Share

6. Lunch

"Tugas dari Liam? Tugas apa?" tanya Ashton merasa tertarik mendengarnya. 

Sebenarnya, jabatan junior sekretaris yang saat ini dipegang oleh Merry tidak selamanya kosong. Sebelumnya, pernah ada beberapa sekretaris junior lainnya, hanya saja selama ini Liam tidak pernah memberikan tugas secara langsung pada sekretaris juniornya, dia pasti hanya akan berbicara pada Susan. 

"Gue harus membelikan makan siang untuk Pak Liam," jawab Merry apa adanya.

Untuk beberapa saat, Ashton tidak menjawab ucapan Merry. Dia masih menunggu Merry selesai berbicara. Namun, setelah Merry terdiam cukup lama, Ashton baru menyadari kalau perempuan itu sudah selesai berbicara.

"Makan siang? Oke, dia mau makan siang apa?" ucap Ashton kembali.

Merry menggelengkan kepalanya putus asa, "Itu masalahnya. Pak Liam nggak memberi tahu sedang selera makan apa. Bu Susan juga nggak mengatakan apa-apa, hanya memberikan petunjuk yang sangat sedikit. Pak Liam nggak suka ikan dan makanan manis, di mana jenis menu seperti itu kan, ada ratusan. Harusnya Bu Susan menambah sedikit petunjuk lagi. Misal, Pak Liam hanya mau makanan Jepang, atau western, atau menu lokal. Kan gue jadi gampang memutuskannya." Merry mencurahkan kesulitannya merasa seperti sedang bercerita pada kawan lama. Padahal sebelumnya dia sangat pemalu kalau sudah berhadapan dengan Ashton.

"Ya, lo benar. Petunjuk itu terlalu sedikit. Tapi lo bisa menarik napas lega sekarang, karena bantuan sudah datang," jawab Ashton menampilkan senyumannya yang sangat menawan.

"Kakak tahu makanan kesukaan Pak Liam?" tanya Merry langsung berwajah cerah. Di luar dugaan, pesona Ashton kali ini tidak membuatnya tersipu.

Ashton mengangguk, "Ya, kami bersahabat sejak kecil. Jadi tentu saja gue udah sangat mengetahui selera makanan Liam. Ayo, ikutin gue!" ajak Ashton memberikan isyarat agar Merry mengikuti dirinya.

Merry mengangguk dengan riang, dia pun mengikuti ke mana Ashton melangkah. Rupanya pria itu mengajaknya masuk ke restoran makanan Italia. 

"Menu apapun yang lo pilih untuk Liam di restoran ini, sudah bisa dipastikan kalau dia pasti akan menyukainya."

Merry mengangguk dengan bahagia, "Makasih, Kak."

Setelah itu, dia bergegas menuju meja kasir untuk memesan menu pesan antar. Ashton pun menunggu dengan sabar di sebelahnya.

"Ng, saya pesan lasagna dan spageti saja, mbak. Take away ya," ucap Merry mengingat pesan Susan untuk membeli dua menu. 

Petugas kasir pun mengangguk dan menghitung total belanja. Merry membayarnya dengan kartu hitam yang diberikan oleh Susan. Ashton yang melihat hal itu terheran-heran, karena Merry hanya memesan untuk Liam.

"Lo nggak pesan makanan sekalian?" tanya pria bertubuh tinggi 184 cm ini saat mereka sudah duduk di kursi selama menunggu pesanan siap.

Merry menggeleng, "Mana mungkin gue sekalian pesan, Kak. Makanan Pak Liam kan, belinya pakai kartu kantor."

"Ah ya, benar." Ashton mengangguk. "Kalau begitu, apa lo mau makan siang bareng gue?" ajaknya.

"Ng, lihat nanti ya, Kak, kalau masih ada waktu buat makan siang, kita bisa makan siang bareng. Kalau nggak, gue mungkin bakalan beli roti isi di minimarket aja."

"Apa makan itu aja udah cukup?"

Merry mengangguk. Tiba-tiba dia menyadari sesuatu, "Ya ampun, Kakak jadi nggak bisa makan siang ya, karena nemenin gue sekarang." Merry merasa tak enak hati menyadari dia sudah menyulitkan orang lain. 

"Tenang aja. Sekarang masih banyak waktu. Tadinya gue mau ngajak lo makan siang di restoran ini. Lagipula makanan Liam belum jadi. Gimana?"

Merry terdiam saat mendengar ajakan Ashton. Untuk beberapa saat mereka berdua hanya saling tatap. Tapi kemudian, dia mulai memahaminya.

"Kita makan siang sekarang? Di sini?" tanya Merry untuk meyakinkan.

Ashton mengangguk, "Ya, gimana?"

"Tapi ...."

"Kalau sudah sibuk bekerja, Liam nggak akan menyadari kalau makan siangnya belum tiba."

Merry tentu saja merasa tergoda dengan ajakan itu. Dia menggigit bibir bawahnya, berpikir dengan sangat serius. Bisa makan siang berdua saja dengan Ashton tentu saja merupakan impiannya. Saat kuliah, mereka memang pernah makan siang bersama, tapi tentu saja bersama pacar-pacar Ashton saat kuliah dulu. 

