Share

ENDING (EXTRA PART)

Beberapa tahun kemudian ...

“Apakah kau percaya itu, Max? Kau lihatlah putra-putri kita. Mereka kini berusia delapan belas tahun dan—oh! Apakah kau dulu juga mengalami ini? Usia berapa kau berubah menjadi dewasa?” tanya Ivory saat sadar bahwa si kembar, Isaac dan Mackenzie telah berubah menjadi berusia delapan belas tahun di usia mereka yang kelima.

Max tertawa mendengar komentar polos Ivory. Ia lantas meraih wanita itu dalam dekapannya dan mengecup bibirnya sekilas. “Di usia tiga tahun aku berubah menjadi delapan belas tahun dan menjalani pelatihan dari kakek Jeremiah untuk menerima jabatan darinya sebagai seorang alpha Alsenic pack. Apakah kau tidak mengalami itu?”

“Apakah aku kelihatan seperti manusia ajaib seperti kalian?” tanya Ivory yang dijawab gelak tawa oleh Max.

“Baiklah, artinya usia kita terpaut sangat jauh. Kau seharusnya lebih tua dibanding diriku. Benar begitu, kan?” Ivory mengangguk, kemudian menoleh lagi pada Isaac dan Mackenzie yang telah menghabiskan sarapan mereka.

Hari ini keduanya akan memasuki dunia perkuliahan. Hari pertama, pasti akan jadi hari yang melelahkan. Karenanya, Ivory menyiapkan makanan bergizi dan bekal untuk mereka.

“Kami berangkat, Bu,” Isaac meraih kunci dan menuju ke arah Ivory dan Max di kamar mereka. “Apakah Ayah tidak bekerja?”

Max menggeleng. “Hari ini aku akan mengantar kalian. Aku ingin tahu seperti apa putra-putriku ini menjalani hari pertama perkuliahan.”

“Oh, please, Ayah. Kami akan baik-baik saja. Aku janji akan menjaga Macky dengan baik.”

“Jangan pangil aku Macky! Itu menjijikkan!” Mackenzie menoleh pada sang ayah dan ibu, memasang wajah muram lantas menunggu kecupan dari keduanya. Ivory dan Max secara bergantian memberikan kecupan di kening Mackenzie. Ivory menangkupkan kedua tangan di wajah Mackenzie dan memandangi putrinya cantiknya yang sesekali membenarkan kaca mata yang menggantung di pangkal hidungnya.

“Putriku yang cantik. Kau mengingatkanku pada Bibi Elle yang cantik dan menyukai science hingga bisa menciptakan berbagai ramuan hebat. Sama sepertimu,” puji Ivory pada anak gadisnya yang sangat menyukai ilmu-ilmu science.

“Bibi Elle lebih hebat karena ia adalah seorang elder, Bu. Apakah kita akan ke tempat kakek dan nenek? Apakah akan mengunjungi Bibi Elle?”

“Nanti, setelah kalian pulang kuliah, oke? Sekarang pergilah.”

“Ayo, Macky! Ayah sudah tak sabar melihat anak gadisnya memakai jas ilmuwan! Cepatlah!”

Mackenzie memutar bola mata menanggapi panggilan Isaac yang sering kali iseng terhadapnya. Hal itu membuat Ivory tersenyum bangga dan bahagia menyaksikan putra-putrinya tumbuh menjadi remaja yang luar biasa. Ia mengusap lengan Mackenzie sebelum putrinya itu akhirnya pergi dari hadapannya.

Ivory mendesah lemah, kemudian membuka laci nakasnya dan menemukan foto seorang balita cantik dengan rambut berwarna perak dan bola mata sewarna tembaga, tengah tertawa riang memeluk sebuah boneka duyung. Ia membalik foto tersebut dan kembali membaca tulisan yang ada di sana.

