Share

Bab 4. Sex Trap (21+)

Tak lama kemudian, Alberto dan Vega tiba di depan pintu ruangan Vega. Vega langsung membuka ruangan tersebut. Setelah itu, Vega langsung masuk ke ruangan tersebut dan Alberto mengikutinya dari belakang.

Alberto melihat di baris paling depan terdapat meja dan kursi untuk Vega. Di sebelah meja dan kursi tersebut terdapat papan tulis putih dengan proyektor yang menghadap ke arah papan tulis tersebut. Meja dan kursi Vega menghadap ke empat puluh kursi yang terletak di hadapannya. Empat puluh kursi tersebut terbagi menjadi empat baris di mana masing-masing baris terdapat sepuluh kursi.

Di belakang kursi tersebut terdapat tempat yang sangat luas dan dua lemari di pojok ruangan tersebut.

Lalu, Alberto menaruh buku-buku itu di atas meja Vega. Sementara, Vega berjalan ke pintu dan mengunci pintu itu. Alberto mendengar suara pintu dikunci. Hal itu yang membuat Alberto langsung melihat ke arah suara.

“Pintunya dikunci, Vega?” Alberto mengernyitkan dahi karena ia bingung dan tidak percaya Vega akan mengunci pintu.

“Ya.” Vega langsung memasukkan kuncinya ke saku roknya. Lalu, Vega berjalan ke arah Alberto dengan langkahnya yang sexy dan menatap Alberto dengan liar.

“Kenapa?” Alberto masih mengernyitkan dahinya karena ia merasa tingkah Vega sangat aneh. Saat di dekat Alberto, Vega langsung menyentuh bagian-bagian Alberto yang sensitif dan titik-titik Alberto yang sensitif dengan jari jemarinya.

“Kamu ingin main dewasa denganku, kan? Aku yakin, kamu sangat merindukan sentuhan-sentuhanku.” Setelah itu, Vega mengangkat leher Alberto yang membuat Alberto menatap tatapan liar Vega.

“Nggak. Maaf! Aku nggak merindukan main dewasa denganmu.” Alberto langsung menolak ajakan Vega dengan tegas.

“Oh! Ayolah! Ayo main dewasa di ruangan ini! Aku yakin kita akan menikmati dan merasakan momen indah bersama lagi.” Vega mengajak Alberto untuk bermain lagi sembari Vega berjalan mengelilingi Alberto dan menyentuh titik-titik sensitif di tubuh Alberto yang membuat Alberto semakin terangsang.

“Nggak, aku tidak bisa. Maf!" Alberto langsung menolak ajakan Vega dengan tegas.

“Oh. Ayolah kita buat momen dewasa yang indah lagi!” Vega memohon kepada Alberto untuk bermain dengannya lagi sementara ia melepas pakaiannya dengan cepat.

“Tidak akan ada yang melihat kita. Jadi, kenapa kamu harus menolak untuk main dewasa dengan aku, sih?” Vega merasa bingung dengan Alberto yang menolak ajakannya sembari ia menggesek-gesekkan bolanya ke bola Alberto.

“Cobalah sedikit saja! Aku yakin, kamu pasti menyukainya. Kamu tahu, kan, aku yang terbaik di ranjang?” ajak Vega sambil sesekali mengecup tubuh Alberto.

“Aku punya pacar, Vega. Lorena itu pacarku.” Alberto mencoba menolak dengan nafasnya yang tidak teratur karena ia sudah mulai terangsang dan merasakan puncak kenikmatan.

“Tetapi, apa dia memuaskanmu?”

“Ya.” Alberto berbohong kepada Vega. Padahal, Alberto dan Lorena jarang sekali bermain dewasa dikarenakan Lorena sibuk. Lorena sering menolak ajakan Alberto untuk bermain dewasa, karena Lorena sibuk dengan tugas-tugasnya.

Vega langsung memutar kedua bola matanya, karena ia tahu Alberto berbohong. Ia tahu bahwa, Alberto sangat ingin bermain dengan Lorena tapi Lorena jarang bermain dengan Alberto karena hal itu jelas terlihat dari tubuh Alberto.

“Aku tahu, kamu sudah lama tidak main dengannya. Kamu sangat ingin bermain, tapi ia menolak untuk bermain denganmu.” Vega langsung memeluk Alberto dari belakang dan menyusuri bagian tubuh sensitif yang terletak di depan hingga tangan Vega sampai ke pisang Alberto. Vega langsung memainkan pisang tersebut dengan sesuka hatinya.

“Tidak. Aku ...” ucap Alberto dengan nafasnya yang tidak beraturan.

Vega langsung tertawa. “Aku ini dokter. Jadi, jangan mencoba untuk membohongiku! Aku tahu semuanya. Semua tampak jelas di mataku.”

“Jadi, daripada hasratmu tidak tersalurkan, lebih baik kamu bermain denganku sebentar. Aku tahu, kamu mencoba untuk menahan hasratmu agar kamu tidak berkencan denganku karena kamu ingin menjaga perasaan Lorena dan kamu masih mencintai Lorena. Tetapi, menjaga hasrat itu sangat berat dan aku tahu kamu sudah lama menahan hasratmu itu. Aku tahu, hasratmu tidak akan tertahankan sebentar lagi.” Tidak lama kemudian, keluar air dari pisang Alberto.

“Ayolah!” ajak Vega.

