-Flashback on-
[Teman Oliver tampak merasakan sesuatu yang tidak biasa berkata,"Tapi, aku merasa seperti kita tidak seharusnya mengambil ini. Apa yang kita lakukan adalah salah.""Apa yang kita lakukan adalah untuk tujuan yang baik, teman. Kita bisa mendapatkan banyak uang dari barang ini dan itu akan membuat hidup kita lebih baik. Kita tidak membunuh orang untuk mendapatkan sesuatu, bukan?""Tapi, ini bisa membawa bahaya pada kita. Mungkin ada orang yang melihat kita tadi malam.""Jangan khawatir, kita akan berhati-hati dan tidak akan membuat kesalahan. Kita hanya perlu menjual barang ini secepat mungkin dan mengambil uangnya."]-Flashback off-"Apa yang kau lakukan setelah itu?" tanya Lucius pada tersangka."Aku membuka sakel pengunci leher wanita bangsawan yang terletak di dalam peti kubur. Ketika sakel itu terbuka, aku dengan cepat meraih liontin vampir yang ada di dalamnya. Tanpa menghiraukan wanita bangsawan yang terbaring di dalam peti, akupun berbalik untuk pergi dari kuburan kuno."Saat Oliver terfokus dengan liontin itu, tiba-tiba rekan Oliver melihat Lady Elizabeth telah bangkit dari peti dalam keadaan vampir, dengan wajah pucat dan gigi tajam.Rekan Oliver mencoba untuk membangkitkan perhatian Oliver yang terlalu terfokus pada pendant vampir. Dia menepuk-tepuk bahu Oliver, tetapi Oliver tetap tidak bergeming dan masih terpaku pada liontin itu."Apa yang sedang kamu lakukan? Lady Elizabeth telah bangkit sebagai vampir, dan kita harus segera pergi dari sini sebelum terlambat!" sentak temannya. Oliver tidak bergeming. Dia semakin terpana dengan pendant vampir yang berada di tangannya."Cepat, kita pergi dari sini. Tapi ini terlalu berbahaya, Oliver! Kita harus berpikir dengan jernih dan keluar dari sini! Lupakan rencana gila ini. Kau ingin mati konyol di tangan seorang vampir?""Aku tidak akan pergi tanpa pendant ini. Kita harus mengambil risiko untuk sukses!""Lady Elizabeth, dia... dia telah bangkit! Dia berubah menjadi vampir! O-O-Oliver!""Apa?! Tidak mungkin! Kita harus segera pergi dari sini!"Tiba-tiba, Oliver merasakan sesuatu yang aneh. Dia merasakan udara di sekelilingnya menjadi sangat dingin dan suara gemerisik mulai terdengar di telinganya. Dia berbalik dan terkejut melihat wanita bangsawan tersebut bangkit dari peti dan berdiri dengan penuh kemarahan. Wanita itu berkulit pucat, matanya memancarkan cahaya merah yang menakutkan, dan giginya tajam menyeramkan. Dia kemudian menatap Oliver dengan tatapan yang menakutkan dan mengeluarkan suara yang terdengar seperti jeritan dari alam baka.Oliver merasa terpaku dan tidak bisa bergerak. Dia merasakan tubuhnya gemetar dan rasa takut yang tak terkendali memenuhi pikirannya. Dia merasa bahwa dia tidak bisa melawan wanita bangsawan tersebut, yang terlihat sangat kuat dan memiliki kekuatan yang tidak wajar.Ketika Oliver dan rekannya hendak pergi meninggalkan kuburan kuno, tiba-tiba Lady Elizabeth yang telah bangkit dari kematian dengan kekuatan vampir menyerang mereka. Rekan Oliver berhasil disergap dan digigit oleh sang Lady, yang kini menjadi vampir.Oliver berusaha mempertahankan diri dengan sekuat tenaga, tetapi dia juga hampir menjadi korban serangan Lady Elizabeth. Dia menyadari kesalahannya dan menyadari betapa berbahayanya situasi tersebut. Dia mencoba untuk menyelamatkan dirinya dan temannya sebelum terlambat."Kita harus keluar dari sini secepat mungkin! Kita tidak bisa bertarung melawan vampir!""Aku terluka, Oliver. Aku merasa lemah...""Ayo, kita berjuang bersama dan keluar dari sini!"Keduanya berlari keluar dari kuburan kuno sambil dikejar oleh Lady Elizabeth yang telah berubah menjadi vampir. Keduanya mencoba bertahan hidup sambil menghindari serangan sang Lady. Dalam situasi yang sangat kritis, Oliver dan rekannya berhasil kabur dari kuburan kuno dengan selamat meskipun dalam kondisi yang cukup terluka.]