Share

Bab 2. Masalah Baru

Keduanya sontak menoleh ke arah sang ibu yang sedang menatap Aeri tajam.

“Ya, ampun! Ucapannya kasar sekali …. Kenapa bisa perempuan seperti itu menjadi bagian keluarga Candra?”

“Padahal bercadar, tapi ternyata bukan perempuan baik-baik.

“Percuma memakai jilbab, tapi tidak bisa menjaga mulutnya.”

Bisik para tante-tante yang bersama dengan Rullistya mulai terdengar.

Rullistya pun merasa malu dan marah. Kelakuan menantunya yang kasar dan tidak sopan disaksikan oleh teman-temannya. 

Sejak awal, dia memang tidak suka pada perempuan yang kini menjadi istri putranya itu.

Tapi, dia adalah perempuan yang putranya ‘pilih’. Hal ini membuat Rullistya tidak punya pilihan lain selain harus menerimanya.

Tadinya, dia ingin menahan diri, tapi apa yang dia dengar benar-benar menyulut amarahnya.

“Memang benar, ya. Seharusnya, mama tidak merestui kamu menikah dengan perempuan tidak jelas ini. Seharusnya, mama tetap menjodohkan kamu dengan Frisya yang jelas-jelas adalah perempuan baik-baik. Lihat sekarang Arvan kelakuan istrimu ini! Bisa-bisanya dia mengumpat?”

Begitu emosi, Rullistya bahkan menunjuk pada Aeri.

Arvan dan Idris lantas berusaha menenangkan wanita itu. Namun bukannya tenang, Rullistya semakin marah karena menganggap putranya membela istri tidak jelasnya itu. 

Keributan kecil pun terjadi di pelaminan dan cukup mengundang perhatian semua tamu undangan. 

Asisten Aeri–yang menggantikannya menjadi fotografer di acara ini–tanpa sadar mengabadikan keributan itu.

“Cekrek!”

Saat kamera mengarah pada pelaminan, Aeri pun berpose dua jari meski Rullistya masih mengamuk. 

Sungguh, sebuah acara pernikahan yang luar biasa.

*****

“Jadi?” tanya Aeri setelah 'acara pernikahan mereka' selesai. Dia butuh penjelasan detail mengenai pernikahan yang dia lakukan ini.

Arvan menghela napas. “Sebenarnya, aku akan dijodohkan dengan Frisya. Bagi mamaku, dia sempurna. Tapi, aku tidak menyukainya.”

“Karena kamu tidak menyukainya, kamu mencari perempuan lain?”

“Betul.” Arvan mengangguk. “Tapi, aku mencari istri kontrak. Hanya saja, kriteria mamaku sulit. Oleh karena itu, aku mencari calon pasangan yang bercadar karena identik dengan perempuan solehah yang alim.”

Tapi, mencari perempuan berhijab yang baik dan cantik luar dalam sangatlah susah! Mereka menolak untuk mempermainkan pernikahan.

Terkejar tenggat waktu, Arvan pun terpaksa mengikuti ide Idris: membayar seorang perempuan untuk berpura-pura menjadi calon istrinya. Dia juga harus berpura-pura memakai hijab dan cadar. 

Arvan juga membuat identitas palsu sang calon istri. 

Kebetulan, perawakan perempuan yang dinikahi hampir mirip dengan Aeri. Jadi, Arvan pun akhirnya memakai identitas temannya itu. Dari nama sampai pendidikan—semuanya dia samakan dengan Aeri. 

Toh … Arvan yakin tidak akan bertemu Aeri dan pernikahannya tidak akan bertahan lama. 

Dibantu Idris, pernikahannya dengan ‘Aeri’ pun terlaksana. 

“Tapi sayangnya, perempuan yang kamu bayar malah tiba-tiba mundur?” tebak Aeri tepat sasaran.

“Karena dia sudah menemukan cinta sejatinya.” 

Aeri tampak mengangguk. Arvan yang tidak mau sampai pernikahan ini batal–mau tidak mau harus menemukan penggantinya. Beruntung calon istrinya adalah perempuan bercadar! Jadi, tidak akan ada yang sadar bila ada perubahan.

“Lalu, kenapa harus aku?” 

Pertanyaan Aeri membuat Arvan diam.

“Sulit mencari perempuan dengan tinggi sepertinya,” kata Arvan selesai menjelaskan pada Aeri seperti janjinya.

Ya, Aeri palsu dan Aeri asli memang memiliki tinggi di atas rata-rata.

Arvan terdiam menatap teman lamanya itu. Dalam hati, dia merasa bersyukur karena Aeri asli muncul tepat waktu.

“Jujur, sejak awal aku tidak mengira kalau kamu adalah fotografer di pernikahanku, jadi aku juga tidak membayangkan akan tiba-tiba menikah denganmu, Ri.” 

Sementara itu, Aeri mencerna semua perkataan Arvan. 

Dia tidak heran bila Arvan tidak tahu dirinya adalah fotografer di pernikahannya. 

Komunikasi keduanya diwakilkan oleh asisten masing-masing. Jadi, bagaimana mungkin laki-laki itu tahu?

“Terus kamu belum jawab, ‘dia’ itu siapa yang kamu dan Idris maksud di pelaminan tadi?” tanya Aeri.

Arvan menghela napas sebelum menyodorkan kertas ke arah Aeri. “Dia yang kami maksud itu Frisya. Kebetulan, Idris menyukainya. Jadi, kita buat rencana pernikahan ini agar perjodohanku dengan perempuan itu dibatalkan.”

“Lalu ini, maksudnya apa?” Aeri menunjuk pada kertas itu. 

Dia sebenarnya sudah membaca apa isinya, tapi dia butuh penjelasan laki-laki itu.

“Itu adalah surat perjanjian antara aku dan ‘Aeri’. Karena ‘Aeri’ yang menikah denganku adalah kamu, kesepakatan itu sekarang antara kita berdua.”

Aeri kembali membaca isi kontrak itu dan mengangguk.

“Aku tidak ada masalah dengan poin yang lain, tapi batas waktu pernikahan hanya sampai 8 bulan?”

“Apa kamu tidak setuju dengan itu?” tanya Arvan bingung menatap Aeri.

“Kenapa kita menikah hanya 8 bulan?”

“Meskipun kita menikah secara sah, tapi kita berdua tahu kalau pernikahan ini hanya pura-pura, kan? Lalu, apa gunanya mempertahankan pernikahan ini untuk waktu lama?”

Aeri menaruh kontrak itu diatas meja di depan Arvan. “Kita memang tidak saling mencintai, tapi seperti yang kamu bilang tadi? Perempuan baik-baik yang kamu ajak pura-pura menikah semuanya tidak mau. Aku pun juga sama. Aku tidak mau hanya pura-pura menjadi istrimu, Tuan Arvan Salga.”

“Apa kau punya kekasih?”

Aeri menggeleng.

“Lalu?”

Arvan masih belum mengerti maksud perempuan di hadapannya ini.

Namun, itu tak lama karena pria itu terkejut begitu Aeri mencondongkan wajahnya. 

“Karena hanya orang bodoh yang mau dinikahi secara kontrak. Aku tidak akan menandatangani kontrak ini kalau pernikahan kita ada batas waktunya.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status