Share

KECURIGAAN

Hari ini teman satu kantorku, Julian Robert mengajakku makan siang bersama di luar kantor. Awalnya aku menolaknya namun ia beralasan kalau hari ini ia baru bertengkar dengan kekasihnya dan itu membuatnya frustasi hari ini.

Maka dari itu ia memaksaku untuk ikut menemaninya untuk mencari udara segar di luar kantor.

"Kau juga harus sekali kali merilekskan tubuhmu Michelle, di dalam kantor membuatku semakin tegang akhir-akhir ini dan itu membuatku semakin stres!" ujar Julian padaku.

Karena permintaan yang tak dapat ku tolak itulah kami sekarang di sini, sebuah cafe yang letaknya cukup strategis di pinggir kota.

Menu yang di sediakan juga beragam dan harganya pun cukup terjangkau.

"Kau tenang saja Michelle, kau pesanlah apa saja yang kau suka karena hari ini aku akan mentraktirmu," ucap Julian dengan tersenyum lebar.

Selepas dari kantor serasa tak ada gurat frustasi di wajahnya sekarang.

Sepertinya makan siang di luar memang ide yang cukup bagus untuk memulai hari jika kita merasa sedikit stres dengan urusan pekerjaan di kantor yang menumpuk.

Aku yang saat itu tengah sibuk memilih menu tiba-tiba menangkap penglihatan yang tak asing ku kenal di kaca besar cafe di tempatku duduk.

"Matt?" aku setengah terkejut ketika melihat Matt masuk ke sebuah restoran kecil yang letaknya di sebrang cafe di mana aku berada sekarang. Kulihat ia masuk dengan seorang wanita yang sangat kukenal juga, Gillian Moore sahabat baikku.

"Tumben sekali mereka berdua makan bersama hari ini? dan yang kuingat Matt tak bicara apapun kalau ia hari ini akan bertemu dengan Gillian," pikirku dalam hati.

Karena penasaran aku mencoba menelepon Matt namun ia tak mengangkatnya, mencoba berpikir positif aku mencoba menelepon Gillian namun ia juga tak mengangkat telepon dariku.

Kenapa mereka kompak sekali tak mengangkat telepon dariku?

Tak kehilangan akal, aku pun mencoba mengirim pesan pada keduanya dengan pertanyaan yang berbeda.

[Kau dimana sayang, kenapa kau tak mengangkat telepon dariku?]

aku kirim kepada Matt.

[Apa kau sedang sibuk? aku ingin ngobrol sebentar denganmu]

aku kirim kepada Gillian.

Cukup lama aku menunggu dan belum ada balasan. Beberapa menit kemudian, sebuah pesan masuk, pesan dari Gillian.

[Aku sedang ada kelas Michelle, nanti setelah selesai aku hubungi kau ya]

Selang 5 menit kemudian Matt membalas pesanku dan akupun mulai membacanya.

[Maaf sayang aku tadi ada urusan mendadak]

[Sekarang aku baru sampai di rumah kita]

[aku mau langsung tidur karena lelah sekali]

[ apa kau sudah makan?]

Aku tersenyum pahit membacanya, kenapa ia berbohong padaku kalau ia sekarang ada di rumah? dan Gillian pun melakukan hal yang sama. Sungguh aku merasa aneh, entah kenapa perasaanku menjadi tak enak karena hal ini.

"Kau kenapa Michelle? Ayo makan lah makanannya, keburu dingin nanti!" ucapan Julian mengejutkanku dari lamunan.

"Ah, iya sebentar," sahutku sedikit gugup.

"Apa ada masalah, Michelle?

Kau tampak tegang sekarang," ucap Julian cemas.

"Tidak ada Juli, hanya saja kekasihku tak mengangkat telepon dariku dan itu tak seperti kebiasaannya," sahutku memberikan alasan.

"Ah, kenapa kau dan aku bisa senasib seperti ini?! Kau tahu itulah awal aku dan Lucas bertengkar, Michelle.

Sudah berulang kali dia tak memperdulikan telepon dariku dan bahkan merijek panggilannya! dan menurut pengalamanku selama ini, itulah awal sebuah kebohongan yang akan membuat hubungan sepasang kekasih retak, Michelle!

Aku tak mau itu terjadi padaku lagi karena aku benar-benar mencintai Lucas!" Julian berkata dengan penuh keyakinan.

Mendengar ucapan Julian, membuatku diam dan tak berhenti berpikir tentang Matt dan Gillian hari ini.

