Share

Bab 6. Alasan

Sementara itu, Lorena langsung pergi ke kelasnya dan Alberto mencoba untuk mengejar Lorena. Alberto memanggil nama Lorena berkali-kali. “Lorena! Lorena!”

Lorena berpura-pura bahwa, ia tidak mendengar suara Alberto karena hatinya merasa sangat sakit.

“Buat apa aku memperhatikan suara Alberto dan menengok ke arahnya? Aku sangat tidak ingin menemui dirinya. Bagaimanapun ia tidak seharusnya berselingkuh dariku? Aku tahu bahwa, memang salahku yang sering menolak ajakan Alberto bermain dewasa tapi tidak seharusnya ia berselingkuh dengan Vega,” pikir Lorena.

“Mengapa Lorena tidak menengok ke arahku? Aku tahu, aku salah tapi apa dia sudah tidak mau mendengar pernyataan dariku lagi?” pikir Alberto.

Sesampainya di kelas, Lorena langsung berjalan ke kursinya dengan cepat. Sementara itu, Alberto masih mengejar Lorena. Semua mata tertuju ke arah mereka. Setelah itu, Lorena memilih duduk di kursinya. Bonita (sahabat Lorena) yang duduk di belakang Lorena langsung memahami ada masalah di antara Lorena dan Alberto. “Lorena, kenapa?”

“Cowok aku ...” Ucapan Lorena terpotong karena Alberto berjalan ke arahnya. Lorena langsung memalingkan wajahnya dari Alberto. Sementara itu, Alberto memilih untuk duduk di depan Lorena.

“Lorena!” Alberto memanggil Lorena.

“Kenapa cewekmu, Bert?” Bonita langsung mengernyitkan dahinya. Matanya yang belo dengan kedua irisnya yang berwarna hijau langsung menatap Alberto dengan tatapan bingung karena setahu Bonita hubungan Alberto dan Lorena baik-baik saja tapi Lorena sempat cemburu dengan Professor Vega.

“Enggak tahu.” Alberto mengangkat kedua bahunya dan menurunkan kedua bahunya lagi dengan cepat.

“Kamu lagi enggak mood?” Bibir kecil Bonita berkata dengan lembut ke arah Lorena.

“Lorena!” Alberto memanggil Lorena lagi dengan harapan Lorena menengok ke arahnya, tapi Lorena tidak ingin menatap Alberto. Lorena sudah merasa sangat jijik dengan Alberto.

Alberto langsung berdiri dan mendekat ke arah Lorena. Alberto langsung berusaha untuk menatap mata Lorena. Alberto langsung menggenggam tangan Lorena. “Lorena, please, dengerin aku!”

Lorena merasa risi dengan tingkah Alberto. Lorena langsung menekuk wajahnya, menatap Alberto dengan tatapan benci, dan berkata dengan ketus. “Kenapa?”

“Aku mau omongin sesuatu ke kamu tentang yang sebenarnya terjadi.”

“Omongin apa? Omongin tentang gaya kamu di ranjang sama Professor Vega? Omongin bagaimana nikmatnya Professor Vega di ranjang? Itu yang mau kamu omongin, right?” marah Lorena.

Bonita langsung menatap ke arah Lorena dengan tatapan bingung. “Memangnya, dia selingkuh sama Professor Vega?”

“Ya. Professor Vega kasih rekaman mereka sedang bermain di ranjang, Bonita!” marah Lorena.

“Bisa saja itu cara busuk Professor Vega untuk memutuskanmu dengan Alberto, Lorena. Professor Vega itu orangnya ambisius. Pasti dia akan berjuang segala cara untuk mendapatkan hati Alberto dan memenangkan persaingan cinta ini. Mana mungkin Alberto selingkuh dengan Professor Vega, Lorena? Dia itu sangat mencintaimu, Lorena.” Bonita memang sangat tidak percaya Alberto berselingkuh dengan Professor Vega.

“Mungkin saja. Makanya, dia bisa berselingkuh dengan Professor Vega. Hatinya sudah berubah, Bonita!” Lorena merasa sangat kecewa.

“Kamu sudah lupa, ya? Dulu, Alberto didekati Olivia dengan sekeras mungkin, tapi Alberto menolak Olivia. Kamu tahu, kan, Olivia itu cantik banget? Kulitnya putih. Hidungnya mancung. Matanya belo dengan kedua irisnya yang berwarna biru. Kurus, pintar, bibirnya kecil. Dia itu jauh lebih cantik dari Professor Vega. Kalau dia ingin mengkhianatimu, pasti dia akan lebih memilih untuk berselingkuh dengan Olivia daripada berselingkuh dengan Professor Vega, Lorena.” Lorena hanya memutar kedua bola matanya, karena ia merasa malas dengan kedua bola matanya.

“Ya, tapi Professor Vega jauh lebih menggoda daripada Olivia, Bonita,” bantah Lorena.

