( POV 3 )Sepulangnya dari apartemen Judith Hills, Michael Rouis tak bisa berhenti berpikir dengan semua cerita yang wanita cantik berambut merah itu ceritakan. Tentang kisah pilu sebuah pengkhianatan hingga berujung kehilangan. Dan yang paling membuatnya terkejut adalah nama kekasih tercintanya disebut dalam cerita Judith Hills. Apakah Judith berbohong dengan ceritanya? Dan apakah Judith hanya mengarang cerita saja agar ia bersimpati padanya?Namun mungkinkah itu? Lalu jika iya apa motifnya? Hati kecil Michael menyangkal itu semua, jika Judith Hills tak mungkin berbohong dengan semua yang baru saja ia ungkapan padanya. Wanita itu berkata jujur, karena sebodoh apa pun dirinya, Michael tahu orang yang berkata jujur atau tidak. Semua terlihat di mata Judith Hills, jika wanita itu memang memiliki trauma atas masa lalu buruk yang pernah ia alami. Jika semua yang Judith Hills ungkapan adalah benar, lalu berarti benar jika Gillian Moore adalah sahabat sekaligus pengkhianat yang ada dalam ce
Siang itu di butik milik Gillian Moore kedatangan seorang pria tampan dengan penampilan perlente yang luar biasa. Gillian dapat menebak jika pria itu mungkin seorang CEO di sebuah perusahaan besar, karena mobil yang pria itu kendarai adalah mobil sports edisi terbatas berharga fantastis. Tahu mendapatkan calon pelanggan dan mangsa empuk yang rupawan, Gillian Moore pun melayani pria itu dengan memasang penampilan sebaik mungkin di depannya sekarang."Selamat siang, Tuan. Selamat datang di butik saya, apa ada yang bisa saya bantu?" sapa Gillian dengan senyuman ramah dan paling cantiknya.Pria itu melepas kacamata hitam yang dipakainya dan itu membuat Gillian semakin terpesona dengan mata biru pria di depannya sekarang."Carikan aku jas dan kemeja yang terbaik untukku, Miss," sahut sang pria."Oh, tentu. Silakan, Tuan. Di sebelah sini! Banyak pilihan yang cocok untuk anda pilih dan bisa anda coba," tawar Gillian penuh semangat.Gillian pun sibuk mempromosikan koleksi jas dan kemeja terba
( POV 1 )Kulihat Gillian menangis terisak di depan parkiran restoran, kedua matanya menatap sendu mobil milik Michael yang melaju begitu saja tanpa memperdulikannya. Melihatnya seperti itu aku semakin yakin jika Gillian begitu mencintai Michael Rouis, hal itu membuatku semakin puas karena berhasil membuatnya merasa menyesal. Rasa cintanya begitu besar pada pria sebaik Michael Rouis namun sifat picik dan serakahnya tetap tak berubah.Ya, pria bernama Alex Miles adalah orang suruhanku yang kuperintahkan untuk menggodanya. Jika ia wanita yang setia, ia tidak mungkin menerima ajakan pria yang baru dikenalnya bukan? Namun, seperti yang aku tahu, sifat Gillian yang serakah itulah yang telah menghancurkan dirinya sendiri. Dengan kata lain ia gagal menjadi wanita yang setia hanya dengan iming-iming pria tampan dan kaya, sungguh ironis."Apa sekarang kau merasa menyesal Gillian Moore? Akan aku pastikan Michael Rouis tak akan mau kembali dengan wanita serakah dan picik sepertimu," sindirku saa
"Jangan, kumohon ayah jangan!" aku terus memohon belas kasihan pada pria besar di atasku yang kini mendekap tubuhku dengan paksa di atas ranjang milikku sendiri."Tenanglah sayang, aku akan pelan melakukannya padamu, diamlah dan menurutlah!" bisiknya dengan suara serak di telingaku.Aku mencoba berontak, kedua kakiku menendang tak karuan ingin segera lepas, kedua tanganku tak bisa kugerakkan karena pria yang disebut ayah tiriku mengikatnya kuat di ranjang. Kepalaku menggeleng kuat berusaha lepas dan menghindar dari ciumannya yang kasar. Dengan brutal ia merobek baju tidur yang aku kenakan, dan ia menyerigai lebar saat melihat dengan jelas dengan kedua matanya yang kini dilingkupi nafs* setan, kulit dadaku yang terbuka."Ranum...." bisiknya sebelum mendekat untuk menyentuhnya.Buugggg!!!!!Suara dentuman keras mengejutkanku disaat yang sama itu pula kulihat ibu memukul kepala ayah tiriku dengan tongkat bisbol berulang kali dengan membabi buta hingga pria besar itu tersungkur turun di t
