My Obsessive Lecturer (ID)

My Obsessive Lecturer (ID)

Oleh:  Anizz Suranizz  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
63Bab
2.6KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Vega adalah mantan Alberto. Dia masih mencintai Alberto sampai dia menjadi profesor di kampus Alberto. Vega berusaha mengejar cinta Alberto dengan berbagai cara meski Alberto sudah memiliki pacar bernama Lorena. Dia mengajak Alberto berkencan dan one night stand. Mereka melakukan one night stand dan segera Vega hamil. Saat itu, orang tua Vega menanyakan kapan Vega akan menikah karena usia Vega adalah usia yang tepat untuk menikah. Vega meminta Alberto untuk kontrak pernikahan. Awalnya aku tidak mau. Namun setelah Vega menawarkan uang dalam jumlah besar, Alberto menyetujui permintaan Vega tersebut karena ia membutuhkan uang tersebut untuk membayar biaya kuliah. Vega dan Alberto menikah. Saat itu, Lorena berusaha merebut hati Alberto dengan berbagai cara, termasuk meminta Alberto berselingkuh. Apa yang akan terjadi selanjutnya?

Lihat lebih banyak
My Obsessive Lecturer (ID) Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
63 Bab
Bab 1. Cewek Seksi
Setelah liburan panjang, para murid harus datang lagi ke kampus dan belajar di kampus. Begitu pun dengan Alberto yang sebenarnya malas untuk datang lagi ke kampusnya dan belajar di sana, tapi ia harus melakukan hal itu. Pagi itu, Alberto merasa sangat tidak semangat dan sangat malas. Ia melangkahkan kakinya dengan malas menuju kelasnya.Sesampainya di kelas, kursi-kursi sudah penuh. Mau tidak mau, ia harus duduk di depan karena hanya kursi di baris terdepan yang tersisa. Ia memilih untuk duduk di kursi yang terletak di paling pojok kiri. Sesampainya di kursi tersebut, ia meletakkan tasnya dengan malas.Setelah itu, ia pergi ke luar dari kelas sambil berharap untuk bertemu dengan salah satu temannya dan mengobrol di sana. Setelah di luar kelas, ia melihat bangku panjang dan duduk di bangku itu. Tentunya, ia menghirup dan merasakan udara segar. Tiba-tiba, dia melihat dari kejauhan seorang wanita seksi sedang membawa sebuah buku. Matanya langsung melotot saat melihat wanita tersebut kare
Baca selengkapnya
Bab 2. Tragedi
Setelah Alberto tiba di kelasnya, tiba-tiba seorang wanita datang ke kelasnya dan menghampirinya. Wanita itu memiliki rambut berwarna cokelat yang panjang dan bergelombang. Kulitnya mulus dan berwarna putih. Dia memiliki hidung mancung, mata hijau miring, alis tebal, dan bibir tebal.Wanita itu adalah Lorena Adeline, pacar Alberto. Dia datang ke kelas Alberto sembari membawa tugasnya. Alberto langsung merasa terkejut karena Lorena jarang datang ke kelas Alberto.“Lorena?” Alberto bertanya dengan penuh tidak percaya yang membuat Lorena mengernyitkan dahi, karena seingat dirinya Alberto tidak pernah lupa dengan namanya.“Ya, aku Lorena.” Lorena membuka buku itu dan mencari halaman tugas yang ingin ia tanyakan."Apa kamu sudah lupa sama aku?" Lorena memastikan Alberto lupa atau tidak dengan dirinya sendiri."Nggak, aku nggak lupa.”“Terus, kenapa kamu nanya kayak gitu ke aku?” Lorena merasa kesal dan cemberut."Maafin gue! kamu jarang datang ke kelas gue. Jadi, aku pikir kamu ada masalah
Baca selengkapnya
Bab 3. Deja Vu
Tiba-tiba, Vega memanggil nama Alberto dengan lantang. Hal itu membuat Alberto kaget dan heran.“Ya, Prof.,”"Apa kamu melamun, Alberto?" Vega menekuk wajahnya dan menatap Alberto dengan tatapan tajam karena ia merasa kesal dengan tingkah Alberto yang tidak memerhatikannya saat mengajar di kelas. Vega telah berusaha untuk menunjukkan kemampuannya yang terbaik, tapi Alberto malah tidak peduli dengan penampilannya sampai-sampai Alberto pun tidak mendengar saat dirinya dipanggil.“Enggak, Prof.” Alberto berbohong.“Terus, kenapa kamu kaget?” marah Vega dengan suara kencang.“Aku cuman kaget dengan tingkah profesor di kelas hari ini.” Alberto mengungkapkan rasa kagetnya.“Saya juga kaget dan surprised dengan sikapmu, Alberto. Saya sedih karena kamu tidak memperhatikan saya dari tadi. Saya sudah mencoba yang terbaik untuk mengajar di kelas ini tetapi tidak ada yang memperhatikan saya termasuk Anda, Alberto! Vega mengungkapkan rasa sedihnya.“Saya perhatiin, kok, Prof!” Alberto berbohong ke
