Share

Tragedi

Hati Fradhella semakin gundah. Pikirannya bercabang ke mana-mana. Setelah taksi online yang ia pesan datang, Fradhella langsung pergi ke rumah sakit. Sekitar lima belas menit akhirnya ia sampai, Fradhella datang masih memeluk pialanya. Ia mencari Geovano yang telah menunggunya di UGD.

“Si … siapa yang sakit, Pah?” tanya Fradhella lirih.

Geovano memeluk putri kesayangannya itu. Ia tersenyum saat melihat Fradhella datang dengan pialanya.

“Selamat ya, Princess. Kamu memang selalu menjadi kebanggaan Papa,” puji Geovano mengecup puncak rambut Fradhella.

“Siapa yang ada di dalam sana, Pah? Mama mana?” tanya Fradhella sekali lagi.

“Ma … Mama ada di dalam sana,” jawab Geovano lirih yang membuat Fradhella lemas begitu saja.

Geovano menopang tubuh kecil milik putri kesayangannya itu. Ia menuntun Fradhella untuk duduk di kursi tunggu depan UGD. Rasanya hancur, apa ini penyebab Zahra tidak kunjung hadir untuk menjemputnya?

“Mama kenapa, Pah?” tanya Fradhella dengan suara gemetar.

“Mama kamu mengalami kecelakaan.”

“Tapi Mama baik-baik saja ‘kan, Pah?”

Geovano mendekap Fradhella erat. Air mata Fradhella tidak mampu terbendung lagi. Padahal dua jam lalu ia baru saja video call dengan Zahra. Varell baru saja datang dengan mengenakan jersey futsal. Langkahnya pelan saat melihat Fradhella menangis dalam dekapan Geovano.

“Pah, Kak, bagaimana kondisi Mama?”

Varell duduk di samping Geovano. Keduanya dalam pelukan Geovano. Padahal keluarga mereka baru saja kembali. Seorang dokter telah keluar dari ruangan, ketiganya bergegas untuk menanyakan bagaimana kondisi Zahra saat ini.

“Dok, bagaimana kondisi Mama saya?”

“Bagaimana kondisi istri saya?”

Terlihat raut gusar dari dokter yang baru saja menangani Zahra. Dokter tersebut menepuk pelan bahu Geovano.

“Maaf, Pak. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Namun, sepertinya Tuhan lebih sayang pada Ibu Zahra,” terang dokter tersebut dengan berat hati.

Dunia Fradhella benar-benar runtuh, bahkan saat ini ia jatuh pingsan dalam dekapan Geovano. Geovano menyuruh beberapa perawat untuk segera menangani Fradhella. Ia dan Varell hanya mampu menatap kosong jenazah Zahra yang telah dibersihkan.

***

Gadis cantik dengan kerudung hitam itu menatap sendu seorang wanita yang telah terbungkus kain kafan di dalam peti. Banyak sekali karangan bunga yang sedari kemarin berdatangan. Tidak hanya dari kolega bisnis Geovano, bahkan beberapa artis manca negara juga hadir untuk mengucapkan belasungkawa.

Seorang wanita paruh baya memeluk cucu kesayangannya tersebut. Baru pertama kali ia melihat cucunya seterpukul ini. Fradhella yang biasanya selalu tertawa dan ceria, saat ini hanya terdiam menatap kosong jenazah Zahra.

“Dhella, ikhlaskan, Nak. Biarkan Mama kamu pergi dengan tenang,” bisik Maharani membujuk Fradhella.

“Ini semua salah Dhella, Eyang. Kalau saja Dhella gak memaksa Mama untuk jemput Dhella, Mama pasti gak akan kaya gini,” kilah Fradhella yang masih terus-terusan menyalahkan dirinya.

“Fradhella, ini itu namanya takdir. Ini bukan salah kamu. Allah lebih sayang dengan Mama kamu. Biarkan Mama kamu pergi dengan tenang, sekarang tugas kamu adalah berdoa untuk kepergian Mama kamu,” terang Maharani lembut.

Tidak ada jawaban dari Fradhella. Ia hanya masih terus terdiam di samping jenazah Zahra. Banyak tatapan iba dari para pelayat yang berdatangan. Setelah ini, pemakaman Zahra akan segera dilakukan. Geovano sendiri yang mengangkat peti milik istrinya tersebut.

Fradhella, Varell, Maharani, dan Zelina memasuki ambulans yang akan membawa jenazah Zahra ke pemakaman setempat. Varell memeluk kakak perempuannya itu, sementara Fradhella masih setia memeluk peti Almarhumah Zahra.

Fradhella tidak menyangka ternyata banyak juga yang ikut iring-iringan jenazah Zahra, bahkan beberapa media juga meliputnya secara eksklusif. Kepergian Zahra secara tiba-tiba juga membuat banyak orang terkejut. Padahal minggu lalu, Zahra baru saja selesai konser solo bermain biola di Korea Selatan.

“Mama!” pekik Fradhella saat peti milik Zahra hendak dikebumikan.

