Share

Bab 5

Bab 5 Mantan Istri Yang Kuhina Jadi Nyonya

Mahar Bikin Tepar

Brak,

"Alya!"

Aku segera berlari kedepan untuk melihat apa yang terjadi, benturan tadi begitu keras terdengar dan entah kenapa otakku langsung tertuju pada Alya, rupanya jauh di sudut hatiku aku masih mengkuatirkan dia.

"Ada apa Pak?" tanyaku pada tetangga depan rumah yang kebetulan ada di situ.

"Tadi ada yang hampir di tabrak tapi belum sempat kena sih, baru mau ketabrak."

"Laki apa perempuan?"

"Aku lihatnya dari kejauhan jadi kurang jelas Pak, tapi tadi si yang punya mobil langsung turun dan dibawa orangnya. Mungkin di bawa ke Rumah Sakit."

Selesai bicara panjang lebar, aku masuk ke dalam. Duduk menghisap rokok dan berpikir sebentar.

"Ah, bentar lagi juga balik. Mana bisa dia hidup sendiri di luar, mau makan apa?" gumamku saat tiba-tiba terlintas di otakku tentang Alya.

Aku segera bangkit hendak mengambil sapu karena teringat lantai yang kotor akibat ketumpahan minum tadi. Namun, baru saja berdiri.

"Aaa," aku terpeleset. " aduh," rintihku.

Ku elus pinggangku yang rasanya hampir patah.

"Wanita sialan, awas saja kalau balik, aku akan kasih pelajaran dulu," umpatku pada Alya sambil meringis memegangi pinggang yang serasa hendak patah.

Aku berjalan pelan menuju kamar dan membaringkan tubuhku di sana, pinggangku masih cenut-cenut rasanya.

Tiba- tiba aku ingat Alda, gadis pujaanku itu pasti mau membantuku. Ku raih ponsel dan membuka aplikasi biru untuk menghubungi Alda.

[Sayang, datang ke rumah ya!] pintaku pada Alda.

[Gila kamu Al, bisa di labrak aku sama istrimu. Aku memang masih ada rasa sama kamu tapi aku juga masih waras]

[Istriku gak ada Sayang]

[Ou tapi nanti ya, aku lagi sibuk ngecafe sama teman-temaku ni]

[Tapi aku sakit Sayang, aku perlu kamu] ujarku cari perhatian agar Alda mau datang.

[Duh maaf Al, maaf banget, aku gak bisa]

"Huh dasar, giliran sehat mau giliran sakit gak mau," gumamku kesal.

Mendadak aku merasa haus, tenggorakanku terasa kering dan ingin sekali minum. Jarak dapur dari kamarku lumayan jauh karena harus melewati satu kamar lagi.

"Aaww, sakit," pekikku saat akan bangkit. Namun, pinggangku serasa mau patah, akhirnya aku hanya diam dan kembali berbaring untuk meredakan rasa sakit.

Mendadak aku ingat Alya, wanita itu biasanya kalau aku sakit akan merawatku, melayaniku dengan baik dan aku tinggal memerintahnya saja, mau ini, mau itu, tinggal tunjuk.

"Sial! Belagu banget pakai pergi dari rumah," umpatku kian kesal mengingat wajah dekil Alya.

Tenggorokan kian kering bahkan air liurkupun sudah lengket dan hampir tak bisa di telan, akhirnya dengan langkah tertatih dan meringis menahan sakit aku berjalan sampai kedapur. Namun, saat aku menekan tombol dispenser, tak setetespun air keluar.

"Sial! Air habis!"

Sungguh rasanya aku ingin teriak dan menendang benda apa saja yang ada dihadapanku.

Coba masih ada Alya si wanita dekil itu, sudah ku maki-maki dia. Walau, ini semua bukan salahnya!

Aku terus saja menggerutu dan mengumpat dalam hati, kesal dengan keadaanku.

"Aldi, Sayang..kamu di mana?"

