"A-pakah ini tidak terlalu berlebihan Mr. Johnson?" tanyaku saat mobil yang membawaku berhenti tepat di depan villa mewah milik Tim Johnson yang akan aku tempati.
Pria itu hanya tersenyum tipis."Tidak Miss. Scullys, hanya villa ini yang aku punya.Apa kau tidak suka?" tanyanya."Ah, tidak. Justru aku merasa ini terlalu mewah bagiku," sahutku lirih."Aku hanya ingin pengobatanmu berjalan lancar dan aku harap kau betah tinggal di sini.." tuturnya perhatian."Terima kasih.., Anda sangat perhatian," tuturku tulus dan pria itu hanya tersenyum mendengarnya.Supir pribadi Tim Johnson mengangkat tubuhku dari kursi mobil dan memindahkannya ke kursi roda yang sudah mereka siapkan."Biarkan aku yang mengantar Miss. Scullys masuk, kau tunggu saja disini Ray," perintah Tim Johnson pada supir pribadi yang bernama Ray itu."Baik tuan" jawab Ray seraya membungkukkan setengah badannya.Kami berdua mulai masuk ke dalam rumah mewah itu, sungguh ini pengalamanku untuk pertama kalinya masuk ke dalam rumah mewah seperti ini.Tim Johnson bilang ini adalah villa nya yang tak pernah di tempati, apalagi rumah milik pria kaya itu, entah bagaimana mewahnya aku tak bisa membayangkannya.Tampak dua orang di depan kami, seorang wanita yang mungkin berumur 30an dan seorang pria bertubuh kekar berdiri menunggu kami di dalam ruangan.Mereka berdua membungkuk saat melihat kami."Selamat malam Mr. Johnson," sapa mereka dengan tersenyum formal."Mulai hari ini, kalian harus melayani Miss. Scullys dengan baik, karena mulai malam ini dia akan tinggal di rumah ini.Jadi aku percayakan dia pada kalian berdua selama dalam masa pemulihan," perintah Mr. Jhonson pada mereka."Miss. Scullys, mereka berdua adalah Katherine dan Morgan, penjaga rumah ini yang mulai sekarang akan melayanimu selama kau tinggal di rumah ini, jadi aku harap kau tidak perlu sungkan jika membutuhkan sesuatu pada mereka selama aku tidak ada di rumah ini," ucap Tim Johnson padaku."Terima kasih Mr. Johnson, ini sudah lebih dari cukup. Aku akan berhutang banyak padamu," sahutku tak enak hati."Tenang saja, sudah aku bilang kau tak perlu merasa sungkan karena selama kau masih dalam masa penyembuhan, kau adalah tanggung jawabku Miss. Scullys," tuturnya seraya tersenyum padaku.******Satu bulan berlalu begitu saja selama aku berada di rumah milik Tim Johnson, pria kaya yang baik hati itu. Selama lebih dari 1 bulan inipun kami tak bertemu lagi sejak malam itu ia mengantarkanku ke rumah ini.Kondisiku pun sekarang jauh lebih baik dari sebelumnya, aku sudah bisa berjalan dan melangkahkan kakiku dengan normal walaupun belum sepenuhnya, namun setidaknya perubahan ini sudah lebih baik daripada aku hanya bisa duduk di kursi roda saja.Katherine selama ini membantuku untuk menyiapkan keperluanku sehari-hari hingga mengatur pola makanku selama aku tinggal di sini. Sedangkan Morgan ia lebih banyak bertugas di luar rumah dan menjaga rumah ini.Seperti malam ini, aku duduk di balkon lantai atas rumah, menatap pemandangan luar yang ada di depanku. Seperti mimpi rasanya aku bisa sekarang berada di rumah ini, rumah seorang pria asing yang tidak aku kenal sebelumnya.Sempat terlintas di pikiranku, rumahku, flat kecil warisan ibu dan pendeta Rement.Ataupun kabar dari si brengsek Mattew Steward dan Gillian Moore yang mengkhianatiku.Mereka tak mungkin merasa kehilangan dengan kepergianku yang tiba-tiba.Aku yakin mereka berdua justru senang dan bahagia tanpa adanya aku, aku berani menjaminnya.Suatu saat aku akan kembali dan merebut hak milikku.Ya, flat itu hanya satu-satunya yang kumiliki, akan kupertahankan sampai kapan pun juga.Setelah aku sembuh dan kembali normal, aku akan kembali dan mencari pekerjaan lain.Karena aku tak mungkin kembali ke kantor farmasi yang sudah aku tinggalkan selama beberapa minggu ini.Aku akan memulai hidupku dari nol lagi setelah ini, dan melupakan segala kenangan buruk bersama