Share

MY WAY
MY WAY
Author: VIGIANI NURIKE

PROLOG ( KISAH KELAMKU )

"Jangan, kumohon ayah jangan!" aku terus memohon belas kasihan pada pria besar di atasku yang kini mendekap tubuhku dengan paksa di atas ranjang milikku sendiri.

"Tenanglah sayang, aku akan pelan melakukannya padamu, diamlah dan menurutlah!" bisiknya dengan suara serak di telingaku.

Aku mencoba berontak, kedua kakiku menendang tak karuan ingin segera lepas, kedua tanganku tak bisa kugerakkan karena pria yang disebut ayah tiriku mengikatnya kuat di ranjang. Kepalaku menggeleng kuat berusaha lepas dan menghindar dari ciumannya yang kasar. Dengan brutal ia merobek baju tidur yang aku kenakan, dan ia menyerigai lebar saat melihat dengan jelas dengan kedua matanya yang kini dilingkupi nafs* setan, kulit dadaku yang terbuka.

"Ranum...." bisiknya sebelum mendekat untuk menyentuhnya.

Buugggg!!!!!

Suara dentuman keras mengejutkanku disaat yang sama itu pula kulihat ibu memukul kepala ayah tiriku dengan tongkat bisbol berulang kali dengan membabi buta hingga pria besar itu tersungkur turun di tepi ranjang.

Jeritan keluar dari mulutku saat kulihat darah segar memenuhi lantai kamarku kini.

"Ibu...ibu...!!!!" aku berseru memanggil ibuku yang masih memukul pria besar yang kini tampak tak berdaya bersimbah darah.

Beberapa detik kemudian, ibuku menatapku, wajahnya lusuh dan kedua matanya merah penuh dengan air mata.

Nafasnya tersengal-sengal menatapku dengan pandangan nanar. Tak ada kata yang bisa kuucapkan, hanya isakan dan tangisan yang keluar dari mulutku. Seketika itu, ibu menghampiriku dan melepaskan ikatan yang ada ditanganku.

"Sayang..., dia belum menyakitimu kan?" tanyanya.

Aku hanya menggeleng, masih merasa syok.

"Maafkan ibu, Nak...!" serunya kemudian seraya mendekapku erat ke pelukannya.

"Seharusnya ibu mendengarkan ucapanmu sejak awal! ibu yang salah! ini semua karena ibu yang dibutakan oleh pria bajing*n itu!!!!" serunya kembali sambil menangis terisak.

Hal itu yang terakhir ibu ucapkan sebelum ia membunuh dirinya sendiri dengan menggantungkan dirinya di kamar miliknya beberapa saat kejadian berdarah itu.

Aku sendiri yang menemukannya tergantung di dalam kamar ibuku sendiri.

Saat sebelum polisi datang ke rumah untuk membawa ibuku pergi untuk menyerahkan dirinya sendiri atas pembunuhan suaminya malam itu.

Kejadian itu sudah 2 tahun yang lalu terjadi, namun aku masih dengan sangat jelas mengingatnya setiap saat dalam tidurku.

Sudah 2 tahun pula, aku berada di dalam asuhan seorang pendeta baik hati, Rement Perez. Beliau merawat dan mengangkatku menjadi anaknya dan dalam 2 tahun terakhir ini aku berada dalam asuhan dan didikannya.

Beliau adalah sosok yang penyayang dan baik hati, ia tak membedakan kasih sayangnya pada semua anak-anak, terutama anak yatim piatu seperti aku. Kisahku yang memilukan membuat hatinya tergerak untuk mengadopsiku sebagai anaknya dan merawatnya selayaknya sebagai anaknya sendiri.

Semua berjalan normal seperti biasa, aku seperti mendapatkan keluarga baru dalam hidupku yang menyedihkan ini, bersama dengan ayah angkatku yang baik hati dan teman-temanku dari yayasan yatim piatu yang sudah kuanggap sebagai keluargaku sendiri.

Hingga tragedi itu tiba, di mana sekelompok orang yang menyebut mereka sendiri sebagai pengusir setan dan aliran sesat memaksa masuk di rumah pendeta Rement dan membawanya secara paksa di tengah-tengah desa.

Mereka menyiksa ayah angkatku dengan kejam dan tak berperikemanusiaan.

Sikap mereka yang main hakim sendiri dan menuduh ayah angkatku, pendeta Rement sebagai pendosa dan penganut aliran sesat.

Aku yang saat itu masih berusia muda, 15 tahun dan tak memiliki kemampuan apapun hanya bisa pasrah saat melihat dengan mata kepalaku sendiri ayah angkatku diadili dengan brutal dan tak manusiawi.

Hingga beliau meregang nyawa dengan tanpa keadilan. Di usia mudaku, itu adalah untuk kedua kalinya aku menyaksikan pembunuhan secara langsung dengan kedua mataku sendiri.

Dan untuk kedua kalinya aku kehilangan keluargaku serta orang yang kucintai dan menyayangiku.

Kini aku tinggal di sebuah kota disebuah belahan negara Amerika, Dallas.

Seorang diri di flat kecil, aku membelinya dari warisan almarhum ibuku dan sedikit peninggalan dari pendeta Rement yang sengaja ia wariskan padaku sebelum di akhir hidupnya.

Mencoba hidup normal dan bersekolah seperti layaknya anak-anak lain dan bekerja paruh waktu sebagai penjaga market kecil 24 jam untuk membiayai hidupku sendiri.

Yah, walaupun aku bersekolah di salah satu sekolah faforite karena beasiswa prestasi yang kudapatkan selama ini.

Aku pikir ini awalnya, aku bisa mendapatkan kebahagian yang selayaknya aku bisa dapatkan, namun ternyata aku salah.

Justru ini adalah awal aku menjalani kehidupan yang penuh dengan drama dan air mata.

Sebuah perjuangan yang tanpa akhir.

Inilah kisahku...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status