Share

BAB2

SANTET   CE_LA_NA   DALAM   2 

PINDAHKAN JEMURAN KE DALAM RUMAH SEBELUM MALAM, TERUTAMA PAKAIAN DALAM!

                               ***NANA SHAMSY***

"Lepaaaaaas!" berontak Nining. Ia berteriak kencang dengan napas memburu di sepanjang jalan.

Aji berusaha tegar dengan mengabaikan tatapan sinis para tetangga yang berdiri sambil berbisik-bisik di sepanjang jalan menuju rumahnya. Aji bisa melihatnya dari sudut mata. Untuk pertama kalinya Aji merasa begitu hancur melebihi saat ia harus kehilangan ke dua orang tuanya tujuh tahun silam. Saat itu Nining masih berusia dua belas tahun. Orang tua mereka meninggal dalam sebuah kecelakaan tragis. Selama ini Aji tak pernah mengeluh, tetapi kali ini ia tak mampu menahan kesedihannya. Di sepanjang jalan Aji menahan air mata, ia menangis di dalam hati sambil membatin memanggil ke dua orang tuanya.

Ya Allah, Pak, Buk. Ujian macam apa ini?

Aji menuntun Nining masuk ke kamarnya. Ia memakaikan baju pada adiknya, meskipun Nining terus saja memberontak dengan memukul, mencakar, dan berteriak kepada Aji, ia diam saja. Nining bahkan tidak bisa mengenali Aji.

"Lepaaaaas! Mas jangan pergi! Mas tolong aku!" teriak Nining sembari mendorong kuat tubuh Aji agar menjauh darinya.

Aji tidak peduli dengan teriakan Nining, dia juga tidak perduli meski Nining terus memukulinya. Setelah berhasil memakaikan baju pada adiknya, Aji mengunci  Nining di kamarnya.

"Buka pintunya, lepasin aku. Mas! Tolong!"

Nining menjambak rambutnya sendiri. Ia bingung harus bagaimana cara menyalurkan has-ratnya.

"Aaahhhh!" teriaknya marah. Nining menggedor pintu kamarnya terus menerus sampai ia kehabisan tenaga, Nining pun ketiduran di lantai begitu saja.

Dari ruang tamu Aji bisa melihat kerumunan para tetangga yang sesekali melongok ke rumanhnya. Aji menutup korden kemudian duduk di kursi, ia mengepal kepalanya, menangis sendirian. Lelaki kekar itu tak mampu menahan sesak di dadanya.

Aaarrrrrg! teriaknya. Tanpa sadar Aji menendang meja kayu yang ada di hadapannya sehingga membuat suara gaduh.

"Nining," gumamnya dalam tangis.

Aji memijat kepalanya yang terasa berdenyut, mimpi apa dia semalam. Apa yang terjadi dengan adiknya? Kenapa tiba-tiba Nining melakukan hal yang tidak masuk akal itu. Kemarin Nining masih baik-baik saja, sore itu Nining masih mengajar ngaji anak-anak di musola, bahkan tadi malam Nining memasak nasi goreng untuknya. Lalu, apa yang terjadi pada adiknya? Banyak sekali pertanyaan melintas di kepala Aji membuatnya ingin berteriak kencang.

Tok! Tok! Tok!

"Le, Aji,  buka pintunya Le, Bude mau bicara," teriak Sumini dari luar.

Aji buru-buru mengusap air matanya, kemudian ia bangkit membukakan pintu untuk Bude nya 

"Bude," seru Aji.

"Le, ada apa? Apa yang terjadi pada Nining? Katanya tadi dia te-lan-jang di jalan, apa itu benar?" tanya Bude Sum.

"Iya, Bude, aku juga nggak tahu kenapa Nining bisa seperti itu. Kemarin semuanya masih baik-baik saja bahkan tadi malam Nining masih membuatkan aku nasi goreng dan kami makan bersama. Raga yang memberitahuku kalau Nining berlarian di jalan dengan kondisi te-lan-jang. Aku langsung mengejarnya sambil membawa selimut Bude. Pikiranku sangat kacau saat ini," terang Aji.

"Sekarang Nining di mana?" tanya Bude Sum khawatir. Saat peristiwa itu terjadi, Bude Sum sedang berada di sawah. Ia langsung pulang ketika mendengar kabar tak enak tentang Nining. Ingin memastikan apa yang terjadi kepada keponakannya itu.

"Nining aku kunci di kamarnya Bude," jelas Aji.