dua pengkhianat itu di dalam hidupku.Lagipula aku tak mungkin selamanya tinggal di tempat ini, di rumah Mr. Johnson yang baik hati.Dia adalah pria yang baik dan bertanggung jawab, itu sejauh yang aku kenal.Pria muda yang kaya raya dan tentu saja tampan. Aku berhutang banyak padanya, dan aku bertekad akan menebusnya setelah aku sembuh dan bisa kembali bekerja.Lamunanku dikejutkan oleh kedatangan sebuah mobil yang cukup aku kenal."Mr. Johnson?" seruku dalam hati.Ia datang berkunjung malam ini, itu sangat jarang sekali karena memang aku tak pernah bertemu dengannya lagi setelah malam itu ia mengantarkan aku ke rumah ini untuk pertama kalinya.Segera aku turun dan hendak menyambutnya.Dengan langkah pelan namun pasti aku berjalan menuruni tangga rumah.Saat aku baru setengah jalan, kulihat Mr. Johnson berlari ke arahku dan membantuku berjalan."Astaga, apa yang kau lakukan Miss. Scullys?!Itu bisa berbahaya bagimu!" tegurnya khawatir seraya mencoba memapah langkah kakiku menuruni tangga."Ah, tidak apa Mr. Johnson saya sudah bisa berjalan walaupun belum sepenuhnya normal" sahutku."Tidak, tidak, apa pun itu kau seharusnya tak boleh mengambil resiko dengan berjalan menuruni tangga seperti ini seorang diri!Dimana Katherine dan Morgan, apa mereka tidak menjagamu dengan baik selama ini?" tanyanya dengan nada yang cukup berwibawa."Tidak Mr. Johnson, anda tak perlu khawatir karena selama ini mereka menjagaku dengan sangat baik," sahutku buru-buru menjelaskan.Mr. Johnson membawaku duduk di sofa di dekat perapian, dan ia pun kini duduk di sebelahku dan menatapku dengan senyum sumringah."Syukurlah kau sehat-sehat saja Miss. Scullys, maafkan aku karena kesibukanku, aku tak bisa berkunjung selama beberapa minggu ini" tuturnya mencoba menjelaskan."Aku sangat mengerti itu Mr. Johnson, anda tak perlu khawatir," sahutku seraya tersenyum.Lama aku tak bertemu dengannya membuatku sedikit gugup, entah kenapa penampilannya kali ini tampak kasual dan santai dengan memakai sweater turtle neck mahal warna putih tulang dan celana denim yang dipakainya sekarang, justru tampak membuat penampilannya lebih muda dan tampan."Sudah aku bilang padamu Miss. Scullys jangan memanggilku dengan kata yang formal, panggil saja aku dengan namaku saja, Tim Johnson itu akan terdengar lebih santai dan nyaman," ujarnya padaku."Baiklah- Tim..," tuturku lirih dengan suara kaku yang mungkin terdengar aneh dan Tim tersenyum lebar mendengarnya."Apa kau betah tinggal di sini selama ini, Michelle? aku panggil kau seperti itu saja bagaimana, apakah kau mau?" tanyanya dengan senyuman menggoda.Akupun hanya bisa mengangguk mengiyakan tanda setuju."Tentu saja aku betah tinggal disini, tapi bagaimanapun juga akan lebih baik jika aku kembali ke rumahku sendiri, Tim.Aku sudah terlalu banyak merepotkanmu di sini," tuturku jujur."Itu sama sekali tidak benar, kau belum sepenuhnya sembuh aku tak akan mengizinkanmu pulang sebelum kondisimu sehat kembali, Michelle.Karena kau adalah tanggung jawabku, kau dengar itu?" sahutnya tak setuju."Terima kasih, kau sudah terlalu baik padaku.Entah bagaimana aku akan menebus hutang ini padamu," tuturku lirih.Tim menggapai lembut jemariku dan berkata."Tak ada hutang diantara kita Michelle, ini adalah wujud tanggung jawabku padamu.Jadi aku mohon, jangan kau pikirkan itu okay?Karena aku tidak suka jika mau mengatakannya lag," ucap Tim lembut dan aku hanya bisa menatapnya lemah."Kau boleh tinggal di sini selama yang kau suka, karena itu anggaplah rumah ini milikmu sendiri ya," ujarnya menambahkan."Hah..?" aku hanya bisa menatapnya melongo, seakan tak percaya pada yang baru saja Tim Johnson katakan padaku.