Kenapa mereka berbohong?

Apa alasannya? dan kenapa mereka berdua bertemu apalagi makan bersama di sebuah restoran tanpa sepengetahuanku.

Normalkah itu untuk sepasang sahabat?

Mungkinkah mereka sering bertemu seperti ini dibelakangku dan tanpa sepengetahuanku?

Aku terus berpikir dalam diam, berusaha mencari celah dan aku tetap berpikir positif tentang mereka berdua.

Sekitar 40 menit kemudian kulihat Matt dan Gillian keluar dari restoran kecil itu dengan bergandengan tangan.

Tampak mesra dan sesekali mereka berdua tertawa bahagia dengan berjalan beriringan, seperti sepasang kekasih.

Ya, kekasih.

Apa yang kulihat ini mimpi atau bukan aku masih belum mengerti.

Kutahan air mataku agar tak keluar, aku tak mau menangis ditempat ini apalagi jika Julian melihatnya aku tak mau itu.

Seperti tak terjadi apa pun aku berusaha tetap bersikap biasa di depan Julian hingga kami tiba di kantor dan melakukan pekerjaan seperti biasa, namun bayangan siang tadi seperti tak mau lepas dari pikiran dan otakku.

Mungkinkah aku cemburu karena kedekatan mereka yang bagiku sangat aneh?

Matt dan Gillian mungkinkah mereka berdua tega mengkhianatiku selama ini?

******

Selama beberapa hari ini aku mencoba bersikap biasa di depan Matt ataupun Gillian, namun sejak kejadian itu aku lebih waspada pada mereka berdua. Ketika kami bertiga bertemu dan menghabiskan waktu bersama seperti biasa pun, sikap keduanya masih tetap sama.

Santai dan tanpa beban, hanya aku yang merasa aneh sekarang. Sejak penglihatan itu aku merasa semua ini tampak seperti sebuah sandiwara.

Tidak, aku tidak boleh seperti ini!

Aku harus bertindak untuk mencari sebuah jawaban. Kalau mungkin selama ini hanyalah kecurigaanku atau ketakutanku saja.

Aku harus membuktikan kebenaran ini.

Hingga hari itu tiba, aku sudah bertekad untuk melakukannya.

Hari ini aku mengatakan pada Matt dan Gillian kalau aku ada tugas di luar kota sehari dan waktu itu kugunakan untuk mengawasi mereka berdua, Matt dan Gillian.

Selama hari itu pun aku tak berangkat bekerja seperti biasa karena hari ini akan kugunakan waktu sepenuhnya untuk mengawasi setiap gerak gerik dari Matt dan Gillian.

Aku meminjam mobil milik Julian dan mengawasi mereka selama sehari penuh.

Tak ada yang aneh sejak tadi pagi aku mengawasi mereka berdua.

Matt dan Gillian berangkat kuliah seperti biasa dan belum bertemu satu sama lain hari ini.

Hingga malam itu tiba, kulihat Matt dan Gillian bertemu dan pulang bersama ke rumahku, di flat kecilku.

Setelah mereka masuk ke dalam selama 30 menit, aku beranikan diriku sendiri untuk berjalan ke rumah milikku itu.

Berjalan tanpa suara dengan nafas tertahan, susah payah aku mengumpulkan keberanianku hingga sampai tahap ini.

Kubuka pintu rumah pelan dengan kunci cadangan yang kumiliki di saku celanaku dan seketika dadaku merasa sesak saat yang pertama kali kudengar ketika masuk di dalam rumahku sendiri adalah suara erangan dan des*han seorang wanita.

Dengan jelas aku mengenali pemilik suara itu, Gillian Moore yang tak lain adalah sahabatku sendiri. Kemudian disusul suara Matt yang berseru dengan penuh gair*h yang memekakan telingaku.

"Kau- kau kekasihku Gillian!

Kau milikku! kau dengar itu!!" kemudian disusul suara lolongan yang panjang setelahnya.

"Aku mencintaimu Matt..., aku milikmu selalu,"

suara Gillian menyusul setelahnya.

Semua dengan jelas dapat kudengar dan entah kenapa aku hanya bisa diam dan tak bergerak seperti orang tolol. Entah kenapa aku hanya bisa keluar dan berlari menjauh dari mereka yang tak mengetahui kehadiranku.

Aku berlari menjauh dan tak tentu arah seperti orang gila. Aku tak percaya dengan pengkhianatan ini, sungguh aku tak percaya.

******

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status