-Flashback off-Lucius mengamati dengan seksama setiap keterangan pria itu dan mencatat point penting yangia rasa dapat membantunya menuntaskan kasus liontin yang hilang.“Aku tahu-dia kini berkeliaran di kota Diagon Alley. Aku mohon biarkan aku berada di dalam penjara saja. Wanita itu…wanita itu…” Pria itu tampak ketakutan luar biasa. Dia berusaha menruskan kata-katanya tapi Lucius mengakhiri sesi itu dengan pertanyaan penting.“Hhhh, baiklah. Aku akan membicarakan ini dengan seorang kenalanku. Tapi apakah kau siap dengan keputusan hakim nantinya? Karena dlaam hal ini kau tidak memiliki motif untuk membunuh selain daripada mencuri liontin itu. Di mana kau menjualnya?” tanya Lucius lagi.“Toko Borgins.”***-Saksi Mata Kedua-“Aku masih terguncang hingga saat ini, ketika aku menemukan mayat di sekitar kuburan kuno itu. Pertama kali aku melihat objek itu, aku merasa ada yang salah dan mendekatinya dengan hati-hati. Tapi saat aku menyadari bahwa itu adalah mayat manusia, aku merasa takut dan terkejut. Aku melihat dua titik luka di lehernya dan aku langsung menyimpulkan bahwa itu yang menyebabkan kematiannya.”Saksi mata sedang berjalan di sekitar tempat kejadian ketika tiba-tiba dia melihat sesuatu yang mencurigakan. Dia mendekati benda mencurigakan itu dan diarahkannya lampu penerangan yang berada di dalam genggamannya oleh saksi mata hingga membuat objek yang dicurigai itu semakin terlihat jelas.Setelah memastikan bahwa itu adalah mayat, saksi mata langsung memeriksa kondisi mayat pria itu dengan hati-hati. Dia melihat dua titik luka di leher korban dan menduga bahwa itu adalah luka yang mengakibatkan kematian. Saksi mata merasa sangat terkejut dan ketakutan melihat mayat rekan kerjanya dalam kondisi seperti itu.Saksi mata terkejut dan merasa shock melihat mayat rekan Oliver dengan dua titik luka di leher.Saksi mata langsung memanggil polisi dan memberitahukan lokasi kejadian serta kondisi mayat pria malang itu.Polisi segera datang ke tempat kejadian dan melakukan penyelidikan.Saksi mata memberikan keterangan kepada polisi mengenai apa yang dia lihat dan melaporkan bahwa dia tidak melihat siapa yang melakukan hal tersebut.Polisi melakukan pemeriksaan lebih lanjut pada mayat pria yang merupakan rekan tersangka interogasi dan mengumpulkan bukti-bukti di sekitar tempat kejadian.Polisi juga melakukan wawancara dengan orang-orang yang berada di sekitar tempat kejadian pada saat kejadian terjadi.“Halo, apa kabar?”“Hai, Lucius. Ini aku, John. Ada kabar baru tentang kasus mayat yang ditemukan di kuburan kuno.”“Oh, ya? Apa kabar terbaru?” tanya Lucius.”Jadi, kami sudah melakukan pemeriksaan forensik pada mayat itu dan menemukan beberapa fakta menarik. Pertama, luka di leher rekan Oliver diakibatkan oleh tusukan yang tajam dan dalam. Kami menemukan bekas tusukan yang sangat mirip dengan senjata tajam seperti pisau. Tapi ini aneh, Tuan Damien. ” Tim Forensik A menyugarkan rambutnya ke belakang."Tunggu, kau yakin itu akibat benda tajam? Mengapa ada titik dua luka di leher korban?" potong Lucius dengan teliti."Apakah ada luka lainnya seperti luka lebam akibat benturan atau pukulan benda tumpul?" tanya Lucius.“Tidak, kami juga menemukan beberapa memar pada tubuhnya. Mungkin sedikit terbentur oleh sisi peti tapi-"Lucius mengamati kondisi tubuh pria malang yang tak bernyawa itu.