Aku berlari tak tentu arah seperti orang gila.
Ya, gila karena cinta.Selama ini aku gila karena mencintai pria yang salah, Mattew Steward.Haruskah cinta pertamaku berakhir tragis seperti ini, dikhianati oleh sahabatku sendiri, Gillian Moore. Tega sekali mereka berdua melakukannya di belakangku, di rumahku sendiri mereka mereguk manisnya pengkhianatan itu.Sungguh aku terlalu bodoh!Bodoh karena cinta. Aku dibodohi oleh mereka selama ini, entah sejak kapan, mungkin selama aku menjalin hubungan dengan Matt selama ini.Dua pengkhianatan oleh dua orang yang kupercayai dan kucintai selama ini.Kenapa? Kenapa aku selalu tak beruntung?Semua orang yang kucintai dan yang kumiliki pergi dan meninggalkan aku.Apa artinya aku hidup jika harus selalu menerima kemalangan ini? untuk apa?Hingga sebuah pikiran terlintas begitu saja di benakku, kuhentikan langkahku di sebuah jalanan sepi di depanku sekarang.Tatapanku kosong, buyar karena air mata.Dengan mantap kulangkahkan kakiku di tengah jalanan itu dan berhenti disana.Menunggu sesuatu yang mungkin akan membawaku terbang ke surga ataupun neraka, aku tak peduli karena yang kuinginkan saat ini aku pergi dan tak ingin kembali.Dan kemudian, aku tak ingat apa-apa lagi saat itu selain rasa sakit dan kegelapan.******Cciiiiiiitttt brrakkkk!!!!Sebuah mobil mengerem dengan tiba-tiba disebuah jalanan sepi yang gelap."Tuan, sepertinya kita menabrak seseorang!" seru seorang pria berpakaian hitam itu, setelah berjuang keras mengendalikan mobil yang hendak melaju tak terkendali setelah menabrak sesuatu di depannya tadi.Seorang pria dengan setelan jas mahalnya menggeleng-gelengkan kepalanya karena merasakan syok dan pusing secara tiba-tiba."Coba kau periksa ke luar, Ray!" perintah pria itu berwibawa."Ba-ik tuan!" pria di kemudi supir itu keluar dari mobil setelah ia menepikan mobilnya.Karena merasa tak sabar dan tak beres dengan keadaan, pria berjas itu pun ikut keluar dari mobil."Bagaimana Ray?" tanyanya kemudian."Seorang wanita tuan, dia terluka dan tak sadarkan diri! Bagaimana ini tuan, apa yang harus kita lakukan?! saya tidak tahu tiba-tiba wanita ini berdiri di tengah jalan tadi!" pria yang bernama Ray itu tampak panik."Segera bawa dia ke rumah sakit, kita harus bertanggung jawab pada apa yang kita lakukan!" pria berjas itu memberikan perintah....."Bagaimana keadaannya?" tanya pria berjas itu setelah sampai membawa sang wanita yang tak sengaja ditabraknya tadi ke rumah sakit."Mr. Johnson, untung saja anda cepat-cepat membawa wanita itu ke rumah sakit kalau tidak mungkin nyawanya tak dapat diselamatkan karena kehilangan banyak darah," ucap seorang dokter yang menangani."Syukurlah, lalu apa cederanya parah?" tanya pria berjas itu kembali."Ia hanya mengalami gegar otak ringan di kepala dan kaki dan tangannya mengalami patah tulang tapi, saya rasa itu dapat disembuhkan selama beberapa bulan ke depan, untuk yang lainnya tak ada yang perlu anda khawatirkan...," ucap sang dokter menjelaskan.Setelah dokter itu pergi, pria berjas itu tampak terduduk lemah, ia dapat merasa lega karena ia tak menghilangkan nyawa orang kali ini.Sungguh terlalu bodoh, kenapa tiba-tiba ada wanita yang sengaja berdiri di tengah jalan malam-malam di jalanan yang sepi?Bukankah itu terlalu bodoh jika dilakukan tanpa sengaja? atau mungkin wanita itu sengaja melakukannya?"Sial!" makinya kesal."Kenapa aku harus mengalami malam melelahkan hari ini?" ucapnya dalam hati.