Share

Mempelai Tanpa Kontrak
Mempelai Tanpa Kontrak
Penulis: Bara Islami

Bab 1. Pengantin Sempurna

“Bagaimana saksi, sah?”

Begitu penghulu mengatakannya, status Aeri berubah.

Dia bukan lagi teman Arvan, melainkan istrinya.

Aeri lantas menoleh pada pria di sampingnya itu yang terlihat tampan dan mengenakan setelan baju pengantin warna putih–senada dengan gaun yang digunakan Aeri saat ini.

Meski terlihat cantik, tetapi Aeri merasa tidak nyaman. 

Ini bukan gaun miliknya–melainkan milik perempuan lain: pengantin wanita yang seharusnya menikah dengan Arvan. 

Tadi pagi, Aeri akan bekerja sebagai fotografer pernikahan. Karena tahu kalau Arvan adalah mempelai prianya, Aeri tidak lupa membawakan hadiah. Tapi, siapa sangka? Baru aja dia akan masuk ke aula pernikahan, seseorang tiba-tiba menculiknya untuk menjadi pengantin pengganti di samping Arvan karena pengantin wanita yang asli tiba-tiba menghilang. 

“Salam,” lirih Arvan pada Aeri yang sudah mengulurkan tangannya pada Aeri. 

Dengan cepat, perempuan itu pun menyalami tangan Arvan. 

Penghulu kini membacakan doa. Namun, dari ujung mata, Aeri menyadari bahwa hanya Papa Arvan yang terlihat bahagia di sini. Bahkan, Mama dari pria itu memalingkan wajahnya saat acara ijab qobul putranya.

Aeri tidak tahu apa yang ia lakukan ini adalah hal yang benar. 

Selain itu, bukan gayanya memakai jilbab dan pakaian syar’i, seperti ini.

“Van, sumpah … aku sesak pakai cadar. Ini kapan acaranya selesai?” bisik Aeri pada Arvan di atas pelaminan. Dia sudah tidak kuat memakai cadar ini. Memakai masker saja Aeri sesak, apalagi cadar.

“Kamu tahan aja dulu. Acaranya masih lama, mungkin sampai nanti malam.”

“Kamu mau aku mati, Van?” Aeri menekan suaranya agar tidak terdengar oleh orang lain.

Namun, Arvan tidak segera membalas ucapannya.

Seorang tamu undangan tampak naik ke atas pelaminan menyalami keduanya.

Begitu tamu tersebut turun, barulah Arvan menatap Aeri lagi.

“Kamu lihat perempuan di sana?” tanya Arvan sambil menunjuk perempuan bercadar yang tengah berbicara di telepon dengan dagunya. “Dia tidak mati, kan? Jadi, tahan saja.”

*****

“Selamat bro! Sekarang, kamu bisa bebas dari perjodohan buatan mamamu,” kata Idris–salah satu tokoh penting dari pernikahan ini–datang menyalami Arvan di atas pelaminan.

“Ya, sekarang kamu bebas juga mendekati dia.”

Ucapan datar Arvan membuat Idris tersenyum sedikit malu-malu. “Itu pasti.”

Aeri yang tidak tahu siapa yang mereka maksud, sontak penasaran dengan kode-kode yang dilontarkan sepasang sahabat di hadapannya ini. 

“Hallo, semua! Kalian nggak lupa kan aku di sini? Setelah acara ini berakhir, aku mau kalian menjelaskan dengan rinci serinci-rincinya soal pernikahan ini.”

“Dan ceritakan juga soal ‘dia’ ini, oke?” tambah Aeri lagi.

Arvan dan Idris sontak menoleh pada Aeri. 

Saat meminta Aeri menikah dengan Arvan, mereka memang berjanji akan menceritakan rencanakan mereka tentang pernikahan ini. 

Idris tiba-tiba meninju pelan dada Arvan. “Jangan lupa, Bro! Jelaskan ke dia.” 

Arvan memutar bola matanya malas. “Kamu juga harus ikut menjelaskan. Bagaimanapun juga, ini semua adalah rencanamu, Dris.” 

“Rencana kita,” ralat Idris, “tapi, sorry. Aku tidak bisa. Kamu tahu kan aku sibuk? Aku juga harus buru-buru pergi sekarang.” 

Dengan cepat, pria itu berlalu dari hadapan Arvan. 

Namun sebelum pergi, Idris sedikit menunduk dan berbisik pada Aeri. “Selamat juga atas pernikahanmu!” Idris tersenyum, yang dibalas tabokan di wajah oleh Aeri.

“Diam, kau!” 

Aeri sedikit keras saat mengumpat pada Idris. Kalau bukan karena laki-laki itu yang menculiknya, tidak akan dia ada di sini.

Namun, tanpa disangka,  orang-orang yang kebetulan naik ke atas pelaminan–mendengarnya, termasuk mama Arvan dan teman-teman sosialitanya.

“Apa mengumpat adalah kelakuan perempuan baik-baik Arvan?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status