Bude Sum pun langsung memeriksa Nining di kamarnya, ia  membuka pintu kamar dan mendapati Nining tengah tertidur di lantai. Melihat itu, Aji lantas memindahkan Nining ke atas tempat tidur.

"Le, sepertinya ada yang tidak beres dengan Nining, ada yang sudah berbuat jahil padanya. Bude dengar, Nining sempat dilamar sama Galih, tapi Nining menolak lamaran itu, apa menurutmu kejadian ini tidak ada hubungannya dengan penolakan itu, Le?" Masih berdiri di depan ambang pintu kamar Nining, Bude Sum membahas tentang hal itu.

"Nggak tahu Bude, aku juga tidak berani menuduh Galih tanpa bukti."

"Tapi, Nining seperti ini setelah datangnya lamaran itu, kan, Le. Lagi pula hal seperti ini mana bisa dibuktikan,"  tekan Sumini.

"Iya, Bude,lalu aku harus bagaimana? Aku ndak mau Nining menjadi seperti ini." Aji terdiam, hatinya terus berusaha menampik bahwa itu adalah perbuatan Galih.

"Untuk masalah Nining ini, Bude sarankan kamu bertanya kepada  paranormal, Le. Kita tidak bisa membiarkan hal ini begitu saja, ini bener-bener sudah gak beres. Tadi Rofik memberitahuku tentang seorang paranormal di kampung sebelah, coba kamu datang ke sana, kalau tidak salah namanya Mbah Harjo, siapa tahu dia bisa membantumu, Le. Biar Bude yang menjaga Nining, kamu pergi saja sekarang," saran Bude Sum.

Tanpa membuang waktu, Aji  pun menuruti saran Budenya, dia pergi ke rumah Mbah Harjo berbekal alamat yang diberikan oleh budenya. Butuh waktu sekitar setengah untuk sampai ke rumah Mbah Harjo. Sesampainya di sana, Aji langsung menceritakan masalahnya kepada Mbah Harjo.

Dukun itu menyimak dengan serius cerita Aji. "Nanti sore aku akan ke sana, biar aku terawang langsung," ucap Mbah Harjo.

"Terima kasih, Mbah, kalau begitu saya pulang dulu," pamit Aji.

Di sepanjang perjalanan pulang Aji sempat berpapasan dengan beberapa tetangga. Aji menyapa mereka dengan menganggukan sedikit kepalanya, meski mereka membalas sapaan Aji, sangat ketara sekali kalau mereka menatap Aji dengan tatapan yang tak seperti biasanya. Begitu Aji berlalu, mereka pun lantas berbisik-bisik di belakang Aji.

                                        *** KBM***

Warung Maemunah mendadak menjadi sarang ghibah hari itu. Semuanya membicarakan tentang Nining, dengan cepat kabar mengenai Nining pun tersebar ke mana-mana. Dari mulut ke mulut pun juga dari media sosial. Semuanya heboh membicarakan Nining si kembang desa.

"Aku kaget banget ketika melihat Nining berlari tanpa memakai ba-ju," ujar seorang lelaki berkaos hitam dengan kumis tebal. Ia menghisap rokok dan menaikan satu kakinya ke kursi panjang yang terbuat dari bambu.

"Sama! Aku juga kaget, tadinya aku pikir Nining itu orang gila yang kebetulan lewat. Karena bodynya yang bo-hay dan mu-lus, aku pelototin terus, lumayan kan buat cuci mata pagi-pagi abis ngelihat bini yang udah kayak buntelan lemper. Eh, tahunya itu Nining. Mataku makin melek! Jakpot!" kata Parman-Bapak dari dua orang balita.

"Si-a-lan!" Anwar menonyor kepalanya dari belakang. Anwar yang kebetulan tidak tahu kejadian tadi pagi sedikit menyesal.  "Ngapain ya, tadi pagi aku pakai acara kebelet segala," sesalnya.

"Bener-bener rizki nomplok tadi pagi. Hadew, kapan Nining begitu lagi?" timpal Farid sambil melahap gorengan yang masih panas.

"Hssttt,  jangan bilang seperti itu. Kalau begitu sama saja artinya kamu itu mendoakan si Nining jadi orang sin-ting," sahut Maemunah.

"Apa mungkin Nining menjadi korban pelet, santet, atau semacam guna-guna. Karena kejadian ini sangat aneh, seperti yang kita semua tahu. Nining itu sangat baik dan cantik, banyak yang naksir sama dia. Apa mungkin ada salah satu orang sudah berbuat jahat pada Nining? Ya, istilahnya 'cinta ditolak, dukun bertindak," kata Agus.

