Share

Keputusan Berpisah

Plak! Plak!

Dua tamparan keras mendarat di kedua pipi Bayu. Panas dan perih terasa. Sakit sudah pasti, lebih-lebih hatinya. Dipermalukan di depan Ibu dan Istrinya membuat harga dirinya terinjak-injak.

Bu Fatma yang duduk di dekatkan sontak terkaget, dia tidak menyangka jika suaminya Guntur Suseno akan semarah ini. Sedang Airin hanya diam tak berekspresi. Saat ini hatinya lah yang paling tersakiti.

"Anak 'tak tau diri! Kamu ingin mencoreng nama baik keluarga ini, hah! Bikin malu saja," umpat Pak Guntur lantang. Tangannya terangkat untuk menampar pipi anaknya untuk ketiga kalinya, namun di urungkannya.

"Jika kamu memang menginginkan anak, kamu kan bisa menikah lagi bukannya malah menghamili anak perempuan orang."

"Apa kamu tau siapa Dewi itu? Bagaimana keluarganya? Bagaimana sifatnya, bibit dan bobotnya? Hah! Apa kamu pikirkan itu?"

"Dewi perempuan baik-baik, Pah!" ucap Bayu membela diri.

"Omong kosong! Perempuan baik macam apa yang punya hubungan gelap dengan laki-laki beristri."

"Aku akan menikahinya, Pah. Dia sedang mengandung anakku," ucap Bayu sedikit ragu. Sebenarnya dia takut perkataan nya kali ini membuat Papanya semakin marah.

"Das*r anak kurang ajar!" tangannya terangkat. Kali ini Pak Guntur benar-benar akan memukul anaknya lagi sebelum akhirnya Bu Fatma mencegahnya dengan teriakan.

"Hentikan, Pah! Hentikan! Apa Papa akan terus mengumpat dan memukuli ana Papa sendiri?" ucap Bu Fatma sedikit berteriak.

"Semua ini salahmu, kamu terlalu memanjakannya sehingga dia seperti ini," ucap Pak Guntur kesal.

"Dan Papa terlalu keras kepadanya!" ucap Bu Fatma 'tak ingin kalah dari suaminya.

Seketika suasana hening. Terus-menerus marah membuat leher Pak Guntur terasa kaku. Mungkin kolesterol nya naik, dipijit-pijit nya tengkuknya untuk meredakan ketegangan.

"Bayu harus segera menikah dengan Dewi, Pah. Kalau perutnya semakin besar dan dia bercerita ke orang-orang, 'kan keluarga ini juga yang bakalan menanggung malu. Kita harus segera menikahkan mereka secepatnya."

Pak Guntur hanya terdiam. Dipijit-pijit nya kepalanya yang sedikit pusing.

"Pah?" tanya Bu Fatma keras, menunggu jawaban dari suaminya.

"Aku harus memikirkan dahulu, Ma. Tidak semudah itu menikah kan anak kita. Apalagi anak kita kan sudah punya istri. Dan belum tentu juga anak yang dikandung perempuan itu anaknya, Bayu. Jika Perempuan itu berani tidur dengan laki-laki yang bukan suaminya. Tidak menutup kemungkinan juga kalau dia tidur dengan laki-laki lainnya di luaran sana."

"Dewi bukan Perempuan seperti itu, Pa. Dia hanya berhubungan dengan Bayu."

"Ha ha ha," Pak Guntur tertawa mengejek.

"Lihat, Ma. Lihat kelakuan anakmu. Sekarang dia bahkan berani membela selingkuhannya."

"Ya mungkin karena itu kenyataannya, Pah. Sekarang tidak ada waktu lagi untuk berpikir, Pah. Kalau kabar ini tersebar kemana-mana, 'kan Papa sendiri yang bakalan malu. Memangnya kenapa kalau anak kita punya dua istri. Poligami 'kan sah-sah saja."

Yang dikatakan istrinya memang ada benarnya, mau tidak mau Pak Guntur harus menerima Dewi menjadi menantu ke dua di keluarga ini. Demi nama baik keluarga tentunya. Masalah bibit, bebet, dan bobot terpaksa harus dikesampingkannya.

Akan tetapi bagaimana dengan pendapat Airin. Bukankah dia juga berhak dimintai pendapat?

"Bagaimana pendapat mu, Airin?" tanya Pak Guntur sedikit ragu. Sebenarnya dia sudah mendengar dari istrinya jika menantunya ini ingin bercerai. Ah, wanita mana yang rela dikhianati.

"Airin ingin bercerai, Pah!" ucap Airin tegas. Ada nada kepiluan dari ucapannya.

"Bukankah perceraian sangat dibenci oleh agama kita, Rin!" kata Pak Guntur mencoba mendebat menantunya.

"Dibenci bukan dilarang, Pah. Airin tidak mau menjadi istri yang durhaka, Pah."

"Maksudmu bagaimana, Rin?" tanya Pak Guntur yang sedikit bingung dengan perkataan menantunya itu.

"Rasa hormat saya kepada Mas Bayu saat ini sudah hilang, Pah. Saya tidak mau menjadi istri yang tidak menghormati suaminya. Karena Airin butuh rasa hormat itu agar Airin bisa berbakti kepada suami Airin."

Bayu tiba-tiba duduk bersimpuh di hadapan Airin. Tangannya meraih kedua tangan Airin menggegamnya mencoba meyakinkan.