Lalu, Alberto membuka bajunya yang memperlihatkan badannya. Setelahnya, ia menaruh bajunya dan celananya di atas kursi kosong. Vega langsung menjulurkan lidahnya karena ia tidak tahan untuk menjilati tubuh Alberto. “Kelas selanjutnya masih lama. Kita bisa bermain dewasa dalam waktu yang lama.”

Kemudian, mereka berjalan ke karpet. Lalu, mereka menggelar karpet di ruangan yang kosong dan tidur di atas karpet tersebut. Lalu, mereka berciuman dengan lembut. Kemudian, Alberto menggigit bibir Vega sementara tangan Vega memainkan thongnya dan tangan Alberto memainkan buah persiknya.

Kemudian, Vega berada di atas. Dia menjilat tubuh Alberto dan memasukkan thong ke dalam lubang. Alberto dan Vega mulai merasakan puncak kenikmatan. Alberto pusing. Kepalanya terasa berat. Ia merasa sangat kecanduan dengan Alberto.

"Apa kamu menyukainya, Sayang?" tanya Vega.

"Ya, Sayang! Aku menyukainya. Aku merasa terbang. Memang, kamu yang terbaik di ranjang, Sayang.”

“Jadi, ayolah, putus dengan Lorena! Aku ingin menjadi pacarmu lagi, Alberto.” Vega memohon.

"Maaf, Vega. Aku nggak bisa. Aku mencintainya." Alberto menolak permintaan Vega.

"Ah! Baiklah, kalau begitu. Aku akan meninggalkanmu. Sekarang, lanjutkan sendiri! Aku nggak ingin berhubungan seks denganmu lagi, Alberto. Kamu lebih memilih Lorena daripada aku.” Vega merasa kesal karena Alberto menolak permintaannya. Vega langsung berjalan ke kursi. Alberto langsung berdiri dan mengejar Vega.

“Vega, jangan marah! Ayo lanjutkan permainan ini!” Alberto memohon agar Vega tidak marah dan melanjutkan permainan tersebut.

“Tentu saja, aku marah! Kamu lebih memilih dia dibandingkan aku. Kamu tidak mau memutuskan hubungan dengan dia untuk aku. Memang apa kelebihan dia? Aku jauh lebih baik daripada dia!” marah Vega.

“Vega, ayo jangan marah! Mari kita lanjutkan permainan ini!” pinta Alberto.

“Aku mau asal kamu memutuskan Lorena.” Vega menyebutkan sarannya.

“Oke. Aku akan putuskan dia, Vega,” ucap Alberto.

“Janji?”

“Ya.” Alberto menganggukkan kepalanya.

“Kalau kamu berbohong, aku tidak akan bermain dewasa denganmu lagi atau aku akan membiarkanmu kelaparan seperti ini!” ancam Vega.

“Ya, Vega. Aku janji. Aku sangat mencintaimu, Vega, tapi tolong jangan tinggalkan aku dan selingkuh dariku, Sayang!”

“Aku tidak akan selingkuh lagi darimu, Sayang!” Mereka melanjutkan permainan dewasa mereka.

Tidak lama kemudian, mereka meneteskan air. Mereka bermain dengan berbagai gaya mulai dari gaya anjing, gaya duduk, gaya berdiri, dll. Mereka sangat menikmati hingga mereka tidak mau berhenti. Setelah satu jam, mereka mendengar alarm mereka berbunyi.

“Suara apa itu?” Alberto mengernyitkan dahinya karena ia merasa bingung.

“Itu suara alarmku.” Vega langsung berdiri dan berlari ke arah pakaiannya.

“Maafkan aku, Sayang! Aku harus mengajar sekarang.” Vega langsung mengenakan pakaiannya dengan cepat.

“Oke.” Alberto langsung berlari ke arah pakaiannya. Setelah itu, Alberto mengenakan pakaiannya juga.

“Apa kamu nikmatin permainan kita, Sayang?” Vega menanyakan kepuasan Alberto.

“Ya, aku sangat menikmatinya. Aku sangat senang bisa bermain dewasa denganmu lagi, Vega. Tetapi, apa kita akan bermain dewasa lagi?” Alberto merasa ragu, jika mereka akan bermain lagi.

“Tentu saja, jika kau putus dengan Lorena. Aku benar-benar nggak sabar untuk bermain dewasa denganmu lagi, Alberto!” Mata Vega menunjukkan bahwa, dirinya tidak sabar untuk bermain dengan Alberto lagi.

"Janji?" Alberto masih merasa ragu.

“Ya, tentu saja, jika kamu putus dengan Lorena! Jadi, jangan lupakan janjimu!” ucap Vega.

"Oke."

Otak Alberto masih merasa ragu dengan ucapan Vega. Ia merasa takut bahwa, Vega akan mengingkari kata-katanya. Tetapi, di sisi lain ia masih mencintai Lorena. Tidak mungkin ia akan memutuskan Lorena demi Vega.

Alberto merasa bingung mengenai apa yang harus ia lakukan, karena ia harus memilih antara Lorena dan Vega. Lorena atau Vega merupakan pilihan yang berat, bagi Alberto. Tetapi ia telah berjanji dengan Vega untuk memutuskan Lorena, jadi tidak mungkin ia mengingkari janjinya. Ia harus menepati janjinya, kalau ia tidak mau Vega membiarkan dirinya kelaparan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status