Share

Ceraikan aku, Mas.

"Harusnya kamu bersabar sedikit lagi, Wi," ucap Bayu sedikit kesal.

"Sampai kapan aku harus bersabar, Mas. Perutku ini akan semakin besar dan orang-orang akan mulai menggunjingku. Apa kamu tidak memikirkan perasaanku juga, Mas?" Dewi mulai kesal, kedua tangannya dilipat didada.

"Iya, Mas ngerti, tapi semua juga harus dipikirkan dulu matang-matang. Gak bisa kita bertindak terburu-buru seperti itu, Wi. Ini juga demi masa depan kita dan bayi kita nantinya. Iya 'kan!" Bayu merangkul pundak Dewi dan mencium pipinya.

"Memang apa kata istrimu, Mas?" Dewi menyandarkan kepalanya di dada Bayu.

"Dia minta cerai!" Jawab Bayu ketus.

"Bagus dong, Mas. Jadi kita bisa segera menikah," ucap Dewi riang. Senyum tersungging di bibirnya yang mungil mendengar perkataan Bayu barusan.

"Tapi aku 'tak ingin menceraikannya. Aku masih mencintainya, Wi. Dia adalah cinta pertamaku." Bayu mengurai pelukannya.

"Sialan kamu, Mas. Lalu kamu anggap apa aku ini, Mas? Kamu juga bilang mencintaiku. Jadi aku ini cinta keduamu begitu!" ucap Dewi bertambah jengkel.

"Aku mencintaimu juga mencintai nya, Wi. Kamu kekasihku, sedang Airin istriku," jawab Bayu sekenanya.

"Kamu memang breng**k, Mas, mana mungkin pria mencintai dua wanita sekaligus! Itu omong kosong," ucap Dewi kesal.

"Aku laki-laki, Wi. Kalau aku mau, aku bahkan bisa mencintai empat perempuan sekaligus. Dan itu boleh."

"Kamu memang benar-benar breng**k, Mas!"

Dewi melempar bantal sofa yang ada di dekatnya ke wajah Bayu. Ucapan Bayu kali ini benar-benar membuat Dewi muak. Sudah dia bangkit dari sofa, dan beranjak meninggalkan Bayu. Akan tetapi, dengan cepat Bayu menarik lengannya, mencegahnya pergi dan menariknya ke pelukannya.

"Aku juga sangat mencintaimu, Wi. Sangat. Dan aku akan segera menikahimu, Wi. Aku pasti akan menikahi mu secepatnya," bisik Bayu ditelinga Dewi, mencoba merayunya. Bibirnya mulai bergerilya nakal.

"Kamu gak bohong 'kan, Mas?" mendengar ucapan Bayu barusan, membuat Dewi sedikit melunak.

"Kalau mas Bayu bohong, aku akan menggugurkan bayi ini, Mas," ucap Dewi sedikit mengancam.

Bayu melepas pelukannya, menatap mata Dewi lekat-lekat mencoba meyakinkannya.

"Aku 'gak bohong, Wi. Kita pasti menikah secepatnya. Bayi diperutmu ini anakku juga, Wi. Anak yang sudah lama aku nanti-nantikan. Jadi kamu jangan pernah berpikiran untuk menggugurkannya, yah," ucap Bayu meyakinkan.

"Iya, Mas" ucap Dewi melunak. Entah kenapa ucapan Bayu kali ini terdengar sangat meyakinkannya.

"Lalu bagaimana dengan papamu , Mas?" tanya Dewi sedikit resah.

"Itu juga yang ada dipikiran ku, Wi. Tapi kamu jangan khawatir yah. Papa juga pasti akan senang mendengar kehamilanmu, karena dia juga sudah lama mengharapkan cucu dariku," ucap Bayu. 

Sebenarnya Bayu tidak terlalu yakin dengan ucapannya. Memikirkan reaksi papanya nanti membuatnya sedikit pusing. Papanya adalah orang yang sangat keras. Tapi sekarang Bayu tak ingin memikirkannya. Sekarang dia hanya ingin menikmati kebersamaannya bersama Dewi, wanita yang dikenalnya enam bulan yang lalu di pesta salah satu rekan kerjanya. Dewi wanita yang sangat cantik dan menggairahkan, tubuhnya se*i, kulitnya putih dan mulus, membuatnya tergila-gila untuk kedua kali. 

"Aku mencintaimu, Wi" ucap Bayu, tangan nya menarik tubuh Dewi kedalam pelukannya, membelai rambut panjangnya dan menikmati harum aroma tubuhnya.

