Bab 21"ada apa Yan?" tanyaku kepada Ryan sopir pribadiku, hatiki mulai tidak enak melihat wajah pucatnya, berbagai macam pikiran buruk melintas di kepalaku."Tadi waktu ke ruang perawatan untuk merawat Tuan saya melihat Tuan kesakitan, lalu beliau pingsan,"jawab Ryan dengan wajah panik."Ya Tuhan." Aku ingin bangun tetapi buru-buru Rian mencegahku."Jangan nyonya keadaan nyonya masih belum sembuh benar saya takut kalau terjadi apa-apa dengan nyonya." Ryan membujukku, wajah sopirku itu terlihat cemas."Tapi aku ingin melihat keadaan Tuan aku tidak bisa jika aku tidak melihat keadaannya bagaimana kalau terjadi apa-apa dengannya."aku mulai khawatir takut terjadi apa-apa dengan suamiku sekarang aku tidak memiliki siapa-siapa, selain suamiku hanya dia yang aku punya jika nanti terjadi apa-apa dengan Bang Irsyad Lalu bagaimana dengan hidupku kepada siapa lagi aku harus bersandar, aku tidak mau kehilangan untuk kedua kalinya setelah apa yang terjadi padaku dengan Bang Aldi dulu."Saya tahu
Bab 22Masa Lalu jika tidak diselesaikan akan jadi bumerang dikehidupan mendatang."Tuan tadi Cik Farah, mencari anda," ucap Riyan yang saat itu masih bekerja di Malaysia sebagai TKI dan dia bekerja sebagai sopir pribadi keluarga Irsyad. Orang tua Irsyad adalah pejabat di kerajaan Malaysia.Mendengar nama Farah disebut Irsyad membulatkan matanya segera dia menarik sopir pribadinya itu menjauh, dia seperti takut pembicaraannya didengar orang lain. "Ada apa, aku sudah bilang sama kamu berapa kali ya kamu jangan pernah menyebut nama perempuan itu di rumah ini bisa gawat, ngerti nggak!" teriak Irsyad dalam logat bahasa Melayu. "Maaf Tuan, saya lupa."Irsyad melepaskan pegangan tangannya di kerah baju Ryan."Ada apa, apalagi yang perempuan itu mau?"tanya Irsyad dengan nada sinis."Dia tanya kenapa Tuan tidak datang mengunjunginya padahal sudah satu minggu berlalu dan dia juga sudah pulang dari rumah sakit tapi kenapa Tuan tidak juga melihat keadaannya.""Memangnya kenapa Apa perlu aku me
Mantan Istri Yang Kuhina Jadi NyonyaBab1. "Eh kamu mau kemana?" tanyaku pada Alya istriku. Tumben dia pakai baju gamis, berjilbab prasmina, memakai bedak dan lipstisk. Beda jauh dengan hari-hari biasa yang hanya memakai daster bolong-bolong serta bau asap."Mau ikut Abang." Aku melotot mendengar jawaban Alya, mau ikut , yang benar saja? Apa nanti kata teman-teman kantorku? "Gak usah Abang pergi sendiri saja," ketusku. Wajah Alya seketika berubah muram tapi aku tak perduli dengan semua itu. "Kenapa Bang, bukankan di undangan tertulis kalau undangan itu untuk suami istri?" tanya Alya lirih."Ya memang begitu tulisanya tapi aku gak akan ngajak kamu." "Tapi kenapa Bang, bukankan aku ini istrimu?" "Malulah aku bawa kamu, masa manager perusahaan besar yang tampan seperti aku bawa istri degil dan kumal seperti kamu, di mana mau di taruh wajahku, hah?" ujarku dengan suara berat.Kutoyor kepalanya dengan jari telunjuk," mikir! Belum lagi nanti kalau orang-orang tanya, 'Aldi istrimu kul
Bab 2 Mantan Istri Yang Kuhina Jadi NyonyaPrank...Sebuah suara mengagetkan kami dan kami reflek menoleh ke sumber suara.Mataku membulat, napasku turun naik, dadaku begelombang. "Alya!" Bentakku saat melihat wanita bod*h dan dekil itu menjatuhkan nampan yang dia bawa dan minuman yang dia bawa tumpah dan membasahi baju salah satu temanku. Tadi ada salah satu temanku minta air es jadi Alya kembali lagi untuk memberi air yang mereka minta."Sory,Bro. Pembantuku itu memang gak guna," kataku kesal."Ma-maaf Mas," ujar Alya setengah menunduk."Hai perempuan kampung! Sadar diri dong, kamu jangan kurang ajar sama tamuku. Ingat kamu tu cuma pembantu di rumah ini," ujarku penuh emosi saat tangan Alya dengan cekatan mengambil tisu dan hendak mengelap baju temanku yang basah.Wanita itu tampak tertegun sesaat dan mendongak menatapku. "Sudah Mbak, gak papa kok," ujar temanku sopan dan malah melirik Alya istriku.Dasar perempuan ganjen, awas kau!"Sudah kamu kebelakang, ambil sapu! Bersihkan la
