bekerja dan berada di lingkungan kantor, ruangan sekretaris ada di lantai empat letaknya di depan ruangan atasan kita, ada pertanyaan Mbak?" tanya Pak Lukman.

“Untuk saat ini tidak ada Pak,”sahutku.

“Oke! Penandatanganan kontrak kita sudah selesai, selamat bergabung di perusahaan kami, Mbak Annisa.”

“Terimakasih Pak Lukman.” Pak Lukman cepat-cepat menangkupkan tangannya di dada, sebelum sempat aku melakukannya beliau telah lebih dulu menangkupkan tangannya, mungkin dia sudah paham pikirku sambil tertawa di dalam hati.

“Saya permisi dulu, pak.”

“Oh ya,ya, silahkan, Mbak.”

Alhamdulillah proses penandatangan kontraknya selesai, besok aku sudah menjadi karyawan di kantor ini tepatnya sekretaris, sekretaris jilbaber.

***

Hari ini, hari pertama bekerja aku tak mau membuat kesalahan karena terlambat di hari ini.

Sebelum shubuh aku sudah bangun, seperti biasa membaca Alma’surat dan menghadiahkan Surah yasin untuk ayah, sedangkan ibu sudah bangun dari tadi.

“Cah ayu, cepet banget bangunnya, ndang sarapan dulu sebelum ke kantor biar gak kelaparan.”

“Iya Bu, kita sarapan bareng yuk, Bu.”

“Udah kamu duluan aja, sebentar lagi ibu sarapan, belum laper.”

“Jangan telat sarapan lho Bu, nanti lambungnya kumat.”

“Iya, iya, Ibu kan di rumah aja, kamu tu yang mau berangkat kerja sarapan dulu, oh iya, Nis perlu Ibu siapkan bekal makan siang gak?”

“Gak usah Bu, nanti makan di kantin kantor aja, ya sudah Nisa sarapan duluan, Bu,”Ibu hanya mengangguk.

Setelah selesai sarapan, kusambar tas ransel dan sepatu kets dan langsung kukenakan.

“Ibu, Nisa berangkat dulu ya.”sembari menyalami ibu untuk berpamitan.

“Eh eh ... Nisa pagi amat yak, mau nitip kue lagi ya?” sapa Bu Romlah, aduh lagi buru-buru, Bu Romlah yang entah darimana datangnya pagi-pagi udah kepo aja.

“Oh ada Bu Romlah to, bukan Bu, saya mau berangkat bekerja.”

“Halahhh ... gaya lu Nis, palingan kerja di pabrik,” Bu Romlah tertawa mengejek.

Ibu masih berdiri di beranda, ibu memberi isyarat mata agar aku segera berangkat.

Dari pada meladeni Bu Romlah, lebih baik aku segera berangkat bekerja, nanti bisa panjang kali lebar gak akan selesai-selesai.

“Nisa pamit Bu, Assalamualaikum, mari, Bu Romlah.”

“Waalaikumsalam, hati-hati, Nis!” seru ibu.

Bismillah segera kupacu motor menuju kantor, langsung kupakirkan motor di tempat parkir karyawan, di sampingnya ada parkiran khusus untuk CEO kantor ini yang sudah terisi, ternyata cepat juga pak bos datang, padahal ini kan belum waktunya jam masuk.

Emm pantas saja kalau pagi-pagi karyawan disini seperti tergesa-gesa diburu waktu, pak bos nya kelewat disiplin, apa dia tidur di kantor ya? atau shalat shubuh di sini?

Aku segera masuk ke kantor, kantor belum terlalu ramai, kukenakan ID card, Wellcome Annisa Nur Cahya di dunia kerja barumu.

Sang resepsionis cantik sudah datang dan duduk manis di mejanya. Semoga saja dia tak melihat, aku langsung menuju lantai empat dimana ruang sekretaris berada.

Terlihat ada meja kerja disana, sebuah laptop berada di atasnya, pesawat telepon berada di sisi kanan dan ada lemari berisi file dan arsip di belakang meja itu.

Oh sepertinya pintu yang tertutup inilah ruang kerja pak bos, Ya, benar di papan nama ruangan bertuliskan “CEO OFFICE”. Tapi terlihat sangat sepi kemana dia? tidak mungkin juga langsung ke dalam sebelum dia memanggilku, lebih baik aku duduk saja disini, jika dia memanggil aku akan segera masuk dan memperkenalkan diri sebagai sekretaris barunya.

“Pagi, Mbak Annisa," tiba-tiba Pak Lukman menghampiri bersama wanita cantik yang masih muda.

“Pagi, Pak Lukman.”

“Bagaimana hari ini, Mbak sudah siap bekerja?” tanya Pak Lukman

“Insyaallah saya siap, Pak”jawabku yakin.

“Sebelum itu, Mbak, kami perkenalkan dulu kepada karyawan yang lain, nanti akan di antar oleh Mbak Andina”.

“Baik, Pak.”

Aku memperkenalkan diri kepada Andina dan menjabat tangannya. Pak Lukman terlihat bingung ketika aku menjabat tangan Andina, mungkin dia berpikir kenapa aku tak mau menjabat tangan Pak Lukman, biarkan saja dia kebingungan.

Kemudian aku diantar ke ruangan karyawan oleh Andina, ia memperkenalkanku sebagai sekertaris baru di kantor ini. Berbagai reaksi ku terima, ada yang berbisik-bisik, ada yang melongo memperhatikan penampilanku dari atas ke bawah, ada yang tersenyum, ada yang memandang tak suka dan ada juga yang tersenyum seperti meremehkan.

Terserah presepsi mereka tentangku, yang penting aku tak mengganggu orang lain. Setelah selesai aku Kembali ke ruangan, sampai waktunya pulang tak ada panggilan dari ruang CEO yang menurutku sangat aneh, tapi Pak Lukman masuk ke ruangan itu dan cukup lama berada di sana, aku menyimpulkan bahwa sang CEO ada di dalam.

Kulirik jam tanganku, jam sudah menunjukkan waktunya pulang sebaiknya aku pulang saja.

***

Comments (4)
goodnovel comment avatar
abdullah nasir
bagus jalan ceritanya
goodnovel comment avatar
Hansiana Siregar
jawabannya seperti anak hafidz Indonesia RCTI, insyaallah siap......sukses, mg yg seperti ini banyak adanya di dunia nyata.....
goodnovel comment avatar
Darma Azis
semangat ya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status