Share

Bab 2. Tragedi

Setelah Alberto tiba di kelasnya, tiba-tiba seorang wanita datang ke kelasnya dan menghampirinya. Wanita itu memiliki rambut berwarna cokelat yang panjang dan bergelombang. Kulitnya mulus dan berwarna putih. Dia memiliki hidung mancung, mata hijau miring, alis tebal, dan bibir tebal.

Wanita itu adalah Lorena Adeline, pacar Alberto. Dia datang ke kelas Alberto sembari membawa tugasnya. Alberto langsung merasa terkejut karena Lorena jarang datang ke kelas Alberto.

“Lorena?” Alberto bertanya dengan penuh tidak percaya yang membuat Lorena mengernyitkan dahi, karena seingat dirinya Alberto tidak pernah lupa dengan namanya.

“Ya, aku Lorena.” Lorena membuka buku itu dan mencari halaman tugas yang ingin ia tanyakan.

"Apa kamu sudah lupa sama aku?" Lorena memastikan Alberto lupa atau tidak dengan dirinya sendiri.

"Nggak, aku nggak lupa.”

“Terus, kenapa kamu nanya kayak gitu ke aku?” Lorena merasa kesal dan cemberut.

"Maafin gue! kamu jarang datang ke kelas gue. Jadi, aku pikir kamu ada masalah.” Alberto langsung meminta maaf dan menjelaskan alasan ia menanyakan hal tersebut.

Sementara itu, alasan Alberto membuat Lorena merasa tambah kesal kepada Alberto. Ia menatap Alberto dengan tatapan tajam dan berkata dengan ketus. “Jadi, menurut lo, aku datang ke kelas kamu cuman buat selesain masalah aku? Begitu?”

“Nggak. Maksud aku nggak gitu. Maksud aku, aku cuman bingung saja kenapa kamu datang ke kelas aku sekarang karena kamu jarang datang ke kelasku.” Alberto berusaha menjelaskan dengan lebih halus.

"Terus? Aku harus datang ke kelas kamu tiap hari begitu? Kamu tahu, kan, aku sibuk? " Lorena marah pada Alberto yang membuat Alberto hanya bisa menundukkan kepalanya dan meminta maaf. "Ya. aku tahu. Maafin aku, ya!”

“Jadi, ada apa, Lorena?”

“Aku sebenarnya lagi bingung sama tugas dari Professor Vega. Aku nggak mengerti dengan materi yang dia ajarin ke aku.” Lorena menjelaskan bahwa, dirinya merasa bingung. Kemudian, Lorena menunjukkan tugas dari Bu Vega. Ada tujuh pertanyaan. Mata Alberto terbelalak karena terkejut dan terkejut mengetahui bahwa Bu Vega mengajarkan baris Alberto.

"Apa? Dia mengajar?"

“Ya, dia ngajar. Karena itu, dia ngasih aku tugas ini dan aku datang ke sini buat konsulin tugas itu.”

Di saat itu, Dario (sahabat Alberto yang duduk di belakang Alberto) langsung menyahut, “Bukannya tadi kamu ketemu sama Professor Vega, Bert?”

"Maksudku, apa dia bakal ngajar di kelas kita?" Alberto bingung.

“Kayaknya, sih, iya. Di kelas aku, dia ngajar tapi aku nggak tahu pastinya kalau di kelasmu. Aku rasa, sih, dia akan ngajar di kelasmu. Karena setiap dosen Anatomi Manusia dan Fisiologi Manusia harus mengajar Anatomi Manusia dan Fisiologi Manusia dalam dua kelas. Prof. Daza mengajar di kelas E dan kelas F. Prof. Chico mengajar di kelas G dan kelas H. Bu Alf mengajar di kelas G dan kelas H. Jadi Prof. Vega mengajar di kelas A dan kelas B.” Lorena menjelaskan analisisnya.

“Kamu nggak bohong, kan?” Alberto menatap Lorena dengan tatapan tajam.

“Nggak, aku nggak berbohong. Apa gunanya aku bohong tentang hal ini ke kamu?” tanya Lorena.

“Oh my god! Semoga saja hal itu tidak terjadi!” ucap Alberto dalam hati yang tidak sengaja terucap dengan matanya yang langsung melotot dan dia menyentuh keningnya dengan telapak tangannya.

“Kenapa, Sayang? Apa ada masalah? Semuanya baik-baik saja, kan?” Lorena sontak bertanya melihat tingkah Alberto yang tiba-tiba seperti itu.

“Ya, semuanya baik-baik saja, kok.” Alberto berusaha menutup-nutupi dari Lorena dan menjelaskan bahwa, semua baik-baik saja karena ia tidak ingin Lorena menjadi cemburu kepada Vega.