******"Sudah kau temukan informasi tentang wanita itu?" tanya seorang pria tampan berjas konservatif itu pada sekretarisnya."Belum Mr. Johnson, sampai saat ini belum ada laporan dari siapa pun tentang orang hilang ataupun hal lain mengenai wanita itu karena kita tak memiliki informasi apa pun untuk bisa menyelidiki wanita itu lebih jauh lagi," jawab sang sekretaris itu pada bosnya."Kalau begitu, kita hanya bisa menunggu wanita itu sadar dan menanyakan siapa namanya.Periksa apa pun data tentang dia, kau terus awasi wanita itu! jika dia sudah sadar cepat kau hubungi aku!" perintah pria berjas yang disebut Mr. Johnson itu."Siap! saya akan kembali dengan membawa berkas penting yang harus Anda tanda tangani Mr. Johnson...," sahut sang sekretaris dan sang bos hanya mengangguk dengan tatapan kosong."Wanita,, mengapa kau membuatku repot seperti ini? siapa kau sebenarnya?Ini sudah hari ke lima, tapi kau belum sadarkan diri, apakah tidak ada dari keluargamu yang berusaha mencarimu? sungguh wanita yang malang," pikir pria itu dalam hati.Dialah Timothy Johnson, pengusaha muda dan kaya di kota Dallas. Di usianya yang baru menginjak 28 tahun, dia sudah menguasai hampir seluruh kota Dallas dan bahkan kini sebagian benua Amerika ia berhasil taklukan dengan tangan dan otak cerdasnya.🍀🍀🍀🍀🍀🍀( POV 1 )"Argh! sakit sekali, aku ada di mana?"Kurasakan sakit di sekujur tubuhku saat ini, dan kepalaku pusing sekali. Kupejamkan mata erat berusaha menahan rasa sakit itu, dan kepingan ingatan terakhir yang kuingat adalah saat aku berdiri di tengah jalan di malam itu, malam pengkhianatan dua orang yang kukenal, Matt dan Gillian.Saat itupun aku tersadar kalau kini aku berada di sebuah ruangan yang terasa asing namun familiar, sebuah rumah sakit.Selang infus masih terpasang di urat nadiku dan balutan perban di seluruh tangan dan kakiku kini membuatku semakin mengerti keadaanku yang memang tidak dalam keadaan baik sekarang.Belum sempat menguasai keadaan seorang wanita berpakaian perawat mendatangiku dengan alat kesehatan yang ia bawa.Ia sedikit terkejut melihatku, dan tersenyum manis menyapaku yang masih dalam keadaan bingung dan setengah sadar."Ah, Anda sudah sadar Miss? syukurlah...Pasti Mr. Johnson akan senang mendengar kabar ini?" ucapnya."Mr. Johnson..., siapa dia? dan berapa lama aku berada di sini suster?" tanyaku lirih."Mr. Johnson adalah orang yang bertanggung jawab selama Anda di rawat di rumah sakit ini Miss dan ini sudah hari ke 7 anda berada disini... , itu berarti sudah 6 hari lebih anda tak sadarkan diri," tutur suster itu menjelaskan."Enam hari? selama itu..?" lirihku tak percaya"Mr. Johnson aku merasa tak mengenalnya" pikirku dalam hati."Bagaimana keadaan Anda Miss? apa yang Anda rasakan saat ini dan apakah Anda mengingat sesuatu sebelum kecelakaan itu? karena kami pihak rumah sakit tak bisa menemukan identitas apa pun tentang anda jadi kami sempat merasa kesulitan untuk menghubungi keluarga Anda," tutur suster itu kembali."Aku tak punya keluarga..," jawabku pendek dengan pandangan kosong menatap langit-langit ruangan."Ah, kalau begitu bagaimana dengan nama.Apakah Anda masih mengingatnya?" tanya suster itu kembali."Michelle Scullys, hanya itu yang aku punya."( POV 3 )"Mr. Johnson ada kabar baik dari rumah sakit!" seorang pria tiba-tiba masuk ke ruangan."Apa maksudmu?" Tim Johnson bertanya."Wanita yang anda bawa waktu itu sudah sadar," sahut pria itu dengan senyuman lebar"Dan kami sudah menemukan identitasnya sekarang, Michelle Scullys itulah nama wanita yang Anda tolong itu."******( POV 3 )"Kau sudah mendapatkan data dari wanita itu?" Tim Johnson bertanya pada Hendrix Brows sekretaris sekaligus asisten kepercayaannya."Sudah Mr. Johnson," jawab Hendrix tegas kemudian ia pun mulai membaca lembaran kertas yang ia bawa, hasil dari penyelidikannya."Michelle Scullys, 22 tahun lahir di Arlington, Dallas.Yatim piatu, ibunya meninggal ketika ia berumur 13 tahun karena bunuh diri, atas tuduhan pembunuhan suaminya sendiri karena melakukan pembelaan kepada putrinya yang dilecehkan.Diadopsi oleh pendeta Raymen Perez selama 2 tahun yang tewas karena dihakimi massa oleh penduduk setempat atas tuduhan aliran sesat.Selama 7 tahun hidup seorang diri di flat kecil di Dallas, bersekolah di North High School Dallas dengan beasiswa prestasi.Menjalin hubungan dengan pria bernama Mattew Steward selama 5 tahun dan tinggal bersama."Kedua mata Tim menyempit mendengar penjelasan dari Hendrix."Menyedihkan...," ucapnya lirih."Apa dia tak kuliah atau bekerja?" tanya Tim ingin tahu.