"Bisa jadi," jawab lelaki berkaos hitam.

"Kasian Nining," gumam Farid, padahal tadinya ia ingin melihat Nining te-lan-jang lagi.

"Tapi Nining itu kan, baik banget. Apa ya ada yang tega berbuat seperti itu?" Anwar melempar tanya.

"Buktinya ada!" Maemunah ikut menimpali, sambil terus bekerja memasukkan adonan mendoan ke wajan. "Namanya juga pembenci, mau sebaik apapun kita, kalau orang itu udah benci ke kita, ya pasti kita selalu salah di matanya. Seorang pembenci itu nggak butuh alasan kenapa dan mengapa. Karena masalahnya itu bukan di Niningnya, tapi di hati si pembenci itu! Mungkin dia nggak mau Nining dimiliki oleh orang lain, mangkanya Nining dibuat seperti itu, kasian,"  terang Maemunah. Ia merasa iba akan musibah yang menimpa keluarga Aji.

"Benar juga, kasian Nining cantik-cantik jadi seperti itu."

Obrolan tentang Nining masih terus berlanjut. Mereka tak henti membicarakan topik tersebut. Pun juga Darsih. Mungkin hanya dia yang tertawa puas dengan kejadian yang menimpa Nining.

Syukurin! gumam Darsih, melihat Nining menjadi orbrola semua orang.

                                          ***Kbm***

Galih yang baru saja bergabung dengan teman-temannya di tempat tonkrongannya langsung disambut dengan kabar tak sedap tentang Nining.

"Ada apa?" tanya Galih ketika mendengar nama Nining disebut beberapa kali oleh teman-temannya.

"Kamu nggak tahu? Tadi pagi desa ini heboh, karena Nining keluar rumah nggak pakai ba-ju. Sudah begitu ia mengejar-ngejar cowok yang lewat di jalan," terang Genta membuat Galih tercengang.

"Itu nggak mungkin!" tampik Galih.

"Beneran, lihat ini." Genta memperlihatkan rekaman vidio amatir yang ada di WA nya kepada Galih.

"I-ini, nggak mungkin!" Galih masih tidak bisa percaya. Ia pun menghapus rekaman vidio tersebut. "Siapa saja yang merekam Nining?!" tanya Galih membuat Genta seketika menunduk dan melempar pandang ke arah lain. 

"Kamu nggak usah marah, Gal. Semua orang merekam kejadian tersebut. Kamu tahu sendiri bagaimana wajah seseorang ketika sudah dikuasai oleh HP. Mereka tak akan segan merekam dan meneyebarkan aib seseorang," sahut Raga. Dia adalah sahabat Galih, kebetulan ia tadi juga menyaksikan langsung saat Nining berlarian di jalan. Dia juga sempat marah saat semua orang justru mengambil vidio Nining tanpa berniat menolongnya. Raga lantas mencari Aji di  tempat kerjanya memberitahu tentang Nining. 

"Benar."

Galih yang sedari tadi belum sempat melihat HP nya pun langsung merogoh saku celananya. Di story WA teman-temannya sudah penuh dengan vidio Nining dengan berbagai versi,  bahkan ada yang tega dengan sengaja me--zoom bagian sen-si-tif nya sehingga membuat darah Galih mendidih. Galih menatap wajah teman-temannya satu persatu sebelum akhirnya pulang ke rumah. Meninggalkan tempat tongkrongan mereka.

Seketika itu juga Galih gegas pulang ke rumahnya mengambil kunci motor, berniat pergi ke rumah Nining untuk mencari tahu.

"Mau kemana kamu, Gal?" tanya Darsih ketika melihat Galih sudah berpakaian rapi.

"Mau ke rumah Nining, Mbak. Aku mau tahu bagaimana keadaan Nining," kata Galih sembari menggunakan jaketnya.

"Buat apa?!" potong Darsih, "Ingat Gal, kamu sudah ditolak oleh Nining, mungkin itu adalah balasan  yang pantas buat dia karena sudah sok cantik. Kalau udah gila seperti itu, siapa yang mau sama dia! Terbukti kan, siapa yang  bakal menyesal akhirnya!"

"Kenapa Mbak Darsih bilang seperti itu? Mbak Darsih bukan dalang di balik semua ini kan?" tuduh Galih.

                             ***Bersambung***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status