Memang terdengar sepele, hanya membelikan makan siang. Tapi, itu merupakan tugas pertamanya di kantor ini. Lagipula, dia belum memahami seperti apa bosnya yang sekarang. Tapi, melihat dari sikapnya saat di ruang rapat, dia tidak boleh menganggap enteng tugas ini.

Dengan terpaksa Merry menggelengkan kepalanya. "Maaf, Kak, bisa ditunda dulu makan siangnya? Rain check?" ucapnya dengan alis yang berkerut sedih.

Ashton tersenyum tipis, tentu saja dia bisa memahaminya. Dia pun mengangguk, "Tentu saja. Lagipula ini masih hari pertama lo bekerja. Kita masih bisa makan siang bersama di hari lainnya."

"Ibu Merry, ini pesanannya," teriak pelayan yang bertugas menyiapkan khusus menu pesan antar.

Merry langsung bangkit dan berjalan menuju konter. Kemudian dia dan Ashton kembali berjalan menuju lift. Tidak perlu waktu lama, lift sudah tiba, Merry pun masuk ke dalamnya. Namun rupanya Ashton tidak mengikutinya masuk ke dalam lift.

"Lho, Kakak nggak ikut naik?"

"Gue mau makan siang dulu di sini," jawab Ashton sambil senyum-senyum mendengar pertanyaan Merry.

Merry menutup mulutnya, "Ya ampun, maaf, Kak, gue benar-benar nggak peka. Lain kali ya, Kak! Gue janji!" ucap Merry.

Ashton tertawa mendengarnya, "Sure, no problem."

Pintu lift pun tertutup kembali. Merry berdiri di sana bersama beberapa orang karyawan lain yang belum dikenal olehnya karena berbeda divisi. Tidak butuh waktu lama, lift sudah tiba di lantai ruangan direktur. 

Merry turun dari dalam lift dengan dada berdebar-debar. Dia berharap makan siang yang disiapkan untuk bosnya tidak akan mengecewakan. Ah, tapi, makanan ini atas rekomendasi Ashton, dan dia mempercayai pria itu. 

Merry mengetuk pintu ruangan sebelum masuk ke dalamnya. 

"Masuk." Terdengar jawaban dari Liam.

Setelah menarik napas dalam, Merry mendorong pintu kayu tersebut. Dia bisa melihat Liam yang masih berada di balik meja kerjanya, dengan kepala tertunduk dan sibuk memeriksa dokumen perjanjian. 

"Permisi, Pak Liam, saya membawakan makan siang untuk bapak," ucap Merry.

Kali ini, kepala Liam terangkat. Mereka berdua pun saling pandang. Merry menahan napasnya, untuk sesaat dia terkejut dengan tatapan tajam pria itu. Kelihatannya suasana hati Pak Liam sedang buruk.

Apakah dia terlalu lama membeli makan siangnya? 

Merry mengecek jam tangannya, tapi dia hanya pergi selama setengah jam. Apakah setengah jam terlalu lama untuk membeli makan siang?

"Simpan saja di atas meja," ucap Liam setelah beberapa saat mereka berdua hanya saling tatap dalam diam. Setelah itu, dia menundukkan kepalanya kembali.

Merry sedikit bingung dengan sikap yang baru ditunjukkan oleh bosnya ini. Liam jelas-jelas terlihat seperti sedang merasa kesal atau terganggu dengan sebuah masalah. Tapi, kenapa rasa kesalnya itu harus ditujukan pada Merry? Merry benar-benar tidak habis pikir. 

Namun, Merry memutuskan untuk tidak mempermasalahkannya. Dia berjalan menuju meja yang ada di tengah ruangan dan meletakkan kotak makan siang itu di atasnya. 

"Baiklah, kalau begitu saya akan permisi dulu, Pak Liam," pamit Merry.

"Ya, silakan," jawab Liam dingin.

Kali ini Merry merasa sedikit kesal dengan sikap bosnya. Sikap Liam sama sekali tidak menunjukkan kalau pekerjaan yang dilakukan oleh Merry merupakan pekerjaan penting. Pria itu hanya seperti sedang iseng saat memberikannya pekerjaan tersebut. 

Setelah menutup pintu ruangan, Merry berdecak kesal. Dia sedikit menghentakkan langkah kakinya saat menuju meja kerjanya kembali. Dilihatnya meja kerjanya masih kosong, Bu Susan belum kembali dari makan siang.

Perut Merry bergemuruh nyaring saat memikirkan makan siang. Ah, dia sendiri sampai lupa untuk membeli roti isi atau nasi kepal di mini market. Mumpung jam istirahatnya belum selesai, sebaiknya dia lekas turun kembali ke lantai bawah. 

Merry hendak melangkah kembali menuju lift saat telepon di mejanya berdering. Walau merasa kesal, Merry terpaksa mengangkatnya.

"Ya, Pak Liam?" jawabnya. Tentu saja dia bisa langsung mengetahui kalau panggilan itu berasal dari ruangan kerja direktur.

"Masuk kembali ke ruanganku!"[]

Ninna Krisna / Ninna Krisnamurti

Halo, teman-teman. Sebelumnya saya mohon maaf karena absen lama banget untuk meneruskan novel ini, disebabkan beberapa kesibukan dan masalah kesehatan. Insyaallah saya akan mulai rutin meneruskan novel ini. Jadi, saya harap teman-teman terus mengikuti kisah Marianne aka Merry ya. Enjoy!

| 1

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status