"A-pakah ini tidak terlalu berlebihan Mr. Johnson?" tanyaku saat mobil yang membawaku berhenti tepat di depan villa mewah milik Tim Johnson yang akan aku tempati.Pria itu hanya tersenyum tipis."Tidak Miss. Scullys, hanya villa ini yang aku punya.Apa kau tidak suka?" tanyanya."Ah, tidak. Justru aku merasa ini terlalu mewah bagiku," sahutku lirih."Aku hanya ingin pengobatanmu berjalan lancar dan aku harap kau betah tinggal di sini.." tuturnya perhatian."Terima kasih.., Anda sangat perhatian," tuturku tulus dan pria itu hanya tersenyum mendengarnya.Supir pribadi Tim Johnson mengangkat tubuhku dari kursi mobil dan memindahkannya ke kursi roda yang sudah mereka siapkan."Biarkan aku yang mengantar Miss. Scullys masuk, kau tunggu saja disini Ray," perintah Tim Johnson pada supir pribadi yang bernama Ray itu."Baik tuan" jawab Ray seraya membungkukkan setengah badannya.Kami berdua mulai masuk ke dalam rumah mewah itu, sungguh ini pengalamanku untuk pertama kalinya masuk ke dalam ruma
( POV 3 )Selama beberapa hari Tim Johnson, bermalam di villa miliknya. Tak seperti biasanya karena memang inilah pertama kali Tim Johnson tidur di villa miliknya itu bahkan sampai beberapa hari.Belakangan ini dia sangat sibuk dengan pekerjaannya, sehingga ia tak sempat datang berkunjung ke villa dan menemui Michelle Scullys. Entah kenapa selama itu pun, ia tak berhenti untuk memikirkan wanita yang ditolongnya itu.Apakah hanya perasaan kasihan atau simpatik ia sendiri tak mengerti, yang jelas setelah pandangan pertama di rumah sakit itu hati dan pikirannya tak bisa berhenti untuk memikirkan wanita malang itu.Seperti di malam itu, saat Tim Johnson pulang dari urusan pekerjaannya, ia kembali berkunjung ke villa lagi. Saat ia melangkahkan kaki di pintu masuk, ia mendengar suara piano dari ruang tengah villa, dekat perapian yang memang ada sebuah piano di sana."Siapa yang memainkan piano itu?" batinnya penasaran.Permainan piano itu membuat Tim Johnson terpesona karena begitu indah, h
Tak terasa ini sudah hampir bulan ke tiga sejak kecelakaan itu terjadi dan aku merasa kalau kondisiku benar-benar sudah pulih benar.Tangan dan kakiku sudah bisa digerakkan dengan leluasa, semua kegiatan hampir bisa kulakukan sendiri tanpa harus merepotkan Katherine atau morgan.Maka hari itu juga, aku pun berencana untuk pulang mengunjungi flatku.Flat itu adalah milikku, Mattew ataupun Gillian tak berhak ada disana.Setelah aku menghilang hampir 3 bulan bukankah mereka tidak berusaha mencariku.Maka akupun harus bertindak cepat sebelum mereka dapat menguasai rumah itu sepenuhnya. Karena itu aku meminta Morgan untuk mengantarkanku ke flat milikku siang itu juga."Kau pulanglah morgan, aku sudah tidak apa-apa," perintahku pada Morgan saat aku sampai di depan Flat milikku.Tapi Miss. Scullys kalau Mr. Johnson menanyakan Anda bagaimana?" tanyanya ragu."Dia pasti akan mengerti, tempo hari aku sudah mendapatkan izin darinya, jadi kau tenang saja ya..," sahutku meyakinkan."Baiklah kalau
"Kau tahu Michelle Scullys, bahwa kau itu wanita naif yang sok suci!!Kau pikir kami mau berteman denganmu selama ini, hah?! Cuuiihh!!Kalau saja otakmu itu tak encer aku dan Matt tak sudi berteman dengan yatim piatu sepertimu!!"Gillian menarik kasar rambut panjangku dan berkata dengan kedua matanya yang melotot sempurna dan aku hanya menatapnya tajam tak percaya, merintih menahan sakit akibat tarikan tangannya yang kasar di kulit rambutku."Kalian berdua, benar-benar pengkhianat!!" seruku keras.Kulihat Gillian mendengus kasar padaku dan Matt yang berdiri di depanku hanya menyeringai lebar seperti tanpa dosa."Selama aku dan Matt saling mencintai menjadi pengkhianat itu tak jadi soal, Michelle Scullys...karena tanpa kami berdua kau juga bukanlah apa-apa di mata sekolah dulu! karena dengan status sosial dan masa lalumu yang buruk itu siapa yang sudi untuk berteman dengan gadis berkasta rendah sepertimu ini?!!" ucapnya keras-keras begitu jelas di telingaku yang kini terasa panas mend
