Share

BAB 2- SAKSI MATA PERTAMA

"Tentunya untuk menemui seseorang yang sangat penting. Mari ikut aku!” ajak Tuan Bell.

Lucius menatap Tuan Bell dengan heran. “Siapa yang kau maksud?”

Tuan Bell tersenyum dan menjawab, “Seorang saksi mata yang mungkin bisa membantumu dalam menyelidiki kasus ini. Namanya Nyonya Agnes dari keluarga Rupert. Ya, dia adalah seorang nenek yang tinggal di dekat pemakaman itu. Dia menyaksikan sesuatu pada malam kejadian yang mungkin bisa membantumu.”

Lucius mengangguk dan mengikuti Tuan Bell keluar dari ruangan. Mereka pergi ke mobil Tuan Bell dan pergi ke rumah Nyonya Agnes dari keluarga terpandang, Rupert.

Nyonya Rupert sedang menyiram tanaman anggrek pemberian menantunya yang beberapa kali mengunjunginya sebelum kejadian makam kuno itu terjadi. Suara bel pintu terdengar hingga salah satu cucunya membuka pintu.

Lucius terperanjat dengan sesosok anak kecil yang berumur 5 tahun itu. Dengan sopan, Lucius bertanya pada sang anak,”Nak, apakah ini tempat Nyonya Agnes dari keluarga Rupert?”

Anak kecil itu menatap keduanya dengan tatapan polos dan berkata,“Iya, Paman siapa? Dan mengapa Paman mencari nenek saya?” tanya anak dengan nada suara yang cukup dimengerti Lucius.

Dia menatap atasannya dan kembali meminta ijin pada anak itu untuk bertemu neneknya,”Apakah Paman boleh bertemu dengan nenekmu? Paman ingin menanyakan kabarnya.”

Anak itu mengerti bahwa kedua orang di depannya adalah seorang yang baik,”Mari masuk, Paman. Neneeeek, ada yang ingin bertemu Nenek.” panggil anak itu.

Nyonya Agnes yang sedang asyik menyiram anggrek kesayangannya tersadar bahwa hari di mana dia menelepon polisi kini akhirnya terjawab sudah.

“Neneeeek…” panggil anak kecil itu lebih keras. Nyonya Rupert kemudian meletakkan keran air yang ia gunakan untuk menyiram seluruh tanaman anggreknya lalu menyambut panggilan sang cucu kesayangan.

“Stephanie sayang, Nenek mendengar-” Nyonya Agnes terkejut dan ternganga melihat kedatangan dua orang yang memakai atribut resmi kepolisian. Lucius dan Tuan Bell kembali bertatapan satu sama lain dan menyapa Nyonya Rupert dengan sopan,"Halo, Nyonya Rupert. Kami dari Tim Penyelidikan bermaksud kemari untuk mengetahui kesaksian Anda. Bisakah kita berbicara sebentar?"

“Anda berdua…”

“Kami dari Kepolisian Diagon Alley, Nyonya Rupert.” kata Tuan Bell sambil menunjukkan identitas resminya sebagai Kepala Unit.

"Dan ini anak buah saya, Lucius Damien." Tuan Bell memperkenalkan Lucius pada Nyonya Rupert.

"Senang bertemu dengan Anda, Tuan Bell dan Tuan Damien." Wanita itu mengganggukkan kepalanya sambil memberi kesempatan pada para Tuan Polisi itu duduk,”Silakan duduk dulu. Anda berdua menyukai teh? Kopi? Atau secangkir rosella?”

“Ah, kami tidak akan lama, Nyonya Rupert. Kedatangan kami ke sini untuk menanyakan sesuatu pada Anda terkait masuknya laporan atas nama Anda ke Saluran Siaga kami beberapa waktu lalu.” kata Lucius sopan.

“Ah, aku ingat bahwa tuan rumah harus menjamu para tamunya dengan ramah dan jamuan hangat jadi biarkan aku membuatkan teh rosella hangat untuk kedua tamuku yang terhormat.”

“Ah, Anda sangat baik sekali pada kami, Nyonya. Tidak usah sungkan-sungkan.”

“Itu bukan sebuah masalah, Tuan. Baik, teh sudah siap.” Nyonya Rupert meletakkan nampan berisi dua teh rosella yang harum.

