Bab16 Kesombongan Tiada Tara"Ini dia Pak, Dia yang menganiaya suami saya, segera tangkap dan penjarakan dia Pak!" Kata Alya dengan suara lantang dan menunjuk padaku dadanya bergelombang mungkin menahan emosi, matanya membulat tajam menatap ke arahku.Cih, berani sekali dia menunjukkan kesombonganya padaku. Dasar wanita kampung, baru kaya dikit saja sudah berlagak, sombong tiada tara."Eh apa- apaan ini main tangkap- tangkap," ujarku pura- pura tak tahu.Jujur nyaliku sudah ciut sebenarnya, apalagi jika ingat bagaimana sulitnya hidup dipenjara waktu itu, harus tidur dikamar yang sempit dan gelap dan juga banyak tikus dan kecoak.Apalagi jika nanti dia menggunakan kekuasaanya, aku pasti akan makin lama mendekam dalam penjara."Gak usah sok polos kamu! Gara- gara kamu suamiku masuk Rumah Sakit. Apa salah suamiku hah?!" ujar Alya dengan nada tinggi, mataku membulat tajam menatap ke arahku."Beh, Rumah Sakit, lemah amat suamimu," ujarku dengan nada meledek membuat emosi Alya tampak kian
Bab17 CLBK Di lapasPov AlyaAku benar- benar kesal melihat tingkah Bang Aldi, mantan suamiku itu betul- betul sudah tak waras. Bahkan dia tak belajar dari kenyataan hidup sama sekali hingga menjadi gembelpun masih kelihatan sombong."Apa buktinya kalau tulah rahangnya patah, aku cuma pukul pelan aja kok patah," ujarnya yang masih saja tak mengakui kesalahannya meskipun polisi sudah menunjukkan semua kesalahan yang membuat dia di tangkap."Kami punya bukti visum dari dokter tentang keadaan tulang rahang Cik Irsyat," jawab komandan polisi yang aku perhatikan dari tadi sering menggebrak meja, sepertinya kesal dengan sikap songong Bang Aldi. Aku sendiri rasanya sudah muak melihat wajah Bang Aldi, bukan hanya wajah saja yang sekarang rusak penuh jerawat, jiwanya juga sepertinya sedang sakit."Halah, bisa saja kan ini cuma- cuma akal- akalan kalian, sudah biasa mah, orang- orang berseragam seperti kalian ini di beli dengan uang oleh orang- orang kaya seperti dia," kata Bang Aldi menunjuk
Bab 18 Mantan Istri Yang Ku hina Jadi Nyonya"Mari Sus," ujar berjalan keluar kamar. Namun, baru saja kaki melangkah keluar."Nyonya, Nyonya tak apa- apa?" Hanya itu suara terakhir yang aku dengar sebelum semua menjadi gelap.***Aku terbangun di dan mengamati ruangan serba putih, aku sudah bisa menebak aku dimana."Saya kenapa Dok?" tanyaku pada Dokter yang sepertinya baru selesai memeriksa keadaanku.Dokter itu tersenyum, " Gak papa, selamat ya Nyonya Rohali, anda hamil," ujar sang Dokter.Kudekap mulutku, karena terkejut. Ya Tuhan aku hamil."Benarkah saya hamil Dok?" ujarku meminta kepastian."Iya Nyonya, usia kandungan anda sekarang ini sudah tiga minggu," jawab Dokter.Ya Tuhan berarti setelah pertemuanku dengan Bang Irsyat waktu dulu itu aku hamil. Waktu itu aku memang sungguh tak kuass menahan rindu dihati ini, lalu kuputuskan untuk menyusul suamiku ke kuala lumpur."Saya ingin anak dari adik, laki atau perempuan tak masalah," ujar Bang Irsyat sebelum kami mereguk kenikmatan
Bab 20Aku terus mencengngkram jok mobil yang membawa aku pergi ke rumah sakit Aku masih sadar walaupun perutku terasa sakit, bagian bawahku kebas, juga aku merasakan darah semakin banyak mengalir melalui betisku. "Ya Tuhan lindungilah bayiku," gumamku sambil terus berdoa memohon keselamatan untuk bayiku."Sabar ya nyonya, ini sebentar lagi mobilnya akan sampai ke rumah sakit,"ujar sopir pribadiku yang sepertinya cemas melihat keadaanku sementara Aku berusaha untuk tetap sadar walaupun kepalaku sudah terasa pusing dan tatapan mataku mulai berkunang-kunang, aku juga merasakan perutku mulai kebas. 'Ya Tuhan, jangan ambil anakku ya Tuhan karena ini adalah kebahagiaanku,' ujarku memohon di dalam hati agar Tuhan melindungi kandunganku. Aku mau memejamkan mataku, tapi sebisa mungkin aku tidak ingin tertidur aku masih bisa mendengar suara klakson, suara mobil dan motor yang terus berseliweran di samping mobil kami, hingga akhirnya sampailah kami ke sebuah rumah sakit. Aku melihat beberap