Setelah kepulanganku dari rumah sakit, Tim membujukku agar aku kembali ke villa miliknya. Tentu saja aku tak menolaknya, karena aku tak mau kembali ke flat itu lagi untuk saat ini karena hal itu sangat menyakitkan bagiku dan jika aku berada di sana sekarang aku akan selalu mengingat pengkhianatan dua manusia itu, Matt dan Gillian.Malam itu tak banyak yang kulakukan selain duduk termenung seorang diri di balkon villa yang ada di kamarku lantai dua. Kuambil minuman beralkohol yang ada di bar kecil villa milik Timothy Johnson ini.Entahlah aku tak tahu jenisnya karena ini untuk pertama kalinya aku minum dan rasanya tidak buruk juga. Tim ternyata cukup banyak memiliki berbagai jenis minuman yang berharga selangit ini.Kupandangi gelas berisi minuman berwarna merah maroon itu dengan tersenyum pahit. Tidak buruk juga malam ini, rasa kesepianku ditemani oleh minuman ini. Aku suka rasanya, karena ini membuatku sedikit tenang dan sejenak lupa akan masalah yang ada dalam hidupku selama ini."M
Tak terasa sudah hampir satu bulan kulalui hari-hari bersama dengan Timothy Johnson, kekasihku. Selama itu pun kami banyak menghabiskan waktu berdua walaupun di tengah-tengah kesibukkan Tim sebagai salah satu pengusaha besar dan sukses di Dallas.Kasih sayang yang diberikan Tim padaku begitu berlimpah, aku bukan tertarik pada kekayaannya selama ini namun sejauh ini yang kurasakan perasaan Tim begitu tulus padaku, dan aku dapat merasakan perbedaannya saat aku masih bersama dengan si bajing*n Mattew Steward.Namun menjadi kekasih seorang yang kaya raya tidak ingin membuatku terlena, karena itu aku memutuskan untuk kembali bekerja dan saat ini aku sudah melamar pekerjaan di salah satu perusahaan besar di Dallas, Alden Corporation.Seperti malam itu di villa, kami berdua, aku dan Tim menghabiskan waktu bersama dengan berbaring di sofa besar di dekat ruangan perapian. Dengan penuh sayang ia mengelus rambut kepalaku yang kini terbaring di dadanya yang bidang."Kau yakin akan kembali bekerja
"Aku akan mengajakmu dinner malam ini, Michelle sayang. Kau mau kan?" tanya Tim padaku di sambungan teleponnya malam itu sepulang dari kantor di hari pertamaku bekerja."Hmm, dinner? hari ini kau tidak sedang ulang tahun kan? Aku belum menyiapkan kado spesial untukmu, hihihii," kelakarku."Jika aku ulang tahun memang kado apa yang ingin kau siapkan, honey?" Tim bertanya menggoda."Apa saja yang kau inginkan, aku akan berusaha mengabulkannya," sahutku cepat."Benarkah?? Kalau begitu aku ingin kau selamanya bersamaku, bagaimana apa kau mau?" Tanya Tim dengan nada merayu."Tim! Kau pintar sekali menggombal ternyata!" Protesku malu."Hahahaa, Michelle sayang aku serius." "Sudah lah, kita sambung lagi nanti. Sampai ketemu nanti malam, Tim." Cepat-cepat aku menutup sambungan telepon itu karena rasa malu dan jantungku yang tak bisa berhenti berdebar karena ucapan Tim tadi.Kuhembuskan nafas ini panjang agar jantung ini bisa kembali normal. Tak berapa lama, ada notif pesan masuk di ponsel mi