Share

BAB 6-MALAM ITU(1/1)

Meskipun berisiko, Lucius bertekad untuk menyelesaikan penyelidikan ini hingga akhir. Dia tahu bahwa kebenaran itu layak untuk diungkapkan, tidak peduli apa harganya.

Lucius teguh dalam melanjutkan penyelidikannya, meskipun itu menimbulkan beberapa risiko baginya. Dia percaya bahwa penting untuk menemukan kebenaran, bahkan jika melibatkan bahaya atau kesulitan.

Dia berkomitmen untuk mengungkap fakta di balik sebuah kasus atau isu tertentu, dan dia tidak bersedia menyerah meskipun menghadapi tantangan. Keberaniannya mungkin didorong oleh rasa keadilan atau keinginan untuk kebenaran terungkap.

***

Saat interogasi ketiga, Lucius kembali bertanya pada tersangka,“Aku ingin bicara denganmu tentang sesuatu yang serius. Kamu tahu tentang kasus pembunuhan yang terjadi beberapa hari yang lalu, bukan?”

“Ya, aku mendengarnya.” jawab tersangka.

“Baiklah, kami memiliki informasi bahwa kamu memiliki koneksi dengan korban. Dia adalah rekanmu dan kami menemukan foto kalian berdua bersama di ponselnya.”

“Ah, itu hanya foto acak yang kami ambil saat sedang bertemu. Aku tidak memiliki hubungan khusus dengannya.”

“Sayangnya, bukti menunjukkan sebaliknya. Kami menemukan dua titik luka di leher korban, dan aku punya foto bukti.” Lucius menunjukkan foto rekannya yang sudah mati dengan dua titik luka di leher

Pria itu sangat terkejut dan matanya kembali berkaca-kaca sambil berkata,”Be-benar, dia adalah temanku. Kami sudah mengenal satu sama lain.”

***

“Aku harus tanya lebih lanjut tentang hubunganmu dengan korban. Apa yang bisa kamu katakan tentang keterlibatanmu dalam kasus ini?”

“Aku benar-benar tidak tahu apa-apa tentang itu. Aku hanya bertemu dengan dia beberapa kali karena pekerjaan kami…” Tersangka tampak berhenti sejenak. Dia mencoba untuk mencari akta-kata yang tepat untuk menjelaskan perasaannya pada malam di mana rekannya menjadi korban seorang vampir.

“Lalu, apa yang terjadi pada malam itu?” tanya Lucius. Oliver kembali menceritakan bagaimana dia dan kedua rekannya memulai aksi pencurian liontin itu.

"Malam itu... aku dan temanku berniat untuk mengubah masa depan kami masing-masing dengan cara lain." Oliver mencoba membuka lagi ingatannya sebelum kejadian nahas itu menimpa sahabatnya.

-Flashback on-

["Kita harus mencari kuburan kuno ini, itu pasti tempat yang tepat untuk menemukan liontin vampir." kata Oliver bersemangat.

"T-tapi, apakah kita harus melakukan ini di malam hari? Ini sangat berbahaya, Oliver."

"Tentu saja! Kita harus bergerak saat tidak ada orang di sekitar, agar tidak ada yang melihat kita. Dan selain itu, keberadaan liontin ini sangat rahasia, jadi kita tidak bisa hanya pergi ke toko antik biasa untuk mencarinya." potong Oliver cepat.

"Tapi, bagaimana kalau ada penjaga kuburan yang melihat kita, Oliver?"

"Jangan khawatir, kita akan bersembunyi dan menghindari siapa pun yang datang. Kita akan berhati-hati dan tidak akan membiarkan diri kita tertangkap." sergah Oliver meyakinkan temannya.

Pria itu begitu percaya diri dengan rencananya untuk mencuri pendant vampir, sementara temannya merasa waspada dan tidak ingin terlibat dalam tindakan yang berbahaya.

Oliver Brown adalah seorang pencuri berpengalaman yang mencuri barang-barang berharga di berbagai tempat. Suatu hari, ia mengetahui tentang pendant vampir yang sangat berharga dan terkenal, tersimpan di kuburan kuno di luar kota.

Oliver memutuskan untuk merencanakan pencurian tersebut dan berhasil mencuri liontin vampir dari kuburan kuno dengan cara yang licik. Namun, dalam proses pencurian tersebut, Oliver merusak beberapa sakel kuburan secara paksa.

"Hei, aku punya rencana besar. Kita bisa mencuri liontin vampir yang ada di kuburan kuno itu."

