Share

Mantan Istri Yang Kuhina Jadi Nyonya
Mantan Istri Yang Kuhina Jadi Nyonya
Penulis: Author Rina

Bab 1

Mantan Istri Yang Kuhina Jadi Nyonya

Bab1.

"Eh kamu mau kemana?" tanyaku pada Alya istriku. Tumben dia pakai baju gamis, berjilbab prasmina, memakai bedak dan lipstisk. Beda jauh dengan hari-hari biasa yang hanya memakai daster bolong-bolong serta bau asap.

"Mau ikut Abang."

Aku melotot mendengar jawaban Alya, mau ikut , yang benar saja?

Apa nanti kata teman-teman kantorku?

"Gak usah Abang pergi sendiri saja," ketusku. Wajah Alya seketika berubah muram tapi aku tak perduli dengan semua itu.

"Kenapa Bang, bukankan di undangan tertulis kalau undangan itu untuk suami istri?" tanya Alya lirih.

"Ya memang begitu tulisanya tapi aku gak akan ngajak kamu."

"Tapi kenapa Bang, bukankan aku ini istrimu?"

"Malulah aku bawa kamu, masa manager perusahaan besar yang tampan seperti aku bawa istri degil dan kumal seperti kamu, di mana mau di taruh wajahku, hah?" ujarku dengan suara berat.

Kutoyor kepalanya dengan jari telunjuk," mikir! Belum lagi nanti kalau orang-orang tanya, 'Aldi istrimu kuliah dimana?' terus mau kujawab apa? Bilang kalau kamu cuma lulusan SMP? Malu dong sama teman-temanku."

Alya diam dan menunduk, mungkin menyadari siapa dirinya, kalau kita sudah gak selevel lagi sekarang. Kalau boleh di bilang kastaku jauh di atasnya. Masih untung dia gak aku ceraikan.

"Ya sudah aku di rumah saja Bang."

"Nah gitu dong, sadar dikit! Sudah tak cantik, dekil, bod*h. Masih untung aku gak ceraikan kamu, kalau lelaki lain pasti sudah diceraikan kamu," ketusku. Sengaja kukeraskan suaraku agar perempuan ini sadar akan posisinya.

"Ya Bang, maaf."

"Iya, kamu harus sadar dari kalau kamu itu sekarang sudah gak selevel sama aku."

Alya diam dan hanya mengangguk lemah. Entahlah, mungkin habis ini dia akan menangis, sebab biasanya jika begini sebentar lagi air matanya bakal tumpah. Tapi perduli apa aku, justru dengan begini dia tak akan menuntut apa-apa lagi, dia akan sadar kalau kedudukan dia sudah lagi tak sederajat denganku.

-

-

-

Kubelokkan motor gedeku ke dalam halaman yang luas yang terasnya dipenuhi bunga-bunga. Suatu ketika dulu aku sering kesini, tanganku segera memencet bel rumah yang terletak di samping kanan pintu.

"Iya Mas, bentar lagi siap," jawab seseorang dari dalam dan tak lama kemudian sang empunya suara keluar.

"Alda," gumamku saat melihat seorang wanita cantik keluar, bau wangi tubuhnya langsung menyengat hidungku. Untung aku masih bisa menahan diri untuk tidak mendekap dan menc**m bibir manisnya.

Sumpah gemesin banget beib.

"Mas!" ujar Alda yang entah untuk keberapa kalinya, aku dengar tapi hanya seperti angin lalu yang lewat di telingaku.

"I-iya Sayang," jawabku sambil memberikan senyum termanisku untuknya.

"Kok bengong sih?"

"Aku sedang memastikan kalau didepan aku ini benaran manusia."

"Ih..," sebuah cubitan melayang ke lenganku, sakitnya membuatku meringis. "Mas pikir aku hantu?" ujar Alda kesal. Bibirnya cemberut, alisnya sedikit menyatu. Namun, bagiku tetap saja cantik.

"Bukan Sayang, Mas pikir kamu bidadari jatuh dari mana, gitu?" ujarku yang sukses membuat pipi Alda bersemu merah.

"Udah ah, gombal melulu," ujar Alda.

Kamipun berjalan bergandengan menuju motor gedeku yang terparkir dihalaman.

"Kita naik motor Mas?" ujar Alda dengan mata membulat karena memang waktu janjian aku gak bilang kalau aku naik motor.