******( POV 3 )Selama beberapa hari Tim Johnson, bermalam di villa miliknya. Tak seperti biasanya karena memang inilah pertama kali Tim Johnson tidur di villa miliknya itu bahkan sampai beberapa hari.Belakangan ini dia sangat sibuk dengan pekerjaannya, sehingga ia tak sempat datang berkunjung ke villa dan menemui Michelle Scullys. Entah kenapa selama itu pun, ia tak berhenti untuk memikirkan wanita yang ditolongnya itu.Apakah hanya perasaan kasihan atau simpatik ia sendiri tak mengerti, yang jelas setelah pandangan pertama di rumah sakit itu hati dan pikirannya tak bisa berhenti untuk memikirkan wanita malang itu.Seperti di malam itu, saat Tim Johnson pulang dari urusan pekerjaannya, ia kembali berkunjung ke villa lagi. Saat ia melangkahkan kaki di pintu masuk, ia mendengar suara piano dari ruang tengah villa, dekat perapian yang memang ada sebuah piano di sana."Siapa yang memainkan piano itu?" batinnya penasaran.Permainan piano itu membuat Tim Johnson terpesona karena begitu indah, h
Tak terasa ini sudah hampir bulan ke tiga sejak kecelakaan itu terjadi dan aku merasa kalau kondisiku benar-benar sudah pulih benar.Tangan dan kakiku sudah bisa digerakkan dengan leluasa, semua kegiatan hampir bisa kulakukan sendiri tanpa harus merepotkan Katherine atau morgan.Maka hari itu juga, aku pun berencana untuk pulang mengunjungi flatku.Flat itu adalah milikku, Mattew ataupun Gillian tak berhak ada disana.Setelah aku menghilang hampir 3 bulan bukankah mereka tidak berusaha mencariku.Maka akupun harus bertindak cepat sebelum mereka dapat menguasai rumah itu sepenuhnya. Karena itu aku meminta Morgan untuk mengantarkanku ke flat milikku siang itu juga."Kau pulanglah morgan, aku sudah tidak apa-apa," perintahku pada Morgan saat aku sampai di depan Flat milikku.Tapi Miss. Scullys kalau Mr. Johnson menanyakan Anda bagaimana?" tanyanya ragu."Dia pasti akan mengerti, tempo hari aku sudah mendapatkan izin darinya, jadi kau tenang saja ya..," sahutku meyakinkan."Baiklah kalau
"Kau tahu Michelle Scullys, bahwa kau itu wanita naif yang sok suci!!Kau pikir kami mau berteman denganmu selama ini, hah?! Cuuiihh!!Kalau saja otakmu itu tak encer aku dan Matt tak sudi berteman dengan yatim piatu sepertimu!!"Gillian menarik kasar rambut panjangku dan berkata dengan kedua matanya yang melotot sempurna dan aku hanya menatapnya tajam tak percaya, merintih menahan sakit akibat tarikan tangannya yang kasar di kulit rambutku."Kalian berdua, benar-benar pengkhianat!!" seruku keras.Kulihat Gillian mendengus kasar padaku dan Matt yang berdiri di depanku hanya menyeringai lebar seperti tanpa dosa."Selama aku dan Matt saling mencintai menjadi pengkhianat itu tak jadi soal, Michelle Scullys...karena tanpa kami berdua kau juga bukanlah apa-apa di mata sekolah dulu! karena dengan status sosial dan masa lalumu yang buruk itu siapa yang sudi untuk berteman dengan gadis berkasta rendah sepertimu ini?!!" ucapnya keras-keras begitu jelas di telingaku yang kini terasa panas mend
Setelah kepulanganku dari rumah sakit, Tim membujukku agar aku kembali ke villa miliknya. Tentu saja aku tak menolaknya, karena aku tak mau kembali ke flat itu lagi untuk saat ini karena hal itu sangat menyakitkan bagiku dan jika aku berada di sana sekarang aku akan selalu mengingat pengkhianatan dua manusia itu, Matt dan Gillian.Malam itu tak banyak yang kulakukan selain duduk termenung seorang diri di balkon villa yang ada di kamarku lantai dua. Kuambil minuman beralkohol yang ada di bar kecil villa milik Timothy Johnson ini.Entahlah aku tak tahu jenisnya karena ini untuk pertama kalinya aku minum dan rasanya tidak buruk juga. Tim ternyata cukup banyak memiliki berbagai jenis minuman yang berharga selangit ini.Kupandangi gelas berisi minuman berwarna merah maroon itu dengan tersenyum pahit. Tidak buruk juga malam ini, rasa kesepianku ditemani oleh minuman ini. Aku suka rasanya, karena ini membuatku sedikit tenang dan sejenak lupa akan masalah yang ada dalam hidupku selama ini."M