“Terus, kamu kenapa kelihatan syok banget kayak gitu?” tanya Lorena.

“Gue juga bingung seperti Lorena, Alberto. Kenapa memangnya? Semua dosen itu sama saja buat gue.” Perkataan Dario memaksa Alberto mencari alasan. Alberto langsung memutar otaknya dan berusaha mencari alasan yang tepatnya.

“Aku hanya bingung. Jadi, kemungkinannya dari semua dosen itu hanya dia yang dokter. Kok bisa dokter mengajar di jurusan kita? Bukannya tidak bisa?” Sebenarnya, Alberto masih merasa bingung dengan penyebab Vega mengajar di kampusnya. Memang Alberto mengakui Vega sangat cerdas, tapi bukannya jurusan farmasi juga diajar oleh profesor di bidang farmasi?

“Tentu bisa! Apa kamu tidak ingat bahwa, Mr. Chico juga bekerja sebagai seorang dokter?” tanya Lorena.

“Oh, iya. Kamu benar.” Alberto baru ingat bahwa, Mr. Chico juga seorang dokter.

“Jadi, dia itu dokter?” Dario merasa tidak percaya dengan perkataan Alberto.

“Ya, dia itu dokter terkenal di Rumah Sakit Rege.” Alberto menjelaskan kepada Dario.

“Dia itu siapa kamu? Kok kamu sepertinya akrab sekali dengannya?” Pertanyaan Dario yang membuat Lorena menatap Alberto dengan api cemburu. Tidak lama kemudian, Lorena dan Dario yang menatap Alberto dengan tajam yang membuat Alberto terpaksa menjelaskan mengenai masa lalunya dengan Vega.

***

Saat itu, tidak ada orang dan penjaga yang berada di perpustakaan terkecuali Alberto karena saat itu merupakan waktu jam makan siang bagi penjaga perpustakaan. Alberto sedang membaca buku di perpustakaan karena ia ada tugas untuk mereview sebuah buku. Di tengah-tengah ia membaca buku dan mereview sebuah buku, tiba-tiba saja ia mendengar suara Vega. “Hush! Ayo cepat! Jangan lama-lama! Nanti dia melihat kita!”

“Siap, Sayang!” Suara seorang pria yang Alberto tidak terlalu hafal.

“Ayo! Kita sembunyi di sini! Jangan sampai ada yang melihat kita! Dia sedang fokus mengerjakan tugasnya! Jadi, dia tidak akan mendengar kita berkencan di sini! Lagi pula, mana mungkin Alberto suka baca buku science fiction? Dia itu tidak suka baca buku science fiction.”

“Aduh! Kamu ini sungguh tidak sabar!” Pria tersebut merasa Vega terlalu terburu-buru.

Tidak lama kemudian, Alberto mendengar desahan demi desahan dan erangan demi erangan yang dilontarkan oleh pasangan yang sedang berkencan tersebut. Erangan-erangan dan desahan-desahan tersebut tentunya mengganggu konsentrasi Alberto dan membuat dirinya semakin merasa penasaran dengan orang yang sedang berkencan di perpustakaan. Hal itu membuat Alberto mencari tahu mengenai orang yang sedang berkencan di perpustakaan. Alberto berjalan dengan pelan. Ia berusaha agar langkahnya tidak terdengar oleh orang tersebut hingga ia menemukan Vega dan Dion sedang berkencan di pojok perpustakaan yang ditutupi oleh rak buku science fiction.

“Vega? Dion?” Mata Alberto langsung melotot. Mukanya pucat. Jari-jari tangan dan kakinya mendingin. Jantungnya berdebar kencang.

“Maafkan aku, Bert!” Vega langsung meminta maaf kepada Alberto dan mengenakan pakaiannya.

“Kita putus!” teriak Alberto sembari ia berlari meninggalkan tempat tersebut.

“Aku enggak bermaksud begitu.” Vega mengejar Alberto sembari ia mencoba untuk menjelaskan kepada Alberto, tapi Alberto sudah tidak mau mendengar Vega yang mencoba untuk beralasan. Vega memanggil nama Alberto terus-menerus yang membuat Alberto harus menghentikan langkahnya dan setelahnya berbalik ke arah Vega.

Alberto langsung berkacak pinggang dan menatap Vega dengan tajam, “Terus, maksudmu apa? Maksudmu, selingkuh di belakangku hanya untuk kenikmatanmu sesaat begitu? Dasar wanita murah! Aku pikir, kamu itu wanita mahal. Karena itu, aku mau berpacaran denganmu. Ternyata, kamu sama hinanya dengan wanita-wanita lain.”