“Kenapa kamu bicara begitu? Memangnya, kamu menyaksikan sendiri mereka berselingkuh?” Bonita mengernyitkan dahinya dan menatap Lorena dengan bingung, karena ia merasa bingung dengan Lorena yang sangat tidak mempercayai Alberto sama sekali.

Lorena langsung menjawab pertanyaan Bonita dengan tegas. “Ya. Aku menyaksikan sendiri mereka sedang berselingkuh.”

Mata Alberto langsung melotot karena ia merasa sangat kaget. Alberto benar-benar tidak percaya bahwa, Lorena menyaksikan sendiri.

“Jadi, dia menyaksikan sendiri aku berselingkuh dengan Professor Vega. Pantas saja dia langsung percaya dengan Professor Vega. Biasanya, kalau ada rumor aku berselingkuh dengan orang lain, dia langsung membantahnya dengan keras dan membelaku dengan sangat keras,” ucap Alberto dalam hati.

Tidak lama kemudian, rasa penasaran Alberto muncul. Alberto langsung mengernyitkan dahi, karena Alberto merasa bingung. Seingat Alberto, Alberto tidak mendengar suara langkah kaki saat Alberto dan Vega sedang have a sex tadi. Alberto ingin bertanya, tapi ia memilih untuk terdiam. En boca cerrada no entran moscas.

Untungnya, Bonita berpikir yang sama sehingga ia bertanya kepada Lorena. “Bukannya kamu hanya mendengar dari rekaman itu?”

“Kamu lupa bahwa, aku ini penanggung jawab kelas ini untuk pelajaran Anatomi Manusia dan Fisiologi Manusia?” Lorena kembali bertanya kepada Bonita.

“Enggak. Aku ingat.” Bonita menjawab pertanyaan Lorena.

“Apa hubungannya?” Bonita merasa tidak ada hubungan antara posisi Lorena sebagai penanggung jawab di pelajaran Anatomi Manusia dan Fisiologi Manusia dengan Lorena yang melihat mereka sedang berkencan.

“Karena itu, aku menyaksikan mereka berselingkuh.” Tidak lama kemudian, Lorena mulai menceritakan cara ia dapat menyaksikan Alberto sedang berselingkuh dengan Professor Vega.

***

Saat itu, Lorena sedang berjalan ke ruang dosen untuk mengingatkan Professor Vega mengajar di kelasnya. Di saat itu, ia melihat seorang pria sedang duduk di kursi dosennya. Pria itu berkulit coklat, berhidung mancung, bermata sipit dengan kedua irisnya yang berwarna coklat. Pria itu sedang menyisir rambutnya klimisnya yang ikal dan berwarna coklat. Pria itu adalah Professor Chico.

“Professor, Professor lihat Professor Vega?” Lorena langsung melontarkan pertanyaan.

“Professor Vega?” Mata Professor Chico langsung melotot karena ia merasa sangat kaget Lorena menanyakan hal tersebut. Dirinya merasa bingung mengenai hal apa yang harus ia katakan. Ia tahu bahwa, Alberto sedang bermain dewasa dengan Professor Vega. Ia ingin mengatakan hal tersebut, tapi ia merasa tidak tega.

“Ya. Professor Vega.” Lorena meyakinkan Professor Chico. Karena menurut Lorena, Professor Chico mencoba untuk memastikan orang yang ditujukan Lorena.

Professor Chico langsung mengembuskan napasnya dengan berat. Ia lebih memilih membiarkan Lorena tahu dengan sendirinya daripada memberitahu Lorena, karena ia takut Lorena tidak percaya dengannya dan akan menjauh darinya. “Professor Vega ada di ruangannya. Ruangannya ada di lantai dua di sebelah kiri laboratorium Anatomi Manusia dan Fisiologi Manusia.”

“Baik, Professor. Terima kasih!” Lorena langsung pergi dari ruangan tersebut menuju ruangan Professor Vega. Sesampainya di ruangan Professor Vega, ia mendengarkan suara desahan-desahan dan erangan-erangan dari Professor Vega dan Alberto.

Siapa yang sedang berkencan? Kok sangat mirip dengan suara Alberto? Apa Alberto sedang berkencan dengan Professor Vega? Begitulah pikir Lorena saat itu. Karena Lorena hapal betul suara Alberto, Lorena sangat yakin bahwa, orang yang ada di dalam tempat tersebut adalah Alberto dan Professor Vega.

***

“Jadi, mau Professor Vega memberikan bukti rekaman suara dan memutarkan bukti rekaman suara kepadaku ataupun tidak, aku akan tetap percaya bahwa, kamu bermain dewasa dengan Professor Vega, Alberto.” Perkataan Lorena yang membuat Bonita langsung menampar pipi Alberto dengan keras dan Bonita yang mengejek Alberto.

“Dasar cowok playboy! Kamu jahat, Alberto! Kamu cowok brengsek!”

Gawat! Lorena sudah tahu apa yang terjadi? Aku harus bagaimana? Begitulah pikir Alberto. Untungnya, dengan cepat ia menemukan ide untuk mengatakan bahwa, dirinya dipaksa oleh Professor Vega. “Enggak begitu. Aku dipaksa.”