Varell dan Zelina memegang Pundak Fradhella. Gadis cantik berambut merah menyala itu menatap sendu ponakan yang hanya berbeda satu setengah tahun darinya. Tidak lama kemudian tubuh Fradhella kembali limbung karena memang sedari kemarin dia belum makan apa pun.

Varell menggendong Fradhella bridal style membawa gadis itu ke tempat yang lebih teduh. Banyak kamera yang menyorot keduanya membuat Varell risi. Ia menanyakan di mana rasa empati mereka. Bukannya menolong, mereka justru sibuk mengabadikan momen tersebut demi kepentingan rating berita mereka.

“Tidak bisakah kalian berhenti merekam dan beri Kakak saya ruang? Saya sedang berduka saat ini dan Kakak saya sedang pingsan. Pergilah, beri saya dan Kakak saya ruang,” murka Varell saat para media justru mengikutinya.

Beberapa bodyguard milik Geovano akhirnya turun tangan. Mereka menghalau media untuk menyorot Varell dan Fradhella. Di dalam mobil, Varell membuka kerudung Fradhella dan memberikan minyak kayu putih agar Fradhella bisa segera sadar. Beberapa saat kemudian akhirnya Fradhella kembali sadar dan menangis lagi.

“Minum dulu, Kak,” titah Varell lembut.

“Gue mau lihat Mama,” balas Fradhella lemah.

“Kalau lo gak kuat, lebih baik jangan. Minum dulu sama ini makan rotinya sedikit. Lo dari kemarin belum makan apa pun, Kak. Gue takut nanti lo sakit,” bujuk Varell menyerahkan sebungkus roti untuk Fradhella.

“Gue gak mau makan, Rell. Gue cuman mau lihat Mama.”

“Kak, dikit aja.”

Fradhella hanya meneguk sedikit air mineral yang diberikan oleh Varell, kemudian dia memaksa kembali untuk melihat proses pemakaman Zahra. Varell yang awalnya tidak setuju akhirnya mengalah. Ia meminta untuk beberapa bodyguard mengawal mereka agar para media tidak mengerumuni mereka dan menanyakan hal yang membuat Fradhella sedih.

Geovano yang baru saja ikut mengubur Zahra ia memeluk Fradhella. Fradhella kembali menangis dalam pelukan Geovano. Mimpi terburuk untuk Fradhella adalah kehilangan Zahra. Saat ini hal itu terjadi tentu saja membuat Fradhella sangat terpukul.

“Ikhlaskan Mama, Sayang. Jangan seperti ini, Mama pasti bakal sedih,” ucap Geovano mendekap Fradhella.

Prosesi pemakaman selesai, saat ini dengan seluruh badan yang bergetar Fradhella harus menaburkan bunga di atas makam Zahra. Fradhella dan yang lainnya kembali ke rumahnya karena mereka masih harus menjamu para pelayat yang datang di rumahnya. Namun, sesampainya di rumah Fradhella lebih memilih mengurung dirinya di kamar.

Fradhella mengusap lembut foto keluarganya yang sekitar tiga bulan lalu diambil. Fradhella dan Zahra kompak menggunakan dress berwarna merah, sementara Geovano dan Varell keduanya tampak tampan dengan jas yang senada.

“Ma … setelah ini siapa yang akan melatih permainan biola Fradhella? Ma, maafkan Fradhella ya. Mama di sana kesepian gak? Pasti di sana gelap dan tidak nyaman. Mama … ayo katakan kalau ini mimpi. Ayo bangunkan Fradhella, Ma,” celoteh Fradhella perih.

Fradhella memeluk foto keluarganya tersebut, dia meringkuk di atas kasurnya dengan derai kristal bening yang masih senantiasa mengalir tanpa bisa ia hentikan.

“Ma, Fradhella boleh ikut Mama aja? Fradhella gak bisa hidup tanpa Mama.” Sesaat setelah mengucapkan kalimat itu, Fradhella terlelap dalam mimpinya.

Maharani menatap cucu kesayangannya itu pilu. Fradhella sangat dekat dengan Zahra, wajar jika gadis itu sangat terpukul saat ini. Maharani mencari Geovano yang tengah duduk santai.

“Vano, Ibu ingin bicara sama kamu.” Geovano menatap sejenak mertuanya tersebut, kemudian dia memberi ruang untuk Maharani duduk di sampingnya.

“Ada apa, Bu?”

“Sepertinya lebih baik Fradhella ikut saya ke Yogyakarta untuk sementara waktu. Mengingat kondisi dia, Ibu takut jika jiwa dia akan terguncang. Biarkan dia menenangkan diri di Yogyakarta untuk sementara waktu,” urai Maharani.

Berat sebenarnya untuk Geovano. Namun, yang dikatakan Maharani ada benarnya. Jika Fradhella ada di Surabaya, pasti dia akan dikejar banyak media untuk diliput. Apalagi beberapa stasiun tv telah menghubunginya untuk memberikan klarifikasi eksklusif.

“Jika itu yang terbaik, baiklah, Bu. Aku akan suruh beberapa bodyguard untuk mengawal Ibu dan Fradhella kembali ke Yogyakarta,” putus Geovano.

“Kamu tenang saja, Vano. Dia akan aman di sana.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status