Baca selengkapnya
Bab 4. Sex Trap (21+)
Tak lama kemudian, Alberto dan Vega tiba di depan pintu ruangan Vega. Vega langsung membuka ruangan tersebut. Setelah itu, Vega langsung masuk ke ruangan tersebut dan Alberto mengikutinya dari belakang.Alberto melihat di baris paling depan terdapat meja dan kursi untuk Vega. Di sebelah meja dan kursi tersebut terdapat papan tulis putih dengan proyektor yang menghadap ke arah papan tulis tersebut. Meja dan kursi Vega menghadap ke empat puluh kursi yang terletak di hadapannya. Empat puluh kursi tersebut terbagi menjadi empat baris di mana masing-masing baris terdapat sepuluh kursi.Di belakang kursi tersebut terdapat tempat yang sangat luas dan dua lemari di pojok ruangan tersebut.Lalu, Alberto menaruh buku-buku itu di atas meja Vega. Sementara, Vega berjalan ke pintu dan mengunci pintu itu. Alberto mendengar suara pintu dikunci. Hal itu yang membuat Alberto langsung melihat ke arah suara.“Pintunya dikunci, Vega?” Alberto mengernyitkan dahi karena ia bingung dan tidak percaya Vega ak
Baca selengkapnya
Bab 5. Terungkap
Di saat itu, tiba-tiba saja Alberto mendengar suara pintu diketuk oleh seseorang dari luar ruangan. Muka Alberto langsung merasa pucat. Jantungnya berdebar kencang.Alberto merasa sangat panik dan bingung. Ia melihat seluruh ruangan itu, tapi ia merasa tidak ada tempat untuk bersembunyi. Apa yang harus Alberto lakukan? Itu adalah yang Alberto pikirkan."Apa yang harus aku lakukan?" Alberto meminta pendapat Vega."Cari tempat bersembunyi, Alberto!" perintah Vega."Di mana?" Alberto meminta Vega untuk memberi tahu tempat yang spesifik.“Di belakang lemari!” perintah Vega.“Oke.” Alberto langsung berusaha untuk mencari tempat.Vega langsung berdiri dari kursinya, tapi tiba-tiba saja pintu telah terbuka. Mereka langsung melihat ke pintu. Nafasnya tidak beraturan. Tidak lama kemudian, mereka melihat Lorena yang berada di depan pintu. Muka Alberto langsung pucat.Matanya melotot. Jantungnya berdebar kencang dan tidak beraturan. Jari jemarinya mendingin. Ia merasa takut jika Lorena mengetahu
Baca selengkapnya
Bab 6. Alasan
Sementara itu, Lorena langsung pergi ke kelasnya dan Alberto mencoba untuk mengejar Lorena. Alberto memanggil nama Lorena berkali-kali. “Lorena! Lorena!”Lorena berpura-pura bahwa, ia tidak mendengar suara Alberto karena hatinya merasa sangat sakit.“Buat apa aku memperhatikan suara Alberto dan menengok ke arahnya? Aku sangat tidak ingin menemui dirinya. Bagaimanapun ia tidak seharusnya berselingkuh dariku? Aku tahu bahwa, memang salahku yang sering menolak ajakan Alberto bermain dewasa tapi tidak seharusnya ia berselingkuh dengan Vega,” pikir Lorena.“Mengapa Lorena tidak menengok ke arahku? Aku tahu, aku salah tapi apa dia sudah tidak mau mendengar pernyataan dariku lagi?” pikir Alberto.Sesampainya di kelas, Lorena langsung berjalan ke kursinya dengan cepat. Sementara itu, Alberto masih mengejar Lorena. Semua mata tertuju ke arah mereka. Setelah itu, Lorena memilih duduk di kursinya. Bonita (sahabat Lorena) yang duduk di belakang Lorena langsung memahami ada masalah di antara Loren
Baca selengkapnya
Bab 7. Perlakuan Vega di Kelas Lorena