“Dipaksa apa?” Lorena menatap Alberto dengan tatapan bingung. Karena setahu Lorena, tidak ada pemaksaan dari tadi. Tidak ada kekerasan yang diberikan oleh Professor Vega kepada Alberto. Tidak ada pengancaman nilai juga. Alberto dan Professor Vega saling mencintai sehingga mereka mau bermain dewasa bersama.

“Seperti yang kamu katakan tadi, Bonita, Professor Vega itu orangnya ambisius. Ia memaksaku untuk bermain dewasa dengannya. Kalau tidak, aku akan tidak diluluskan oleh Professor Vega, Bonita. Maafkan aku, Lorena! Mungkin aku terkesan sangat jahat di depan kalian. Tetapi kalian tahu, aku ini harus lulus cepat karena memang untuk kuliah ini aku berusaha mencari uang dengan sangat keras dan aku tidak mendapatkan beasiswa, Bonita. Jadi, mau ataupun tidak mau aku harus menuruti permintaan Professor Vega.” Alberto langsung menceritakan cerita palsunya dan berpura-pura bahwa, ia merasa sangat terpaksa untuk bermain dewasa dengan Professor Vega.

“Masa, sih? Aku rasa, Professor Vega tidak sejahat itu, Alberto.” Lorena merasa tidak percaya dengan perkataan Alberto.

“Tetapi, itu faktanya. Karena itu, aku bermain dewasa dengan Professor Vega. Kalau tidak seperti itu, tentu saja aku tidak akan bermain dewasa dengan Professor Vega. Aku itu sangat mencintaimu, Lorena.” Alberto berusaha meyakinkan Lorena.

“Oh begitu. Aku tidak menyangka Professor Vega akan sejahat itu,” komentar Bonita.

“Ya, aku juga. Maafkan aku! Aku telah salah sangka denganmu, Alberto,” kata Lorena.

Lorena percaya bahwa, apa yang dikatakan oleh Alberto itu benar karena ia hanya menyaksikan sedikit momen Alberto dan Vega bermain dewasa dari momen permainan dewasa mereka yang tentu jauh lebih lama. Mendengar perkataan Lorena, Alberto langsung mengembuskan napasnya. Hatinya merasa tenang, karena Lorena telah percaya dengannya. Alberto masih mendapatkan hati Lorena, meskipun ia berselingkuh dengan Professor Vega dan telah bermain dewasa dengan Professor Vega.

Jika Professor Vega memberikan bukti tentang perselingkuhan mereka, Alberto tinggal mengelak saja. Itu hal yang Alberto coba ingat dengan baik. Alberto langsung berkomentar. “Enggak apa-apa. Aku paham. Hal ini pasti akan menimbulkan kesalahpahaman,”

Di saat itu, Professor Vega masuk ke kelas Lorena. Setelah itu, Professor Vega melihat Alberto, Lorena, Bonita, dan beberapa murid sedang berada di kelas.

Professor Vega langsung menekuk wajahnya, menatap Alberto dengan tajam, dan berkata dengan ketus. “Katanya, mau ke kelas. Kok malah ke sini? Memangnya, kamu sekelas dengan Lorena? Enggak, kan?”

Alberto langsung mencari alasan. “Tadi saya mampirin Lorena dulu, Bu. Ada perlu.”

Professor Vega yang sudah mendengarkan percakapan Alberto, Lorena, dan Bonita dari tadi langsung memutar kedua bola matanya. Ia merasa sangat malas dengan Alberto yang mulai mencoba untuk membodohinya.

Ia menatap Alberto dengan lebih tajam. “Alasan apa? Alasan kenapa kamu bermain dewasa dengan saya?”

“Enggak seperti itu, Professor.” Alberto mencoba berkilah.

“Terus, seperti apa? Kenapa kamu enggak mengaku saja bahwa, kamu memang sangat mencintai saya, Alberto? Bukannya kamu sendiri yang memohon kepada saya? Aneh!” ejek Professor Vega.

“Dia pikir, aku tidak mendengar apa yang ia katakan. Anak ini sangat lucu!” ejek Professor Vega dalam hati.

“Aku akan menghukumnya lebih berat, karena ia tidak mau mengakui dirinya yang memohon kepadaku. Lihat saja nanti! Aku akan menghukummu dan membuatmu memohon kepadaku lebih dari tadi, Alberto!” pikir Professor Vega.

“Kembali ke kelasmu sana!” Perintah Professor Vega dengan ketus kepada Alberto. Alberto langsung melangkah pergi dari tempat tersebut.

“Oh ya ...” ucap Professor Vega yang tiba-tiba membuat Alberto berbalik ke arahnya.

“Jangan lupa setiap saya selesai mengajar di kelasmu, Alberto, kamu harus mengantarkan saya ke ruangan saya tadi!” Perintah Professor Vega lagi.

“Baik, Professor.” Alberto langsung pergi meninggalkan tempat tersebut ke kelasnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status