Share

2. VIP

Tiba-tiba salah satu penari mendekati dirinya dan mengajaknya ke tengah untuk ikut menari. Walaupun bingung, Merry tidak menolak ajakan tersebut. Pria itu memberikan contoh gerakan pada Merry untuk diikuti. Merry pun bisa mengikutinya dengan mudah.

“Woohoo, Merry! You go, girl!” teriak Dawn dari meja mereka yang tentu saja terdengar sampai ke telinganya.

Ternyata bukan hanya dirinya, beberapa tamu lain juga ada yang diajak berdansa. Namun tidak semuanya bisa menguasai gerakan yang dicontohkan dengan cepat. Bisa dibilang koordinasi otot tubuhnya sangat baik, sehingga Merry mudah menghapal dan mengikuti gerakan tarian.

Tanpa diduga, Dawn dan Cathy pun ikut terjun ke lantai dansa dan mengikuti gerakan yang dicontohkan. Dawn dengan mudah meniru, sedangkan Cathy kesulitan mengikutinya.

Setelah itu, para tamu di pinggir pun satu per satu mulai ikut terjun ke tengah lantai dansa. Akhirnya mereka semua kompak menarikan gerakan yang sama.

Merry, Dawn dan Cathy tertawa lepas. Andrenalin mereka terpompa maksimal, padahal mereka tidak menelan pil apapun. Di akhir pertunjukkan, musik berhenti, dan mereka melakukan pose bebas sekerennya.

Setelah hening sejenak, tepuk tangan tumpah ruah memenuhi seluruh ruangan club. Tentu saja pertunjukkan ini direkam sejak awal.

Tak lama DJ kembali memainkan musik, dan para tamu yang masih ingin menari tetap berada di lantai dansa, sebagian kembali ke meja mereka masing-masing, termasuk kelompok Merry. Tidak lupa Merry kembali ke meja bar untuk membawa minuman mereka.

Oh my God, gilak! Malam ini pecah banget!” teriak Dawn dengan napas terengah dan keringat menetes di keningnya. Dia langsung menenggak air mineral sampai setengahnya.

“Keputusan lo tepat banget kita party di sini!” puji Cathy. Dia pun sama bersemangatnya seperti dua teman lainnya.

“Cowoknya juga ganteng-ganteng!” tawa Dawn.

“Lo masih tertarik sama cowok rupanya,” timpal Merry.

“Anjiirr, masih lah! Lo nggak lihat gue udah dandan heboh begini?”

Mereka bertiga pun tertawa lepas. Tiba-tiba ada seorang pria yang menghampiri mereka bertiga.

“Sorry, ladies, if you don’t mind, Nona Syeiley mengajak kalian bergabung di mejanya,” ucap pria itu. Dari penampilannya sepertinya dia pesuruh si nona kaya itu.

Mereka bertiga terkejut dan saling pandang. Sementara pria itu menunggu jawaban mereka dengan sabar. Cathy menyenggol bahu Merry dan memberikan isyarat untuk menerima ajakan itu. Sementara Dawn hanya mengedikkan bahunya.

Akhirnya Merry pun menyetujui ajakan itu. Tak lama, mereka bertiga sudah bergabung di meja milik Nona Syeiley.

Hey, I’m Syeiley. Saya melihat penampilan kalian tadi. I’m happy that you guys took the initiative to roll on the dance floor, dan membuat suasana pecah bukan main! That’s super cool! I love it.” Wanita yang usianya dua tahun di atas Merry itu berbicara dengan anggun. Ekspresi wajahnya terlihat tulus dan tidak dibuat-buat. “Sebagai ucapan terima kasih, kalian saya undang di pesta ini. Kalian boleh pesan minuman sesuka kalian, dan bill-nya masukan saja atas nama saya!”

“Seriusan?” sambar Merry girang bukan main. Itu kan artinya dia tidak akan keluar duit sama sekali malam ini.

Syeiley mengangguk tegas dan tersenyum tipis.

“Thank you very much! We’re so much appreciate that!” Cathy membalas dengan sopan.

Tentu saja dia merasa sangat bahagia. Namun dia memiliki agenda tersendiri untuk mendekati nona besar ini dan melebarkan relasinya. Sehingga dia harus menjaga sikapnya agar tidak memalukan.

Untuk selanjutnya, mereka bertiga mulai menikmati suasana, berjoget dan minum-minum. Mereka berbaur dengan tamu-tamu Syeiley, mereka bahkan mengajak Syeiley untuk menari bersama mereka.

“Guys, gue mau ke toilet dulu ya!” teriak Merry setelah dia sudah tidak bisa menahannya. Dawn dan Cathy mengangguk sambil terus asyik meliukkan tubuh mereka mengikuti irama musik.

“Becareful, Mer, you’re drunk right now! Jangan salah jalan pulang!” teriak Dawn. Cewek ini tentu saja masih tidak terlalu mabuk, dia termasuk kuat minum.

Sementara Cathy memang tidak suka terlalu banyak minum minuman beralkohol. Dia tidak suka kehilangan kontrol atas tubuh dan kesadarannya.

Merry berjalan dengan sedikit sempoyongan menuju toilet. Pencahayaan ruangan yang remang dengan kilatan lampu disko berwarna warni membuat pandangannya sedikit kabur. Beberapa kali dia menabrak tubuh orang lain.

“Oops, sorry!” ucapnya dengan wajah yang memerah karena pengaruh alkohol. Dalam hatinya mengutuk, mengapa club ini besar sekali sehingga dia kesulitan mencari toilet?