Tak terasa sudah hampir satu bulan kulalui hari-hari bersama dengan Timothy Johnson, kekasihku. Selama itu pun kami banyak menghabiskan waktu berdua walaupun di tengah-tengah kesibukkan Tim sebagai salah satu pengusaha besar dan sukses di Dallas.Kasih sayang yang diberikan Tim padaku begitu berlimpah, aku bukan tertarik pada kekayaannya selama ini namun sejauh ini yang kurasakan perasaan Tim begitu tulus padaku, dan aku dapat merasakan perbedaannya saat aku masih bersama dengan si bajing*n Mattew Steward.Namun menjadi kekasih seorang yang kaya raya tidak ingin membuatku terlena, karena itu aku memutuskan untuk kembali bekerja dan saat ini aku sudah melamar pekerjaan di salah satu perusahaan besar di Dallas, Alden Corporation.Seperti malam itu di villa, kami berdua, aku dan Tim menghabiskan waktu bersama dengan berbaring di sofa besar di dekat ruangan perapian. Dengan penuh sayang ia mengelus rambut kepalaku yang kini terbaring di dadanya yang bidang."Kau yakin akan kembali bekerja
"Aku akan mengajakmu dinner malam ini, Michelle sayang. Kau mau kan?" tanya Tim padaku di sambungan teleponnya malam itu sepulang dari kantor di hari pertamaku bekerja."Hmm, dinner? hari ini kau tidak sedang ulang tahun kan? Aku belum menyiapkan kado spesial untukmu, hihihii," kelakarku."Jika aku ulang tahun memang kado apa yang ingin kau siapkan, honey?" Tim bertanya menggoda."Apa saja yang kau inginkan, aku akan berusaha mengabulkannya," sahutku cepat."Benarkah?? Kalau begitu aku ingin kau selamanya bersamaku, bagaimana apa kau mau?" Tanya Tim dengan nada merayu."Tim! Kau pintar sekali menggombal ternyata!" Protesku malu."Hahahaa, Michelle sayang aku serius." "Sudah lah, kita sambung lagi nanti. Sampai ketemu nanti malam, Tim." Cepat-cepat aku menutup sambungan telepon itu karena rasa malu dan jantungku yang tak bisa berhenti berdebar karena ucapan Tim tadi.Kuhembuskan nafas ini panjang agar jantung ini bisa kembali normal. Tak berapa lama, ada notif pesan masuk di ponsel mi
( POV 3 )"Aku sudah melamarnya, Aidan," ucap Timothy Johnson pada sang adik di sambungan teleponnya pagi itu di ruang kerjanya."Apa kau sudah melamarnya?! Hebat sekali kakakku ini!!" puji sang adik, yang bernama Teddy Aidan Johnson."Lalu apa jawabannya padamu Tim?" Ted bertanya kemudian."Dia ingin bertunangan denganku terlebih dulu, dia tak mau buru-buru menikah karena dia masih trauma dengan hubungan sebelumnya." sahut Tim lirih."Itu tak tak masalah, bukan berarti dia menolakmu kan? dia hanya butuh waktu saja, Tim. Kau jangan terlalu terburu-buru," Ted memberikan dorongan."Ya, kau benar, aku pikir juga begitu, masih banyak waktu untuk kita lebih saling mengenal," ucap Tim."Aku jadi semakin tak sabar bertemu calon kakak iparku ini," goda Ted seraya terkekeh senang."Dia adalah wanita yang mandiri dan luar biasa, Ted," sahut Tim bangga."Aku percaya itu, kalau tidak mana mungkin kakakku yang sedingin es ini bisa tergila - gila padanya, hahaha!" Ted tertawa senang di sebrang sana
Malam ini Tim sengaja memerintah pelayan mansion keluarga Johnson untuk menyiapkan hidangan istimewa sebagai acara penyambutan kedatangan Teddy Johnson dan ia juga menyuruhku untuk datang ke mansionnya. Selama aku mengenal Tim, ini pertama kalinya aku menginjakkan kaki di mansion mewah milik keluarga Johnson. Keluarga Johnson yang ada di Dallas hanya tersisa Tim dan Ted saja, dan mereka berdua adalah pewaris utama dari segala aset peninggalan sang ayah.Namun, hanya Tim Johnson lah yang kini melanjutkan perusahaan, sedangkan untuk Ted lebih memilih menjadi pengacara karena seperti yang Tim katakan padaku semalam, adiknya itu adalah tipe yang tertutup.Dan kini seperti yang telah direncanakan kami berdua menyambut kedatangan Ted di mansion utama.Kulihat Tim begitu antusias menyambut sang adik, aku bisa memahami dan merasakan kasih sayangnya pada adik satu-satunya itu.Saat itu sekitar pukul 8 malam, aku yang sejak tadi tengah duduk di taman mansion, melihat keindahan pemandangan mala