"Apa? Kau gila? Itu adalah tempat yang cukup menyeramkan dan dilarang untuk dimasuki. Kau, kau benar-benar gila, Oliver!"

Oliver tampak semakin merasakan energi keberaniannya dan berkata,"Ya, tapi bayangkan berapa banyak uang yang bisa kita dapatkan dengan menjual liontin itu pada pedagang relik. Kita bisa hidup enak selama beberapa tahun ke depan. Ingat, ini uang, teman! Masa depan kita ditentukan pada malam hari ini."

"Ya, tapi bagaimana kalau kita tertangkap?"]

"Lalu apakah ada yang menyuruh kau untuk melakukan itu?" tanya Lucius dengan penuh selidik. Oliver mulai bercerita lagi.

"Seorang pria berbaju parlente mendatangi dengan iming-iming uang tunai dalam jumlah nominal yang cukup besar kepadaku." kata tersangka.

"Kau mengenalnya?" tanya Lucius yang mencatat point petunjuk keterangan tersangka.

"AKU tidak mengenal pria itu, Tuan. Tapi-dilihat dari latar belakangnya,aku menyimpulkan dia adalah yang punya pengaruh kuat."

"OK, ceritakan padaku apa yang terjadi pada malam itu sampai akhirnya temanku ditemukan dalam kondisi tak bernyawa dengan dua titik luka di lehernya?" tanya Lucius lagi yang kembali mencatat petunjuk. Oliver kembali menceritakan kronologi malam itu.

"Malam itu..."

-Flashback on-

["Jangan khawatir, aku sudah merencanakan semuanya. Kita akan masuk pada malam hari dan tidak ada yang akan tahu kalau kita ada di sana."

"Aku tidak yakin tentang ini, Oliver. Ini terlalu berbahaya."

"Jangan pengecut. Kamu bisa meninggalkan aku jika kamu takut, tapi aku akan tetap melakukan rencana ini. Saya akan membutuhkanmu untuk membantu membuka sakel penguncinya."

Setelah berhasil membuka sakel dan peti, Oliver dan rekannya mendapati tubuh Lady Elizabeth yang sudah terbujur kaku dalam balutan gaun abad ke-14. Mereka terkejut dan merasa takut, namun saat melihat pendant vampir yang menghiasi lehernya, mereka langsung melupakan ketakutan mereka dan merasa senang karena berhasil menemukan barang yang mereka cari.

Oliver tersenyum renyah dan berteriak, "Akhirnya kita berhasil menemukan liontin vampir, ini benar-benar luar biasa!"]

-Flashback off-

Lanjut tersangka lagi, "Aku pikir aku akan berhasil keluar dari kejaran vampir itu. Saat itu aku benar-benar mendapatkan harapan karena berhasil menemukan benda yang bisa kujual untuk menyambung hidupku, Tuan."

"Kau bilang David diserang oleh sosok yang kau 'vampir', apa itu benar?" selidik Lucius. Tersangka kembali bergidik ketika mendengar Lucius membahas momen terakhir itu.

"Bisa kau katakan padaku bagaimana situasi terakhir malam itu?" tanya Lucius.

Sambil tertunduk, tersangka kemudian menceritakan saat terakhir mereka menemui kejadian yang mencekam, "Jika aku mengatakan bahwa vampir itu ada, apakah Anda akan percaya dengan keterangan saya, Tuan?"

Lucius terhenti sejenak dan menimpali, "Ya, tentu saja jika kau berkata jujur, aku akan mempertimbangkan keteranganmu, Oliver."

Oliver memutar kedua bola matanya dan menahan rasa tidak nyamannya dengan mencengkeram ujung kain baju tahanannya.

"Ketika aku berhasil mencuri liontin vampir itu, aku tidak menyadari bahwa temanku akan menemui kematiannya dengan cara yang mengerikan..." katanya dengan mata berkaca-kaca.

Rekaman malam itu membuat adrenalin tersangka kembali memuncak dan rasa panik itu muncul lagi.

" Kau baik-baik saja?" tanya Lucius memastikan.

Oliver hanya terdiam dan berusaha menenangkan dirinya," Bisakah Anda tidak membebaskan aku dari tempat ini?"

Sambil menghela napas, Lucius berkata, "Tanpa keteranganmu, aku tidak bisa menyimpulkan kau bersalah atau tidak, Oliver. Pengacara akan melihat hasil interogasi ini dengan sangat teliti. Jadi aku berharap, tolong bantu kami dengan keterangan Anda yang sedetail mungkin sehingga aku bisa mengambil langkah selanjutnya seperti apa. "

" Baik, T-tuan. "

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status