Alberto langsung pergi meninggalkan Vega dengan cepat sembari ia memblokir semua kontak sosial media Vega. Vega mencoba mengejar Alberto, tapi sudah tidak terkejar. Vega pun mencoba untuk menghubungi Alberto, tapi sudah tidak bisa karena kontaknya telah diblokir.

***

“Jadi, kamu masih cinta dengan Vega?” Lorena bertanya dengan cemburu.

“Sejujurnya, iya. Tetapi, ia malah lebih memilih pria lain dibandingkan aku. Karena itu, aku mencoba untuk move on dan aku mendapatkan kamu.” Jawaban Alberto yang menyakitkan hati Lorena dan membuat Lorena ingin menangis.

“Oke, Bert. Aku akan pergi darimu sekarang. Kamu jangan cari aku lagi! Kamu cintai Prof. Vega saja!” ucap Lorena dengan sedih. Matanya berkaca-kaca.

“Terima kasih untuk segalanya, Bert! Sampai jumpa!” Lorena langsung pergi meninggalkan Alberto sembari membawa bukunya. Alberto langsung berusaha untuk mengejar Lorena, tapi Vega sudah terburu came to Alberto’s class. Vega langsung menatap Alberto dengan tajam. Tatapan Vega menginstruksikan Alberto untuk duduk kembali di kursinya. Alberto ingin mengejar Lorena, tapi ia merasa enggan dan tidak berani melawan Vega karena Vega adalah dosennya. Mau ataupun tidak mau, Alberto memilih untuk duduk kembali dan menghelakan napasnya.

“Siapa dia?” Vega menatap ke arah luar. Di luar kelas, ternyata masih ada Lorena yang sedang berjalan ke arah kelasnya.

“Lorena.” Alberto menjawab dengan nada datar.

“Lorena itu siapa kamu?” Vega bertanya dengan cemburu kepada Alberto.

Alberto ingin menjawab bahwa, Lorena adalah temannya karena ia tidak ingin membuat masalah dengan Vega. Tetapi Dario langsung menjawab bahwa, Lorena adalah pacar Alberto.

“Apa itu benar, Bert?” Vega menatap tajam ke arah Alberto yang membuat Alberto hanya bisa menundukkan kepalanya. Vega berjalan menuju jendela yang menunjukkan kondisi di luar kelas. Setelah di dekat jendela itu, Vega langsung melihat ke arah Lorena.

“Tidak cantik. Biasa saja. Aku jauh lebih cantik darinya. Apa kelebihan wanita itu? Pintar? Jauh lebih pintar aku! Aku itu dosen Lorena. Kemarin saja, Lorena menangis di kelasku karena diberi pertanyaan olehku. Akan aku buat dia jauh lebih menangis di kelasku karena telah berusaha merebut cowok yang aku cintai, Alberto,” kata Vega dalam hati sembari menatap tajam ke arah Lorena.

Kemudian, dia tersenyum kepada semua orang di kelas. Kemudian, dia menyapa semua orang di sana. "Halo semuanya!"

"Hai!" Para siswa menyambutnya dengan ramah.

Kemudian, dia bersiap untuk presentasi. Presentasi dimulai dengan perkenalannya. Ada namanya, gelarnya, dan nomor teleponnya di layar. Kemudian, dia memperkenalkan dirinya.

"Oke. Jadi, ini adalah pertemuan kelas pertama saya. Nama saya Vega Belinda dan ini nomor telepon saya. Kalian dapat mencatat nomor telepon saya. Jadi, jika kalian perlu menghubungi saya, kalian dapat menghubungi saya! Kalau mau telpon atau chat saya untuk tanya materi di luar kelas juga boleh. Santai saja! Nggak apa-apa, kok. Kamu bisa melakukannya."

“Ingat itu, Alberto!” Vega menatapmu dengan tatapan dalam dan tersenyum. Alberto langsung menganggukkan kepalanya dengan cepat dan mencatat nomor telepon Vega seperti yang Vega pinta.

"Mengapa dia melihatku seperti itu?" tanya Alberto dalam hati. Ia bingung dengan ulah Vega. Alberto tidak pernah membayangkan bahwa Vega akan mengajarinya. Vega menjelaskan materi sebaik mungkin, sedangkan Alberto mengingat dengan momen.

“Bagaimana cara aku menjelaskan kepada Lorena mengenai semua ini?” tanya Alberto dalam hati. Alberto langsung berusaha untuk mencari cara mengenai menjelaskan semua hal ini kepada Lorena. Ia berpikir dengan waktu yang lama hingga akhirnya ia memilih untuk menjelaskan bahwa, masa depan Alberto akan bersama dengan Lorena sementara Vega hanyalah masa lalu bagi Alberto.

“Apa Lorena bisa mengerti? Aku rasa, iya. Semoga saja!” pikir Alberto.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status