Share

Seperti Cinderella

Gadis cantik itu tengah menyiapkan semua pakaiannya untuk ia masukkan ke dalam koper. Waktunya di sini telah selesai, ia harus kembali dan menyelesaikan semua masalahnya. Setelah memasukkan seluruh pakaiannya ke dalam koper, Fradhella duduk di tepian jendela. Ia menatap kosong cakrawala petang bertabur bintang.

“Lo udah selesai nata baju?” tanya seorang gadis dengan warna rambut yang mencolok itu.

“Udah, Kak.”

“Lebih baik lo istirahat sekarang. Pesawat kita take off cukup pagi besok,” titah Zelina.

“Iya, setelah ini gue tidur.”

Zelina mendekati Fradhella. Dulu, keduanya tumbuh bersama. Sampai akhirnya Zahra membawa Fradhella untuk tinggal bersama Geovano di Surabaya. Ia mengenal jelas bagaimana gadis itu. Fradhella yang selalu ceria, cerewet, dan selalu banyak tertawa. Sempat terlintas iri pada kehidupan gadis itu. Fradhella memiliki segalanya, sampai tidak ada celah kekurangannya.

“Lo harus mulai menerima semuanya, Dhell. Gak selamanya lo akan terus ada di atas,” tukas Zelina membuyarkan lamuan Fradhella.

“Bagian mana yang harus gue terima? Keluarga gue hancur karena pelakor itu? Lo gak pernah rasain, gimana hancurnya gue saat Papa dan Mama harus terus berantem saat bertemu. Mama yang bahkan sebulan tidak pulang demi menghindari Papa dan gue harus merelakan hal yang sangat gue cintai tapi ternyata sia-sia,” urai Fradhella murka.

“Sekarang gue hancur, gue kalah, perjuangan gue sia-sia. Gue yakin, Mama juga pasti sedih di atas sana,” lanjut Fradhella lirih.

Zelina diam, dia tidak tahu. Zahra tidak pernah cerita kepadanya mau pun Maharani. Semua benar-benar ditutupi rapi, karena mana mungkin Geovano dan Zahra mau jika nama mereka harus tercoreng di muka publik. Apalagi notabenenya Zahra adalah seorang publik figur dan Geovano adalah seorang pengusaha yang terkenal.

Dunia hanya perlu tahu jika kehidupan mereka sempurna. Entah bagaimana nanti langkah yang dilakukan oleh Geovano untuk menutupi kehamilan Rikka di luar nikah kepada publik.

“Gue rela keluar dari klub dance biar Carabella menyuruh Tante Rikka untuk jauhi Papa. Gue selalu tinggal di apartemen kalau Varell lagi gak di rumah karena selama ini dia memang gak tahu masalah yang terjadi. Gue gagal ikut kompetisi dance di Jepang padahal sudah setahun gue persiapkan itu semua.”

“Apalagi yang harus gue terima? Pelakor itu nikah sama Papa? Hidup gue harus menderita kaya Cinderella? Lo tahukan dari dulu gue paling benci dengan cerita Cinderella?” sambung Fradhella bergetar, bahkan saat ini buliran cair itu kembali mengalir di pipi tirusnya.

Zelina merasa bersalah telah mengucapkan kalimat tadi. Ia memeluk gadis cantik itu. Tubuh Fradhella bergetar hebat, membayangkan bagaimana nasibnya ke depannya saja ia tidak sanggup. Bagaimana ia bisa menjalani semuanya nanti.

“Sorry, gue benar-benar gak tahu.” Fradhella mengusap air matanya kasar, ia tersenyum simpul dan mengangguk lemah.

***

Fradhella memasuki rumah megah yang sudah ia tinggalkan hampir seminggu itu. Varell yang melihat kedatangan Fradhella ia langsung memeluk kakak perempuannya itu. Varell yang memohon untuk Fradhella kembali, meski sebenarnya gadis itu tidak sudi kembali ke rumahnya itu.