‘Aku sengaja mengirimkan ini, untuk mengobati kerinduanmu pada Lyra. Ia berusia lima tahun ini. Ia baik-baik saja dan sangat bahagia. Jika nasib masih berpihak padamu, maka kalian bisa saja bertemu. Jangan membenciku karena membawanya kabur, aku hanya ingin menyelamatkannya. Hanya ia bagian dirimu yang bisa kumiliki, begitu pun sebaliknya. Berbahagialah, Ivy.’

Bulir bening meluncur di pipi Ivory kala membaca kembali tulisan itu. Ia sudah membacanya berulang kali, tetapi rasanya ingin melakukannya berulang kali.

“Lyra ... aku merindukanmu, sayang.”

***

“Minggir kau, nerd!” ejek beberapa perempuan yang mendorong Mackenzie hingga ia terhuyung dan nyaris jatuh. Sepasang lengan menyangga tubuhnya dan membuatnya kembali berdiri tegak. Semula Mackenzie mengira bahwa seorang lelakilah yang telah menolongnya. Namun, ketika ia menoleh, seorang gadis seusianya dengan rambut perak tersenyum padanya.

“Apakah kau baik-baik saja? Kemarilah, duduk denganku. Jangan menoleh pada mereka. Mereka hanya berusaha mencari perhatian dari seorang gadis cantik sepertimu,” ujar gadis di sampingnya. Rambutnya yang keperakan terurai panjang bergelombang, mengingatkan Mackenzie pada seseorang yang tampak tak asing yang ada di alam bawah sadarnya.

Mackenzie duduk di samping gadis itu dan mengeluarkan peralatan menulis. Mereka belum menerima pelajaran sesuai jurusan perkuliahan yang mereka pilih. Karena hari ini adalah hari pertama mereka, maka semua mahasiswa baru harus menjalani masa orientasi selama beberapa hari.

Mackenzie kembali menoleh pada gadis yang ada di sampingnya, membenarkan kaca mata agar bisa menilik wajah dan ciri fisik gadis itu dengan baik. Gadis itu menyadari Mackenzie memerhatikannya, ia hanya menoleh kemudian membalas senyum Mackenzie.

Setelah menerima beberapa hal penting mengenai universitas tempat mereka menerima pendidikan, Mackenzie berlari menuju ke kantin di mana Isaac telah menunggunya untuk menikmati makan siang bersama.

“Ini, makanlah yang banyak agar kau kuat ketika mereka membully-mu lagi,” ujar Isaac yang membuka kotak makan berisi salad ayam dan kotak lain berisi macam-macam kudapan. “Ibu memasak seluruh isi dunia dan membawakannya untuk bekal kita. Habiskanlah.”

Mackenzie memberengut, tetapi ia sendokkan juga makanan itu. Ia kemudian mengeluarkan sebuah buku dari dalam tas dan mulai membacanya. Ia mendekat pada Isaac dan membisikkan sesuatu. “Isaac, apakah kau percaya adanya vampir?”

Isaac mendengkus. “Konyol sekali pertanyaanmu. Sekarang aku juga akan bertanya padamu. Apakah kau percaya pada manusia serigala?”

Mackenzie meninju lengan saudara kembarnya dan melanjutkan ritual makan sembari membaca buku. Namun, konsentrasinya buyar saat ia merasakan kehadiran seseorang dari kejauhan, mendekat ke arah di mana mereka berada.

“Hey, kita bertemu lagi. Boleh aku bergabung dengan kalian?” tanya gadis yang menyelamatkan Mackenzie saat di dalam aula. Mackenzie mengangguk, sementara Isaac memerhatikan gadis itu dengan saksama. Tatapannya tak beralih dari gadis yang terlalu memesona itu.

Gadis itu terbelalak memerhatikan Isaac dan Mackenzie secara bergantian. “Kalian sangat mirip. Apakah kalian saudara kembar?” Ia lalu mengulurkan tangan sembari tersenyum. “Perkenalkan, aku Lyra Agony. Siapa nama kalian?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status