"Aku juga sangat mencintaimu, Mas. Tapi kamu harus menikahi aku secepatnya jika memang benar kamu mencintaiku, Mas." 

"Pasti, Wi. Pasti," ucap Bayu sedikit parau. Nafasnya mulai memburu oleh gairahnya sendiri.

"Sudahlah, Mas. Sebaiknya Mas pulang dan bilang ke Papamu tentang hubungan kita," ucap Dewi yang masih sedikit kesal, dan melepaskan tubuhnya dari pelukan Bayu.

"Tapi Mas kangen," ucap Bayu merayu.

"Jangan mendekati aku dulu, Mas, sampai aku yakin kamu bakal secepatnya menikahi aku," jawab Dewi sedikit kesal dan berlalu meninggalkan Bayu.

Bayu meremas-remas rambutnya. Di rumah Airin menghindarinya, dan disini pun Dewi mengabaikan nya. 

"Ah dasar si*l," umpat Bayu kesal sembari menarik dasinya kasar.

***

"Harusnya kamu bersyukur, Rin, Bayu tidak meninggalkanmu meski dia ingin menikah lagi," ucap Bu Fatma, mertua Airin.

"Kamu juga harus mengerti keadaan suamimu itu. Dia anak laki-laki satu-satunya dikeluarga ini. Jadi wajar kalau dia ingin punya keturunan."

"Tapi tidak dengan cara selingkuh dan berzinah, Ma!" ucap Airin tegas.

"Kalau dulu kamu tidak melarang Bayu menikah lagi, mungkin tidak akan seperti ini akhirnya."

"Airin tidak pernah melarang mas Bayu menikah lagi. Tapi mas Bayu sendiri yang sudah berjanji tidak akan menduakan Airin saat meminangku dulu kepada mendiang Bapak."

"Tapi sekarang 'kan keadaanya berbeda, Rin. Bayu tidak mungkin akan menanam ditempat lain kalau ladangnya sendiri subur."

Deg!

Dada Airin terasa sesak seperti dipukul godam yang sangat berat, perkataa Bu Fatma kali ini sungguh keterlaluan. Bukannya merasa bersalah karena dosa anaknya. Dia malah semakin memojokkan menantunya.

"Airin tidak mandul, Ma! Tidak ada masalah dengan kesuburanku. Mas Bayu juga mengetahuinya, karena kita sudah berkali-kali periksa ke dokter spesialis."

"Tapi nyatanyakan sekarang kamu lihat sendiri, Bayu bisa menghamili Dewi. Berarti itu 'kan membuktikan Bayu subur sedang kamu man...." 

"Cukup, Ma, cukup. Airin 'gak mau mendengarnya lagi," ucap Airin lantang. Kali ini kesabarannya benar-benar menipis. Airinpun sudah tidak segan lagi untuk memotong perkataan mertuanya itu.

"Airin sadar kok kalau selama ini Mama memang tidak pernah menyukaiku. Jadi seharusnya sekarang Mama senang karena sebentar lagi Airin akan berpisah dengan Mas Bayu. Mama tak perlu capek-capek membujukku, karena keputusanku sudah bulat untuk berpisah dengan Mas Bayu."

"Terserah kamu, Mama hanya iba kepadamu. Toh kamu sendiri nanti yang akan rugi kalau berpisah dengan Bayu. Bayu itu masih muda dan kaya, calon pewaris dan penerus perusahaan keluarga ini. Kalaupun dia ingin mempunyai dua bahkan empat istri sekalipun itu sah-sah saja. Sedang kamu, kamu malah memilih menjadi janda. Siapa coba nanti yang mau menikahi janda yang tidak bisa memberikan keturunan," ucap Bu Fatma sekenanya tanpa merasa bersalah, dan berlalu meninggalkan menantunya yang mulai terisak.

Dasar menantu keras kepala. Andaikan saja dulu Bayu tidak mengancam akan pergi dari rumah jika tidak diijinkan menikahin Airin, tak akan dia Sudi menerima wanita yang berasal dari keluarga biasa-biasa saja menjadi menantunya. Dan kalau bukan karena memikirkan mertuanya yang sudah pikun itu, tak akan sudi dia membujuk menantunya yang minta diceraikan.

Siapa coba nanti yang akan merawat mertuanya yang sudah tua, pikun, dan menyusahkan itu. Sudah banyak perawat yang pernah dipekerjakan untuk merawat nenek tua itu, tapi tidak ada yang sanggup bertahan lama. Selama ini Airin lah yang dengan sabar dan telaten merawatnya. Memikirkannya membuat Bu Fatma merasa pusing.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status