Share

Melabrak Selingkuhan Papa

Siang ini cakrawala tampak tertutup mega kelabu. Meski bulan ini telah memasuki bulan si Taurus, namun hujan terkadang masih suka mengguyur kota pahlawan tersebut.

Fradhella memejamkan matanya sejenak. Rasanya ia ingin memukul apa pun yang ada di depanya, bahkan ketika lihat muka Carabella, ia ingin sekali memaki-maki gadis itu. Namun, ia sadar jika di sini yang salah adalah Rikka.

"Huh, gue butuh kopi," Monolog Fradhella.

Dari dalam mobil, Fradhella menajamkan pandangannya ke sebuah restoran seafood di samping kafe yang ingin ia kunjungi. Ia seperti mengenal pria yang ada di dalam sana. Dari posturnya, dia seperti Geovano. Di hadapan pria tersebut, seorang wanita dengan pakaian ketat tampak mesra mengelap wajah Geovano.

Cengkeraman tangan Fradhella mengencang. Ia bergegas keluar dari mobilnya untuk menemui papanya tersebut. Bisa-bisanya ia melihat langsung kemesraan papanya bersama wanita yang bukan mamanya. Pantas saja Zahra lebih memilih untuk pergi lagi. Ya, tadi pagi Zahra pergi ke Bali untuk beberapa hari ke depan.

"Pa," panggil Fradhella membuat Geovano terlonjak.

"Fradhella, kamu kenapa ada di sini? Kamu baru pulang sekolah?" tanya Geovano lembut seperti tidak terjadi apa-apa.

"Eh ada Fradhella. Baru pulang sekolah ya, Sayang? Ayo sekalian aja kamu ikut makan siang. Pasti kamu lelah sekolah seharian. Kamu mau pesan apa, Sayang?" tawar Rikka manis.

Fradhella menatap Rikka sinis, kemudian dia berjalan mendekati Rikka. Tatapannya begitu dingin dan tajam, bahkan Geovano seperti tidak mengenali putrinya. Biasanya Fradhella akan menatap seseorang dengan hangat dan sopan jika orang tersebut lebih tua darinya.

"Tante dibayar berapa sehari sama Papa? Tinggalin Papa, aku akan bayar Tante dua kali lipat," tukas Fradhella yang membuat Rikka dan Geovano terkejut bukan main.

"Fradhella! Jaga ucapanmu, Papa tidak pernah mengajari kamu tidak sopan sama orang yang lebih tua," sentak Geovano marah.

Fradhella terkekeh sinis. Ia menatap Geovano sejenak, kemudian dia kembali menatap Rikka.

"Apa aku harus tetap sopan dengan orang yang sudah merusak keluargaku?" sinis Fradhella.

"Kamu bicara apa, Fradhella? Tante gak paham," balas Rikka dengan nada rendah mencari muka pada Geovano.

"Tante gak usah pura-pura gak paham. Aku tahu Tante sangat paham. Jika Tante adalah seorang wanita yang mempunyai hati, tentunya Tante mengerti apa yang seharusnya Tante lakukan," ujar sarkastik Fradhella memojokkan Rikka.

"Hentikan, Fradhella! Papa tidak pernah mengajari kamu seperti ini, atau jangan-jangan Mamamu yang mengajarinya?"

"Jangan bawa-bawa Mama!" sela Fradhella tidak terima.

"Katakan pada Mamamu, dia harus mengajarimu sopan santun dari pada sibuk show tidak jelas," sergah Geovano.

"Papa! Jaga ucapan, Papa."

"Lebih baik kamu pulang saja, Fradhella. Hari ini bukanya jadwalmu latihan dance?" titah Geovano tidak ingin Fradhella berbuat ulah lebih dari ini lagi.

"Aku udah keluar dari klub dance."

Geovano sedikit tersentak. Ia tahu bagaimana putrinya itu sangat menyukai dance, bahkan Fradhella lebih menyukai dance dibanding bermain biola.

"Kenapa kamu keluar?"

"Tanya saja ke anak wanita itu," sinis Fradhella kemudian pergi begitu saja.

***

Sore itu Fradhella baru saja pulang dari sekolahnya. Baru saja memasuki rumahnya, namun ia sudah mendengar suara keributan.  Kali ini, ia melihat Varell tengah menyaksikan semuanya.

Varell berlari ke arahnya saat sebuah vas bunga hendak melayang pada dirinya. Untung saja dengan cekatan Varell bisa menghalau vas bunga itu agar tidak menyakiti kakaknya. Hanya saja, karena perbuatannya telapak tangannya mesti terluka.

“Lo udah tahu ini semua, Kak?” tanya Varell menatap lekat manik mata terang milik Fradhella.

“Kenapa lo sembunyikan ini semua dari gue?” Masih tidak ada jawaban dari Fradhella.

Justru dengan acuh Fradhella pergi begitu saja meninggalkan Geovano dan Zahra yang tengah bertengkar cukup hebat entah apa penyebabnya kali ini.

“Apa belum cukup aku harus merelakan hobiku?” ujar Fradhella menghentikan langkahnya ketika menaiki anak tangga menuju ke kamarnya.

“Maksud kamu?”

“Apa wanita itu belum meninggalkan Papa? Padahal anaknya sudah menyuruhku keluar dari klub dance agar wanita itu meninggalkan Papa,” terang Fradhella santai.