“Gue rindu banget sama lo, Kak.” Fradhella membalas pelukan Varell. “Gue gak rindu tuh,” canda Fradhella dengan terkekeh kecil.

Varell semakin memeluk Fradhella erat sehingga gadis itu cukup kesulitan untuk bernafas. Fradhella menepuk keras punggung Varell, bukannya melepaskannya Varell justru tertawa dan menggerakkan tubuh mungil Fradhella ke kanan dan ke kiri. Setelah puas mengerjai Fradhella, akhirnya Varell melepaskan pelukannya.

“Gila lo. Lo mau bunuh gue apa,” kesal Fradhella menggeplak lengan Varell.

“Hahaha, lagian lo kecil banget sih.”

“Gue lebih tua ya dari lo,” sela Fradhella mendelik.

“Iya, tapi lo kecil banget. Lo bahkan cuman sedagu gue,” ejek Varell.

Fradhella memukul pelan dada Varell. “Di mana Papa?”

“Papa ada di ruang kerjanya.”

Fradhella langsung bergegas menuju ruang kerja milik Geovano yang berada di sebelah kamar utama. Ia mengetuk pintu ruangan Geovano terlebih dahulu sebelum masuk.

“Siapa?” teriak Geovano dari dalam sana.

“Aku, Pah.”

“Masuk saja, Princess.”

Fradhella membuka ruangan kerja papanya tersebut. Berbagai rak yang berisi buku dan arsipan berkas-berkas penting tertata rapi di dalamnya. Geovano tersenyum simpul menyambut kedatangan Fradhella. Ia menutup laptopnya dan langsung memeluk putrinya itu.

“Bagaimana keadaanmu, Princess? Kamu terlihat lebih kurus sekarang. Apa kamu melupakan makanmu akhir-akhir ini?” tegur Geovano membawa Fradhella dalam pelukannya.

“Aku tidak nafsu makan akhir-akhir ini,” jujur Fradhella.

“Papa sangat merindukanmu,” ungkap Geovano mengecup puncak rambut Fradhella.

“Aku ingin bicara dengan Papa.”

Geovano mengangguk, dia membawa Fradhella duduk di salah satu sofa yang berada di ruang kerjanya. “Ada apa, Princess? Kamu ingin apa? Sepatu baru, tas, atau ponsel keluaran terbaru?”

“Aku tidak membutuhkan itu, Pah. Aku ingin Papa membatalkan rencana pernikahan Papa dengan Tante Rikka,” pinta Fradhella serius.

Geovano menghela nafas kasar sejenak. “Maaf, untuk itu Papa tidak bisa. Minta permintaan yang lain saja.”

“Memangnya Papa yakin jika itu adalah anak Papa?” tanya Fradhella yang membuat Geovano tersinggung.

“Maksud kamu apa, Fradhella? Kamu menuduh Rikka?”

Fradhella tersenyum sinis menanggapinya. “Apa yang bisa dipercaya dari perempuan seperti dia?”

“Jaga ucapanmu, Fradhella. Dia adalah calon mamamu dan dia sedang mengandung calon adikmu,” sungut Geovano.

“Aku tidak akan menyetujui sampai kapan pun pernikahan Papa,” kekeh Fradhella.

Geovano memijat pangkal hidungnya. Berdebat dengan Fradhella itu buang-buang waktu karena karakter gadis itu benar-benar sama sepertinya. Keras kepala dan tidak mau kalah. Geovano menghela nafas kasar, ia menepuk pelan Pundak Fradhella sebelum meninggalkan gadis itu.

“Tanpa persetujuan dari kamu, Papa akan tetap melaksanakan pernikahan itu. Mumpung kamu sudah kembali, besok kita akan fiting baju untuk pernikahan Papa dengan Tante Rikka,” putus Geovano.

“Itu tidak akan terjadi, Pah.”

Geovano meninggal Fradhella, sementara gadis itu menatap menggebu punggung papanya. Bagaimana pun juga ia akan mencari cara untuk menggagalkan pernikahan itu. Tidak peduli jika nanti Geovano akan marah besar kepadanya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status