“Silakan diminum, Tuan-tuan.” Tuan Bell dan Lucius merasa tidak enak hati untuk menembak Nyonya Rupert pada point pembicaraan sehingga mereka mengambil momen sejenak untuk menenangkan pikiran mereka yang sedikit mengeras karena kasus makam kuno itu. Setelah meminum sedikit teh buatan Nyonya Rupert, Tuan Bell membuka pembicaraan dengan sebuah pertanyaan interogasi ringan.

“Jadi, bisakah Nyonya menceritakan pada kami tentang apa yang Nyonya lihat pada waktu kemarin?” tanya Tuan Bell pelan.

Nyonya Rupert mencoba membuka kembali ingatannya kala itu lalu membuka kesaksian,“Aku sedang jalan-jalan di makam kuno di wilayah itu kemarin siang. Aku melihat dua orang pria yang berbicara di dekat makam yang sudah lama tidak terpakai itu. Aku tidak merasa curiga pada saat itu. Namun, ketika saya ingin pergi, mereka pergi ke arah yang sama denganku. Aku berjalan lebih cepat untuk meninggalkan mereka, tapi mereka terus mengikutiku hingga ke luar pintu masuk makam,” cerita Nyonya Rupert dengan wajah yang terlihat cemas.

“Apakah mereka mencoba melakukan sesuatu terhadap Anda, Nyonya?” tanya Tuan Bell.

“Tidak, tapi saya yakin mereka memiliki niat jahat. Mereka tampak sangat mencurigakan dan terlihat seperti sedang merencanakan sesuatu,” jawab Nyonya Rupert.

“Lalu di mana Anda ketika saksi mata lain melihat kejadian setelahnya?” tanya Tuan Bell lagi.

“Kejadian apa?” tanya Nyonya Rupert dengan ekspresi bingungnya. Lucius dan Tuan Bell berpandangan satu sama lain.

"Kami juga mendapatkan laporan bahwa ada tubuh tak bernyawa dengan dua titik luka di lehernya." jelas Lucius sambil menunjukkan foto bukti penyelidikan forensik.

Nyonya Rupert tampak terkejut dan mengatupkan mulutnya dengan tangan kanannya,"Ini sungguh mengerikan, Tuan. Saya bahkan belum pernah melihat korban. Tampaknya korban bukanlah orang yang tinggal di daerah kami." katanya sambil menyerahkan lagi gambar bukti forensik pada Lucius.

"Itulah yang ingin kami tanyakan pada Anda, apakah Anda melihat ada sosok lain yang membunuh rekan tersangka setelah Anda memasuki rumah?" tanya Tuan Bell lagi pada wanita lansia itu.

“Tidak, Tuan. Sesaat setelah aku melihat dua orang itu, aku memutuskan untuk tidak berlama di area dekat makam kuno." tandas sang empunya rumah.

Lucius mulai merasakan ada sesuatu yang menarik perhatiannya dari apa yang dikatakan oleh Nyonya Rupert kemudian mencoba membujuk Nyonya itu memberikan informasi yang lebih detail,”Apa yang sebenarnya terjadi, Nyonya? Apakah Anda mengetahui sesuatu terkait makam kuno itu?”

“Karena…aku pernah mendengar bahwa makam itu cukup mengerikan. Selain itu... ” Nyonya Rupert tampak gamang untuk melanjutkan kata-katanya.

Nyonya Agnes Rupert adalah seorang wanita yang sudah berusia lansia dan memiliki penglihatan yang buruk. Tapi meskipun begitu, dia tetap ingat betul apa yang terjadi pada malam kejadian.

Dia menceritakan bahwa dia melihat dua orang yang mencurigakan di sekitar pemakaman pada malam kejadian. Salah satu dari mereka tampaknya sedang menggali kuburan, sementara yang lainnya berdiri menjaga.

Nyonya Rupert terlihat ragu sejenak sebelum akhirnya memutuskan untuk melanjutkan ceritanya. “Aku tidak tahu pasti apa yang terjadi, tapi saat itu aku merasa ada yang tidak beres. Aku melihat kedua orang itu membawa beberapa barang yang terlihat berharga, dan aku merasa mereka bukanlah turis biasa yang hanya berkunjung untuk melihat-lihat.”

Lucius mencatat informasi tersebut di dalam catatannya dan bertanya lagi, “Apakah Anda bisa mengingat tampilan atau ciri-ciri dari kedua orang itu, Nyonya?”

Nyonya Rupert berpikir sejenak sebelum akhirnya menjawab, “Mereka berdua berpakaian hitam dan memakai topeng. Aku tidak bisa melihat wajah mereka dengan jelas, tapi aku ingat salah satu dari mereka cukup tinggi dan kurus.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status