"Iya Sayang," jawabku sambil menggaruk kepalaku yang gak gatal.

"Rusak dong dandananku," ujarnya dengan nada kesal dan memonyongkan bibirnya. Namun, justru membuat aku makin gemas melihatnya.

"Sabar ya Sayang, bulan depan kita naik mobil," ujarku.

Senyum mengembang dari bibir Alda," janji ya!" kata Alda.

"Janji, yok naik!"

Di sepanjang perjalanan aku sengaja mengerem mendadak agar Alda memeluk tubuhku dan saat tubuhnya merapat ketubuhku aku merasa ada jutaan bunga tumbuh di hatiku.

Tiga puluh lima menit kemudian kita sampai di pesta.

-

-

-

"Tu kan Mas , rambutku jadi rusak," omel Alda sambil membenahi rambutnya di depan kaca spion.

"Sabar Sayang, gajian kan tak lama lagi," bujukku walau jujur aku masih bingung, uang apa yang akan kupakai untuk DP kredit mobil. Aku masih punya banyak tunggakan yang harus dilunasi tapi aku juga tak mau malu didepan pacarku yang cantik dan sexsi ini.

Senyum Alda mengembang," beneran ya?" ujarnya manja membuat jantungku berpacu lebih cepat.

"Iya Sayang," jawabku lembut.

Di sepanjang pesta aku memperkenalkan Alda sebagai istriku, aku baru saja beberapa bulan dipindah tugaskan jadi manager ke perusahaan yang berbeda jadi tak satupun yang tahu kalau Alda bukan istriku.

Pesta berlangsung sangat meriah dan selama itu banyak yang memuji keserasian kami.

***

"Siapkan minuman dan belikan makanan kecil, teman-temanku menunggu diluar," ujarku pada Alya sambil menyerahkan beberapa lembar uang ratusan ribu.

"Iya Bang."

"Buruan, jangan sampai teman-temanku menunggu," ujarku bernada perintah.

Alya berjalan buru-buru keluar. Namun, kucegah saat akan lewat pintu depan.

"Eh, kamu mau lewat mana?"

Alya mengkerutkan alisnya," ya lewat pintu Bang."

"Maksudku jangan lewat pintu depan, lewat pintu samping saja!"

"Tapi kenapa Bang?" tanya Alya bingung.

"Lewat samping lebih cepat," ujarku berbohong. Yang benar aku malu kalau sampai teman-temanku tahu kalau aku punya istri dekil dan yang aku bawa kepesta kemarin hanya mantan yang kebetulan sedang CLBK.

"Iya Bang," jawabnya tanpa membantah.

Segera kutemui teman-temanku di teras.

"Istri lo mana Bro?" tanya salah seorang temanku. Aku paham yang dimaksud tentu bukan Alya tapi Alda karena yang mereka tahu istriku adalah Alda.

"Biasa la Bro lagi arisan sama teman-teman kuliahnya."

"Wah, istri lo lulusan apa?"

"Dia kuliah di luar negeri Bro."

"Gak kerja Bro, sayangkan ijasahnya?" tanya temanku yang satunya.

"Dulu kerja tapi sejak menikah dia lebih memilih ngurusin gue," ujarku bangga.

"Permisi Bang."

Alya datang dengan nampan berisi minuman dan makanan kecil. Dia memoles sedikit wajahnya dan sudah ganti baju tapi bagiku tetap saja dekil dan bau asap.

"Silahkan di minum!" ujar Alya lembut dan aku segera memberi kode pada Alya untuk segera masuk ke dalam. Bisa jatuh harga diriku jika mereka tahu kalau istriku yang asli hanyalah wanita biasa yang hanya lulusan SMP, dekil pula. Mau di taruh di mana mukaku yang ganteng ini?

"Kirain tadi itu istri Lo Bro? Soalnya aku sering lihat wanita itu keluar masuk rumah Lo?"

"Jelas bukan dong, dia tu cuma pembantu di rumah ini," jawabku jumawa.

Prank...

Sebuah suara mengagetkan kami dan kami reflek menoleh ke sumber suara.

Mataku membulat, napasku turun naik, dadaku begelombang.

"Alya!" Bentakku saat melihat wanita bod*h dan dekil itu sedang?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status