Akhirnya setelah susah payah mencari, dia berhasil sampai ke toilet perempuan. Namun kondisinya mengenaskan. Ada muntahan di lantai. Merry langsung memalingkan wajahnya untuk menghindari dirinya ikutan muntah detik itu juga.

Dia pun naik ke lantai atas, yang merupakan lantai ruangan VIP. Di lantai atas pasti ada toilet juga, dan seharusnya ruangannya lebih bersih. Dia berjalan menyusuri koridor, membuka pintu satu persatu.

“Oops, sorry, salah ruangan,” dia terkikik geli saat melihat sepasang pria dan wanita sedang saling bercumbu di dalam ruangan itu.

Di ruangan yang lain, dia melihat sekelompok pria sedang berpesta bersama wanita-wanita panggilan, “Maaf, salah ruangan!” teriaknya masih cekikikan.

Di pintu yang ketiga, dia hanya melihat seorang pria duduk seorang diri berwajah muram dengan segelas wine di tangannya.

“Oh, ini juga bukan toilet! Arrgh, kenapa sih bangunan ini gede banget!” keluhnya, “Ah, maaf, sudah mengganggu Anda,” ucapnya tersenyum pada pria tersebut sambil melambaikan tangannya.

Setelah menutup pintu, Merry berpikir sebentar. Pria di dalam sana ganteng, tapi wajahnya suram sekali. Pasti dia sudah lama banget tidak bercinta. Merry terkikik geli dengan pikiran mesumnya.

Mendadak dia ingin bersenandung. Maka, dia pun bernyanyi pelan sambil terus mencari-cari toilet dan terus saja salah membuka pintu, sesekali diselingi ucapan maaf apabila ada penghuninya di dalam ruangan itu.

Sampai akhirnya dia tiba di ruangan yang dicarinya, tepat di ujung koridor di lantai bagian kiri.

Merry masuk ke toilet perempuan, bergegas duduk di atas kloset dan menyalurkan hajatnya.

Tepat dugaannya. Kamar mandi di lantai VIP memang sangat mewah, bernuansa merah maroon. Beda kelas dengan di bawah.

Memang sih, kamar mandi di bawah juga termasuk bagus, kalau saja tidak ada genangan muntahan tak jauh dari pintu masuk.

Setelah mencuci tangannya, Merry memandangi dirinya untuk mengecek penampilannya.

“Ya ampun, Marianne, kenapa sih kamu cantik sekali! Hihihihi!” Namanya juga lagi mabok ya, jadi seringkali meracau tidak jelas. “Tapi kenapa kamu masih jomlo sampai sekarang? Coba jawab, kenapa?” Jemarinya yang lentik menunjuk-nunjuk ke cermin. Persis orang yang lagi ngajakin berantem.

Setelah beberapa saat, dia kembali terkikik geli dengan kekonyolannya, berbicara sendirian di depan cermin.

Setelah sudah puas menatap dirinya di depan cermin, Merry pun keluar kamar mandi, masih dengan langkah terhuyung. Namun, saat dia menutup pintu, Merry terkejut karena ada seorang pria yang menunggunya di luar kamar mandi.

Oh, my God, kamu mengejutkanku! Apa yang kamu lakukan di sana?” tanyanya mengelus dadanya karena terkejut.

“Sepertinya kamu bukan tamu VIP,” ucap pria itu dengan suaranya yang berat dan kedua lengan bersedekap di depan dadanya. Pria itu bersandar di dinding dan menatap dirinya dengan tajam.

So what? Aku juga tamu di club ini,” balas Merry cuek.

No, orang yang boleh ada di lantai ini hanya tamu VIP … dan orang yang diundang oleh tamu VIP.” Pria itu berjalan mendekati dirinya, dengan satu tangan berada di dalam kantung celananya. Setiap langkahnya terdengar begitu mengintimidasi. “Jadi, kamu tamu di ruangan berapa?” lanjut pria itu yang sekarang berdiri menjulang sangat dekat dengan tubuh Merry.

Merry bisa merasakan embusan hangat napasnya yang berbau wine, serta harum musk dan rempah dari tubuh pria itu, feromon menguar kuat darinya. Indera Merry tergelitik, wangi pria di depannya begitu menggoda.

“Aku…,” Merry berusaha menjawab, namun tentu saja dia tidak mengetahui jawabannya.

Dia pernah ke club ini dua sampai tiga kali, itu juga diajak teman sesama model. Namun dia tidak pernah naik ke lantai VIP.

“Aku apa?” ulang pria itu, menundukkan wajahnya sehingga wajah mereka hanya berjarak tiga puluh sentimeter.

“A-aku…,” wajah Merry semakin memerah.

Pria ini terlalu memojokkannya. 'Kumohon, jangan lebih dekat dari ini.' Batinnya putus asa.

“Apa sebaiknya aku panggilkan satpam sekarang? Hhmm?” Pria itu seperti menantang dirinya. Dan sialnya, wajah pria itu malah semakin mendekat dan terus mendekat.

“A-aku…,” Merry benar-benar tidak tahu harus menjawab apa. Tubuhnya makin menempel di dinding belakangnya

Tiba-tiba saja di luar dugaan, bibir pria itu menyambar bibirnya. Melumatnya dengan penuh gairah.

Awalnya Merry tidak tahu bagaimana harus bereaksi, sehingga dia hanya berdiri mematung. Namun hal itu hanya berlangsung selama sekian detik.

Ciumannya begitu nikmat dan menggebu-gebu, membuat Merry tidak bisa menolaknya, sehingga dia pun membuka mulutnya dan menyambut ciuman itu dengan sama bergairahnya.[]

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status