Bab 3 Mantan Istri Yang Kuhina Jadi Nyonya"Aku sudah capek dengan segala perlakuan kamu Bang, sudah cukup aku sabar selama ini. Aku minta cerai!" Mataku langsung membulat mendengar ucapan Alya."Cerai, apa aku tak salah dengar?" kataku dengan sedikit menaikkan sebelah bibirku. Aku yakin Alya hanya menggertakku, wanita lemah dan tak berpendidikan seperti dia, mana bisa hidup di luar sana, ijasah juga cuma SMP.Alya menggeleng," enggak Bang, tekadku sudah bulat. Untuk apa aku tetap mendampingi abang kalau keberadaanku gak pernah Abang anggap, aku cuma Abang angggap sebagai perempuan hina, hingga begitu lemesnya mulut Abang selalu merendahkan dan menghinaku. Aku ini manusia Bang, punya hati.""Ck, memang yang anggap kamu kambing juga siapa, aku tahu kali kamu itu manusia." "Abang tahu kalau aku manusia, tapi kenapa perlakuan Abang padaku seolah aku ini bukan manusia. Bang, Abang gak ngajak aku kepesta atau kemanapun aku bisa terima Bang. Mungkin memang Abang belum siap memperkenalkan
Bab 4 Mantan Istri Yang Kuhina Jadi NyonyaKacang Lupa KulitnyaNamaku Alya, lengkapnya Alya Putri rohali, usiaku saat ini 25 tahun. Karena keadaan ekonomi keluargaku yang berada di bawah garis yang jauh dari kata berkecukupan, aku terpaksa tak melanjutkan sekolahku dan hanya lulus SMP. Setelah lulus aku memberanikan diri untuk mengadu nasip di kota walau hanya berbekal ijasah SMP.Aku kemudian bekerja di sebuah rumah makan yang berada di kawasan sebuah pabrik, alhamdulilah walau gaji tak seberapa tapi paling gak aku bisa meringankan beban Budeku, orang yang merawat dan membesarkan aku sejak orang tuaku meninggal. Dari sinilah aku mengenal Bang Aldi, meski dia bukan satu-satunya lelaki yang aku kenal dan mencoba dekat denganku. Namun, bagiku Bang Aldi yang paling istimewa, dia sosok pekerja keras dan mempunyai cita-cita yang tinggi. Kami saling bertukar cerita tentang kehidupan kami masing-masih hingga aku merasa nyaman denganya. Setelah merasa cocok satu sama lain kamipun menikah.
Bab 5 Mantan Istri Yang Kuhina Jadi NyonyaMahar Bikin TeparBrak,"Alya!" Aku segera berlari kedepan untuk melihat apa yang terjadi, benturan tadi begitu keras terdengar dan entah kenapa otakku langsung tertuju pada Alya, rupanya jauh di sudut hatiku aku masih mengkuatirkan dia."Ada apa Pak?" tanyaku pada tetangga depan rumah yang kebetulan ada di situ. "Tadi ada yang hampir di tabrak tapi belum sempat kena sih, baru mau ketabrak." "Laki apa perempuan?" "Aku lihatnya dari kejauhan jadi kurang jelas Pak, tapi tadi si yang punya mobil langsung turun dan dibawa orangnya. Mungkin di bawa ke Rumah Sakit."Selesai bicara panjang lebar, aku masuk ke dalam. Duduk menghisap rokok dan berpikir sebentar."Ah, bentar lagi juga balik. Mana bisa dia hidup sendiri di luar, mau makan apa?" gumamku saat tiba-tiba terlintas di otakku tentang Alya. Aku segera bangkit hendak mengambil sapu karena teringat lantai yang kotor akibat ketumpahan minum tadi. Namun, baru saja berdiri."Aaa," aku terpeles
Bab 6 Pov AlyaKarma itu nyata!Di tengah-tengah rasa bimbang kemana aku harus melangkahkan kakiku tiba-tiba. Cit, Bunyi ban bergesekan dengan aspal dan Brak..."Ya Tuhan." Semua menjadi gelap setelah itu.________"Alhamdulilah, Mbak sudah sadar, maaf tadi saya belum sempat hubungi majikan Mbak," ujar seorang lelaki yang sepertinya tadi ada di antara teman Bang Aldi. Tangannya sigap mengambil ponsel. Namun, segera ku cegah. "Gak usah Mas," ujarku."Tapi Mbak, saya jadi gak enak kalau nanti Aldi tanya. Masa saya gak ada tanggung jawabnya, sekalipun Mbak ini cuma pembantu di rumah teman saya tapi Mbak juga tetap harus Saya hargai juga."Ada yang perih di dalam sini mendengar kata-kata Mas ini, aku ingin marah tapi aku sadar ini bukan salahnya. Dia hanya mendengar dari apa yang di katakan Bang Aldi."Saya bukan pembantu Bang Aldi, Mas," ujarku lirih. Dadaku sudah sesak, mataku memanas, ada bulir bening yang menetes di sudut netra ini. Pedih sungguh hati ini bagai teriris."Terus Mb