Setelah itu, Professor Vega berjalan ke arah kursinya. Ia langsung menaruh barang-barangnya di atas meja dan setelahnya ia mulai mempersiapkan untuk presentasi materi hari itu. Ia mencoba untuk menghubungkan laptopnya dengan kabel penghubung ke proyektor, tapi laptopnya tidak bisa terhubung. Lantas, ia langsung memanggil Lorena.“Lorena!” panggil Professor Vega.“Ya, Prof,” sahut Lorena.“Ini kok enggak bisa terhubung?” Professor Vega komplain sembari ia menunjukkan laptopnya yang tidak bisa terhubung.“Enggak tahu, Prof.” Lorena mengangkat kedua bahunya dan menurunkannya.“Kok kamu enggak tahu? Yang tugasnya untuk mempersiapkan laptop saya itu penanggung jawab materi saya di kelasnya. Alberto selalu mempersiapkan laptop saya sebelum saya mulai mengajar.” Professor Vega langsung menatap tajam Lorena dan berkata dengan kencang yang membuat seisi kelas menatap ke arah mereka. Lorena merasa malu. Ia hanya bisa menundukkan kepalanya. Setelahnya, ia meminta maaf.“Oh begitu, Prof. Maaf sa
Baca selengkapnya
Bab 8. Rencana Vega
Sesampainya Vega di ruangannya, Vega masih teringat dengan perkataan Alberto tadi Vega masih teringat dengan tingkah Alberto. Saat itu, Vega mendengarkan perkataan Alberto tapi ia memilih untuk berpura-pura tidak mendengar daripada dia ikut berbicara dalam percakapan tersebut. Vega langsung mengepal tangannya dan menekuk wajahnya.Setelah itu, ia membanting semua buku yang ada dalam hatinya sembari ia marah dalam hatinya. "Dasar, Cowok brengsek! Kenapa kamu malah berkata bahwa, aku memaksamu, Alberto? Aku sama sekali tidak memaksamu. Dasar, Cowok brengsek!""Kenapa kamu tidak mengaku saja, kalau kamu memang mencintaiku, Alberto? Kenapa kamu tidak berkata bahwa, kamu mencintaiku sehingga kamu berselingkuh denganku, Alberto? Kenapa? Bukannya kamu sudah berjanji untuk meninggalkan Lorena, Alberto?" Vega berteriak dalam hati dengan histeris."Di mana janjimu? Dasar, Cowok brengsek!" Vega mencoba untuk menahan tangisnya."Memangnya, aku memaksanya? Apa buktinya aku memaksa dirinya? Karena
Baca selengkapnya
Special Scene: Lorena Curhat dengan Professor Chico
Tentunya sebelum Lorena menangis di dalam toilet, Lorena langsung menyalakan keran yang membuat air di dalam ember sebagai tempat penampungan air yang ada di dalam toilet tersebut terisi. Ia selalu merasa nyaman untuk menangis di dalam toilet, karena ia merasa sangat yakin tidak ada yang mendengar tangisnya. Karena itu, toilet selalu menjadi saksi bisunya ketika ia menangis. Kalau kalian selaku pembaca menebak bahwa, ada yang peduli dengannya dan akan mendengar tangisnya, tentu Lorena merasa tidak ada yang peduli dengannya.Siapa yang peduli dengannya? Alberto? Alberto sudah berselingkuh darinya dan main gila dengan Vega. Bonita sebagai sahabatnya? Tentu saja tidak!Bonita memang sahabat Lorena, tapi Bonita tidak pernah sangat peka dan sangat peduli kepada Lorena sampai tahu Lorena telah menangis. Bonita masih mudah dibodohi oleh Lorena. Lorena tinggal membasuh mukanya dan setelahnya ia keluar dari kamar mandi dengan senyuman palsunya yang ia berikan sebaik mungkin. Setelahnya, ia tin
Baca selengkapnya
Bab 9. Kesempatan Sempurna
Hari terus berlanjut. Esoknya, jam tujuh malam, di halaman parkir saat Alberto sedang berjalan ke motornya yang ia parkirkan tadi pagi, ia melihat Vega yang sedang berjalan menuju mobilnya. Saat itu, Alberto baru saja pulang dari kelas malam dengan Professor Hugo sementara Vega baru saja selesai mengajar untuk mahasiswa yang berkuliah kelas malam. Sontak Alberto langsung menyapa Vega dengan ramah.“Malam, Vega!” sapanya dan setelahnya ia tersenyum.“Malam, Alberto!” sapa Vega kembali kepadanya sembari Vega berjalan ke arah Alberto.“Alberto, kamu lagi sibuk enggak?” Vega menanyakan kondisi Alberto terlebih dahulu, karena ia khawatir Alberto sedang sibuk.“Enggak, Vega.” Alberto menjawab dengan singkat.“Kamu mau ke mana?” Vega menanyakan tujuan Alberto.“Mau ke rumah.” Alberto menjawab pertanyaan Vega dengan singkat.“Oh begitu.” Vega menganggukkan kepalanya, karena ia mulai merasa segan untuk meminta tolong kepada Alberto.“Ada apa, Vega?” Alberto mulai curiga dengan sikap Vega yang
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status