"Maafkan aku Airin, aku mohon sekali ini saja maafkan suamimu ini. Beri aku kesempatan sekali lagi. Aku gak ingin berpisah darimu. Aku sangat mencintaimu. Aku janji akan jadi suami yang adil, Rin." ucap Bayu memelas. Segala bujuk rayu kembali diucapkannya.

"Aku sudah memaafkan mu, Mas. Tapi aku gak bisa melupakan penghianatanmu. Jadi aku mohon ceraikan aku, biarkan aku pergi."

"Tidak Airin! Aku tidak ingin kita bercerai. Tidak akan, aku pasti akan jadi suami yang adil, Rin. Percayalah!" Bayu bangkit dan memeluk Airin erat-erat.

Sekuat tenaga Airin mencoba mendorong tubuh Bayu untuk lepas dari pelukannya. Dulu ini adalah tempat ternyaman baginya. Namun sekarang dia merasa jijik jika suaminya menyentuh nya.

"Jika Mas Bayu tidak mau menceraikan ku, maka aku yang akan menggugat mu, Mas," ucap Airin lantang, kemudian beranjak pergi meninggalkan ruangan.

Keadaan menjadi semakin rumit. Pak Guntur sedikit khawatir dengan ucapan menantunya barusan. Jika benar nanti Airin menggugat cerai Bayu, maka berita kehamilan Dewi akan segera tersebar. Tentu saja ini akan menjatuhkan nama baik keluarga dan perusahaan.

***

Airin duduk termenung di depan meja rias. Memandangi wajahnya yang sedikit kusut tapi tak mengurangi kecantikan di wajahnya. Ada kantong hitam dibawah matanya, menandakan dia sering menangis dan begadang akhir-akhir ini.

Keputusan nya sudah bulat untuk berpisah dengan Bayu. Jika laki-laki itu tidak mau menceraikan nya, maka dia yang akan menggugat cerai suaminya.

Klek!

Terdengar suara pintu ditutup. Airin tidak menyadari jika ternyata Bayu sudah masuk ke kamar juga.

"Maafkan aku, Rin!" ucap Bayu. Tangannya telah memeluk tubuh Airin dari belakang.

"Lepaskan aku, Mas! Tolong jangan sentuh aku lagi."

"Aku masih suamimu, Rin. Aku masih berhak menyentuhmu."

"Mas Bayu berhak menyentuhku dengan cara yang baik, bukan memaksa." Dipegangnya lengan Bayu untuk segera lepas dari tubuhnya, kemudian beranjak pergi dari kamar.

"Apa kamu akan terus tidur di kamar nenek?" tanya Bayu kesal.

"Aku hanya sedang membiasakanmu untuk tidur tanpaku, Mas!" jawab Airin, kemudian bergegas meninggalkan Bayu di kamar sendirian.

***

"Nenek belum tidur?" tanya Airin saat melihat Nenek Salma masih terjaga.

"Nenek tadi bangun karena mendengar orang sedang marah-marah. Apa terjadi sesuatu, Rin?" tanya sang Nenek penasaran.

"Tidak ada apa-apa, Nek," bohong Airin.

"Ya sudah, Nenek tidur lagi aja yah. Airin temenin." Airin menarik selimut untuk menyelimuti kembali tubuh Nek Salma.

"Sekarang jam berapa, Rin?" Tangannya meraba-raba nakas, mencari-cari kacamatanya.

"Jam setengah sepuluh, Nek."

"Astaghfirullah! Nenek kesiangan, Rin. Nenek belum salat subuh."

"Jam setengah sepuluh malam, Nek. Masih malam."

"Nenek sudah salat isya belum yah, Rin?"

"Sudah, Nek. Tadikan kita berjamaah, Nek."

"Yah sudah, kita tidur lagi aja yah, Nek. Sudah malam." ajak Airin.

Airin berbaring di sebelah Nenek Salma, menidurkannya kembali seperti menidurkan anak kecil.

Hal yang paling berat bagi Airin jika dia meninggalkan keluarga ini adalah Nenek Salma. Airin sudah menganggap nya seperti Neneknya sendiri. Tiga tahun belakangan ini dialah yang merawat sang Nenek. Membatunnya mandi, menyuapinya makan, bahkan mengajaknya jalan-jalan sesekali. Bukan tidak ada perawat yang menjaganya. Tapi semua perawat yang pernah dipekerjaan tidak ada yang bertahan lama, karena terkadang Nenek Salma mengamuk dan memarahi siapa saja jika demensia nya kambuh.

Nenek Salma adalah ibu dari pak Guntur Suseno. Nenek Salma penderita demensia, penglihatan dan pendengaran nya juga sudah mulai berkurang karena faktor usia. Dulu waktu pertama kali Airin datang sebagai menantu, Nenek Salma masih sehat belum demensia. Dialah yang dengan gembira menyambutnya dan menyayanginya sepenuh hati menganggapnya seperti anak cucu sendiri.

Membayangkan berpisah dari Nenek, Netra Airin mulai berkaca-kaca. Siapa yang akan merawat sang Nenek jika dia benar-benar pergi dari keluarga ini? Tak terasa bulir-bulir bening mulai berjatuhan dari kedua netranya, pilu terasa.

***

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Mhd Syahri Madona Ritonga
ok keren, semangat trus pak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status