“Jadi alasan kamu berhenti menari karena itu?”

Fradhella mengangguk lemah. Seketika Geovano dan Zahra terdiam sejenak. Zahra mendekati Fradhella untuk memeluk gadis itu. Ia tidak tahu jika bukan hanya perasaannya saja yang berkorban di sini, namun Fradhella harus merelakan hobinya demi keegoisan keduanya.

“Aku hanya keluar dari klub dance, tapi tidak dengan berhenti menari,” balas Fradhella enteng.

Zahra memeluk Fradhella erat, sementara Fradhella masih terdiam seperti enggan membalas pelukan Zahra. Ia cukup kacau dan terguncang dengan pertengkaran Geovano dan Zahra akhir-akhir ini. Geovano mulai sadar karena keegoisannya anak-anak yang selama ini berusaha ia bahagiakan justru menderita.

Geovano pun ikut serta memeluk Fradhella. Ia merindukan putri kesayangannya yang akhir-akhir ini sengaja menjauhi dirinya. Fradhella merasa nyaman, dekapan kedua orang tuanya membuatnya hangat.

“Maafkan Mama, Sayang.”

“Maafkan Papa juga, Princess,” timbrung Geovano.

“Aku mohon. Aku janji tidak akan meminta apa pun lagi setelah ini. Aku minta Papa dan Mama baikkan ya? Jangan berantem lagi. Kita mulai semuanya lagi seperti semula,” pinta Fradhella dengan suara bergetar.

Zahra mengangguk. “Iya, Sayang. Mama janji, setelah ini Mama akan mengatur waktu Mama kembali. Pastinya Mama akan lebih banyak waktu bersama kalian.”

Zahra membelai lembut rambut kecokelatan milik Fradhella, kemudian dia kembali memeluk Fradhella dengan erat, sementara Geovano sesekali ia mengecup pucuk rambut Fradhella penuh kasih.

“Papa akan tinggalin Tante Rikka, ‘kan?” tanya Fradhella lirih namun masih bisa didengar oleh Geovano.

“Iya, Princess. Maafkan Papa, ya? Papa janji, setelah ini Papa tidak akan membuat kamu sedih lagi,” putus Geovano.

Senyum tulus terbit di bibir ranum milik Fradhella. Ia berbalik arah tersenyum pada adik kesayangannya yang tadi baru saja menyelamatkannya. Fradhella merentangkan tangannya untuk Varell juga ikut mereka berpelukan.

“Kita mulai semuanya dari awal, ya?”

***

Pagi ini arunika datang dengan cerah menyambut pertiwi dengan semringah. Gadis cantik itu telah siap dengan seragam sekolahnya yang tampak pas mencetak bodi proporsionalnya. Ia menuruni anak tangga dengan santai, sesekali bersenandung lirih dengan senyum merekah yang kembali tercetak.

“Selamat pagi, Mama, Papa, dan Adikku tercinta,” sapanya semangat di pagi ini.

“Pagi, Sayang.”

“Pagi, Princess.”

Fradhella duduk di samping Varell, ia menatap beberapa masakan yang tersaji di meja makan. Senyumnya semakin lebar saat melihat sambal goreng kentang tersaji di sana.

“Mama yang masak ini?” Zahra tersenyum mengiyakan.

“Makan yang banyak ya, Sayang,” ujar Zahra mengambilkan satu centong nasi dan lauk kesukaan Fradhella tersebut.

Pagi ini selayaknya pagi-pagi terdahulu. Mereka sarapan berempat yang sudah empat bulan ini mereka lewatkan.

“Pagi ini kamu mau Papa antar, Princess?” tawar Geovano lembut.

“Besok aja ya, Pah. Soalnya kemarin Fradhella udah janji sama Varo hehehe.”

“Pacaran mulu lo,” komentar Varell.

“Mangkanya lo cari pacar,” balas Fradhella.

Varell merotasikan bola matanya malas. “Gue stay halal, Bro.”

Suara bel terdengar membuat mereka spontan menoleh ke arah pintu. Fradhella segera meneguk susu vanila miliknya, kemudian dia mencangklot tas sekolahnya dan menyalami Zahra serta Geovano.

“Dhella berangkat dulu ya, Mah, Pah,” pamit Fradhella.

“Hati-hati, Sayang.”

Kedua sudut bibir Fradhella tertarik sempurna saat mendapati sang kekasih di depan pintu rumahnya. “Kita berangkat sekarang, Sayang?”

Sekitar dua puluh menitan akhirnya mereka sampai di pelataran SMA Savior. Kebersamaan Varo dan Fradhella memang selalu menjadi pusat perhatian. Mereka semua selalu iri pada Fradhella yang mampu meluluhkan hati ketua basket tersebut.

Keduanya berjalan dengan Varo yang memeluk pinggang Fradhella posesif. Terlebih dahulu Varo mengantarkan Fradhella ke kelasnya, baru setelah itu dia pergi ke kelasnya yang memang berbeda jurusan dengan Fradhella.

Fradhella tersenyum manis saat melihat Carabella yang sedari tadi memperhatikannya. “Pagi, Bell.”

“Pagi, Dhell. Kayanya senang banget lo hari ini.”

“Hahaha, iya.”

“Gue masih nunggu janji lo,” tukas Fradhella pada Carabella.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status