"Ayo Michelle, kita ke kantin sama-sama!Hari ini aku ingin makan makanan enak setelah satu bulan diet tak makan berkalori!" ajak Gillian Moore, yang tak lain teman dekat sekaligus sahabatku sejak aku bersekolah di North high School Dallas selama 4 semester ini."Aku sedang tak ingin ke mana-mana Gillian, kau bisa mengajak Matt jika kau mau," sahutku pendek dengan tetap membaca buku kamus global yang baru saja aku temukan di perpustakaan kemarin."Astaga, sampai kapan kau akan menjadi kutu buku Michelle!? kau tak seperti menikmati hidupmu dengan baik saja," ucap Gillian berkomentar, wajah cantiknya berubah masam menatapku yang seperti tak peduli dengan ajakannya.Aku hanya tersenyum tipis menanggapi."Maafkan aku, aku sedang tak berselera makan hari ini, aku harus menyelesaikan bab terakhir buku ini dan mengembalikannya ke perpustakaan sekolah sekarang," ucapku menjelaskan."Aku akan menyusulmu nanti Gillian setelah aku kembalikan buku ini ke perpustakaan, kau bisa mengajak Matt dulu
Tanpa terasa setahun telah berlalu dan tepat hari ini adalah kelulusanku di sekolah North High School Dallas. Aku merayakannya bersama dengan teman dekatku, Gillian Moore dan tentu saja Mattew Steward.Malam itu kami bertiga berkumpul bersama di flat kecilku di pinggir kota.Minum bersama dan tertawa penuh canda seakan melepaskan penat setelah beberapa bulan disibukan dengan jadwal sekolah yang melelahkan.Hingga saat itu Gillian menerima telepon dari ibunya agar ia cepat kembali ke rumah, keperluan mendesak itu alasan yang Gillian katakan pada kami. Setelah Gillian pergi kini hanya aku dan Matt di rumahku sendiri, suasana tiba-tiba menjadi canggung karena tak ada Gillian diantara kami berdua, hal itu memang jarang terjadi.Gillian selalu ada di tengah-tengah kami, sifatnya yang ceria membuat siapapun cepat akrab dan menyukainya. Berbeda dengan aku yang cenderung lebih tertutup dan pemalu."Apa kita akan masih sering berjumpa Michelle setelah kita lulus dan tak satu sekolah lagi?" tan
Empat tahun berlalu sejak kelulusan dan aku menerima cinta Mattew Steward.Selama 4 tahun pula kuberikan seluruh cintaku pada Matt, perhatian dan segalanya terkecuali 1 hal yang tak mungkin aku berikan padanya karena aku masih belum siap menerimanya.Aku belum siap untuk memberikan 1 hal itu pada Matt karena sebuah trauma yang belum bisa kulepas dalam hidupku dan aku bersyukur karena Matt dapat menerima semua itu.Kini aku bekerja di sebuah kantor farmasi yang mempunyai gaji yang cukup besar, daripada di tempat kerjaku sebelumnya di sebuah mini market 24 jam.Dengan gaji yang lumayan besar itu aku dapat bekerja sekaligus berkuliah namun aku mengambil fakultas terbuka mengingat aku harus bekerja setiap hari untuk memenuhi segala kebutuhan hidupku.Termasuk kebutuhan Matt, kekasihku yang kini sudah hampir 1 tahun lamanya tinggal bersamaku di flat milikku.Ya, kami kini tinggal bersama dalam satu atap.Matt beralasan kalau ia sudah diusir oleh keluarganya karena mempertahankan aku sebaga
Hari ini teman satu kantorku, Julian Robert mengajakku makan siang bersama di luar kantor. Awalnya aku menolaknya namun ia beralasan kalau hari ini ia baru bertengkar dengan kekasihnya dan itu membuatnya frustasi hari ini.Maka dari itu ia memaksaku untuk ikut menemaninya untuk mencari udara segar di luar kantor."Kau juga harus sekali kali merilekskan tubuhmu Michelle, di dalam kantor membuatku semakin tegang akhir-akhir ini dan itu membuatku semakin stres!" ujar Julian padaku.Karena permintaan yang tak dapat ku tolak itulah kami sekarang di sini, sebuah cafe yang letaknya cukup strategis di pinggir kota.Menu yang di sediakan juga beragam dan harganya pun cukup terjangkau."Kau tenang saja Michelle, kau pesanlah apa saja yang kau suka karena hari ini aku akan mentraktirmu," ucap Julian dengan tersenyum lebar.Selepas dari kantor serasa tak ada gurat frustasi di wajahnya sekarang.Sepertinya makan siang di luar memang ide yang cukup bagus untuk memulai hari jika kita merasa sedikit