Hatiku langsung berbinar bahagia mendengar suara itu, sungguh seperti aku menemukan mata air yang berada di gurun pasir. Itu suara wanita pujaanku, Alda.

"Alda, Sayang aku di sini," jawabku dengan antusias. "Aww," rintihku saat merasakan pinggangku kembali sakit saat aku akan melangkah menemui Alda.

"Sayang, kok lantai depan kamu kotor banget sih, terus istri kamu kemana?"

"Nanti aku ceritain, bantu aku jalan dulu ya. Pliss," ujarku memohon.

_______________

"Sayang tolong belikan aku air dong, aku haus ni. Rasanya mau pingsan," ujarku manja.

"His," kata Alda mendesis. Mungkin dia kesal, tapi gimana lagi tenggorokanku terasa kering.

"Ya sudah aku belikan, mana uangnya?"

Ku serahkan selembar uang ratusan ribu. Namun, Alda mengernyitkan alis memandangku.

"Kamu gak mau makan?"

"Ya maulah Sayang, aku belum makan dari pagi tadi."

"Ya kalau gitu tambahin, uang seratus ribu dapat apaan!" seru Alda.

Akhirnya aku kembali mengulurkan beberapa lembar uang untuk membeli makanan dan minuman.

***

Beberapa bulan kemudian aku resmi bercerai dari Alya, aku juga tak ingin mencari keberadaan wanita itu, aku tak tahu dan tak mau tahu. Biar saja dia hidup jadi gelandangan di luar sana.

Hubunganku dengan Alda juga semakin dekat, kami sering bersama bahkan kami juga sering liburan ke puncak dan beraye-aye ria. Sungguh hidupku sempurna sekarang, aku juga tak sabar ingin mempersunting Alda.

"Mas, kapan kamu akan datang ke rumah. Aku takut hamil duluan, bisa di bunuh aku sama Papa," ujar Alda cemas karena memang sudah beberapa kali kami saling bertukar keringat.

"Tenang Sayang! Sekarang juga aku akan datang melamar kamu," ujarku lembut sambil memeluknya.

"Janji," ujarnya manja dan kubalas dengan anggukan dan menatapnya mesra.

______

Malam harinya sesuai dengan janjiku, aku datang ke rumah Alda.

"Om dan Tante, maksud kedatangan Saya kesini untuk melamar putri Om jadi pendamping hidup Saya."

"Apa kamu sudah siap dengan Mahar dan uang panaik yang kami minta?" tanya pria berusia sekitar 60 tahunan dan berubuh gempal serta berambut agak keriting itu padaku.

Entah kenapa Papa Alda ini tidak mirip sama sekali dengan Alda.

"Uang panaik?" tanyaku bingung.

'Uang Panaik, apa itu uang panaik?'

"Dalam adat kami orang bugis, jika mau menikah maka mempelai lelaki harus memberikan uang panaik, itu belum termasuk, mahar dan biaya pernikahan," kata Ayah Alda itu panjang lebar.

Mendengarnya saja aku sudah merinding sebenarnya, padahal waktu menikahi Alya gak seribet ini, aku bahkan hanya ngasih cincin dua gram dan itupun uangnya sebagian dari Alya.

"Lalu berapa yang harus Saya bayar keseluruhanya Pak?"

"Uang panaik kami minta 200 juta."

Sungguh aku sudah berhenti bernapas mendengar ini.

"Du, dua ratus juta," gumamku.

"Iya dan itu belum termasuk mahar. Alda minta seratus juta untuk mahar dan biaya nikah serta lain-lain kami minta 200 juta jadi total kami minta 500 juta."

'lima ratus juta,'

Mendengar itu mendadak kepalaku menjadi pusing dan pandanganku berkunang-kunang.

'Mahar bikin tepar,'

Sudah baca jangan lupa tinggalkan komen ya😍. Sibcrieb cerita ini dan nantikan GA nya dari Author.😍😍

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
rasain lo makanya jangan SONGONG ketemu lo sama uang panaik hebat bapaknya Alda pegang teguh adat Bugis
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status