Bab 21"ada apa Yan?" tanyaku kepada Ryan sopir pribadiku, hatiki mulai tidak enak melihat wajah pucatnya, berbagai macam pikiran buruk melintas di kepalaku."Tadi waktu ke ruang perawatan untuk merawat Tuan saya melihat Tuan kesakitan, lalu beliau pingsan,"jawab Ryan dengan wajah panik."Ya Tuhan." Aku ingin bangun tetapi buru-buru Rian mencegahku."Jangan nyonya keadaan nyonya masih belum sembuh benar saya takut kalau terjadi apa-apa dengan nyonya." Ryan membujukku, wajah sopirku itu terlihat cemas."Tapi aku ingin melihat keadaan Tuan aku tidak bisa jika aku tidak melihat keadaannya bagaimana kalau terjadi apa-apa dengannya."aku mulai khawatir takut terjadi apa-apa dengan suamiku sekarang aku tidak memiliki siapa-siapa, selain suamiku hanya dia yang aku punya jika nanti terjadi apa-apa dengan Bang Irsyad Lalu bagaimana dengan hidupku kepada siapa lagi aku harus bersandar, aku tidak mau kehilangan untuk kedua kalinya setelah apa yang terjadi padaku dengan Bang Aldi dulu."Saya tahu
Bab 22Masa Lalu jika tidak diselesaikan akan jadi bumerang dikehidupan mendatang."Tuan tadi Cik Farah, mencari anda," ucap Riyan yang saat itu masih bekerja di Malaysia sebagai TKI dan dia bekerja sebagai sopir pribadi keluarga Irsyad. Orang tua Irsyad adalah pejabat di kerajaan Malaysia.Mendengar nama Farah disebut Irsyad membulatkan matanya segera dia menarik sopir pribadinya itu menjauh, dia seperti takut pembicaraannya didengar orang lain. "Ada apa, aku sudah bilang sama kamu berapa kali ya kamu jangan pernah menyebut nama perempuan itu di rumah ini bisa gawat, ngerti nggak!" teriak Irsyad dalam logat bahasa Melayu. "Maaf Tuan, saya lupa."Irsyad melepaskan pegangan tangannya di kerah baju Ryan."Ada apa, apalagi yang perempuan itu mau?"tanya Irsyad dengan nada sinis."Dia tanya kenapa Tuan tidak datang mengunjunginya padahal sudah satu minggu berlalu dan dia juga sudah pulang dari rumah sakit tapi kenapa Tuan tidak juga melihat keadaannya.""Memangnya kenapa Apa perlu aku me
Mantan Istri Yang Kuhina Jadi NyonyaBab1. "Eh kamu mau kemana?" tanyaku pada Alya istriku. Tumben dia pakai baju gamis, berjilbab prasmina, memakai bedak dan lipstisk. Beda jauh dengan hari-hari biasa yang hanya memakai daster bolong-bolong serta bau asap."Mau ikut Abang." Aku melotot mendengar jawaban Alya, mau ikut , yang benar saja? Apa nanti kata teman-teman kantorku? "Gak usah Abang pergi sendiri saja," ketusku. Wajah Alya seketika berubah muram tapi aku tak perduli dengan semua itu. "Kenapa Bang, bukankan di undangan tertulis kalau undangan itu untuk suami istri?" tanya Alya lirih."Ya memang begitu tulisanya tapi aku gak akan ngajak kamu." "Tapi kenapa Bang, bukankan aku ini istrimu?" "Malulah aku bawa kamu, masa manager perusahaan besar yang tampan seperti aku bawa istri degil dan kumal seperti kamu, di mana mau di taruh wajahku, hah?" ujarku dengan suara berat.Kutoyor kepalanya dengan jari telunjuk," mikir! Belum lagi nanti kalau orang-orang tanya, 'Aldi istrimu kul
Bab 2 Mantan Istri Yang Kuhina Jadi NyonyaPrank...Sebuah suara mengagetkan kami dan kami reflek menoleh ke sumber suara.Mataku membulat, napasku turun naik, dadaku begelombang. "Alya!" Bentakku saat melihat wanita bod*h dan dekil itu menjatuhkan nampan yang dia bawa dan minuman yang dia bawa tumpah dan membasahi baju salah satu temanku. Tadi ada salah satu temanku minta air es jadi Alya kembali lagi untuk memberi air yang mereka minta."Sory,Bro. Pembantuku itu memang gak guna," kataku kesal."Ma-maaf Mas," ujar Alya setengah menunduk."Hai perempuan kampung! Sadar diri dong, kamu jangan kurang ajar sama tamuku. Ingat kamu tu cuma pembantu di rumah ini," ujarku penuh emosi saat tangan Alya dengan cekatan mengambil tisu dan hendak mengelap baju temanku yang basah.Wanita itu tampak tertegun sesaat dan mendongak menatapku. "Sudah Mbak, gak papa kok," ujar temanku sopan dan malah melirik Alya istriku.Dasar perempuan ganjen, awas kau!"Sudah kamu kebelakang, ambil sapu! Bersihkan la