(Ini luka apa?)Jasad pria malang yang ditemukan di area pemakaman Diagon Alley itu kini berada di ruangan forensik. "Bagaimana hasilnya, Dokter Raiwin?" Dokter Raiwin kemudian menjelaskan, "Saya sudah memeriksa kondisi korban dan ini membuat saya ingin tahu mengapa dua titik luka ini mampu membunuh seseorangdalam waktu cepat. Logikanya, seseorang bisa kehilangan banyak darah hingga membuat gagal napasdan jantung berhenti berdetak. Itupun membutuhkan waktu yang memakan beberapa menit. "Dengan hati-hati Lucius menggunakan sarung tangan lateks dan mencoba menyentuh titik luka itu. (Dua titik luka ini seperti-) Lucius mengernyitkan kedua alisnya. Ia mencoba mencerna kategori luka yang ia temukan pada korban bernama David. "Apakah kau sudah memeriksa luka lainnya?" Tim Forensik B mengatakan bahwa tidak ada luka yang seperti ini. John Mayer menandaskan bahwa ini kejadian di luar nalar,"Jika ini luka gigitan binatang buas, tidak mungkin kondisi jasad masih utuh. " "Aku tak percaya vampir mampu melaku
-Saksi Mata Kedua- “Aku masih terguncang hingga saat ini, ketika aku menemukan mayat di sekitar kuburan kuno itu. Pertama kali aku melihat objek itu, aku merasa ada yang salah dan mendekatinya dengan hati-hati. Tapi saat aku menyadari bahwa itu adalah mayat manusia, aku merasa takut dan terkejut. Aku melihat dua titik luka di lehernya dan aku langsung menyimpulkan bahwa itu yang menyebabkan kematiannya.” Saksi mata sedang berjalan di sekitar tempat kejadian ketika tiba-tiba dia melihat sesuatu yang mencurigakan. Dia mendekati benda mencurigakan itu dan diarahkannya lampu penerangan yang berada di dalam genggamannya oleh saksi mata hingga membuat objek yang dicurigai itu semakin terlihat jelas. Setelah memastikan bahwa itu adalah mayat, saksi mata langsung memeriksa kondisi mayat pria itu dengan hati-hati. Dia melihat dua titik luka di leher korban dan menduga bahwa itu adalah luka yang mengakibatkan kematian. Saksi mata merasa sangat terkejut dan ketakutan melihat mayat rekan kerj
“Seperti yang kami sampaikan sebelumnya, kami menemukan sehelai kain putih yang kemungkinan berasal dari baju korban di dekat mayat.” kata anggota tim Forensik A. “Baik, tolong ambil sampel dari kain tersebut dan kirim ke laboratorium.” pinta Lucius. “Apa lagi yang ditemukan?” tanya Lucius lagi. “Kami juga menemukan jejak sepatu di dekat mayat. Sepatu ini memiliki pola khusus dan kami akan mencocokkannya dengan database jejak sepatu untuk melacak pemilik sepatu tersebut.” “Bagus, terus cari petunjuk lainnya. Ada yang melihat kejadian ini?” Lucius mengarahkan pandangannya ke segala arah. “Ada saksi mata yang menemukan mayat pria malang ini. Dia sudah kami wawancarai dan memberikan beberapa petunjuk yang berguna.” jelas anak buah Lucius yang saat itu berada di titik kejadian perkara. Lucius melihat saksi mata perempuan itu dan bertanya pada rekannya, John Mayer, “Siapa saksi mata tersebut dan apa petunjuknya?” John menjelaskan, “Saksi mata itu bernama Maria. Dia mengatakan bahwa d
Lucius merasa ada kecocokan antara keterangan beberapa penduduk dengan keterangan Nyonya Rupert dan Nona Maria. Dia memutuskan untuk kembali ke rumahnya sejenak untuk memikirkan kembali langkah apa yang harus dia lakukan selanjutnya.Setelah sampai di rumahnya, Lucius duduk di ruang kerjanya dan mulai merenung. Ia memikirkan kembali semua bukti dan keterangan yang telah ia peroleh. Lucius sadar bahwa dia memerlukan waktu untuk memilah dan memproses semua informasi yang telah diperolehnya sebelum melanjutkan penyelidikan.Lucius kemudian membuka catatannya dan mulai menulis ulang semua informasi yang ia dapatkan. Ia mencoba untuk mengaitkan semua bukti dan keterangan yang ia miliki untuk mencari pola.Hanya saja, keningnya berkerut memikirkan kasus aneh ini. (Siapa pelakunya?) Esoknya tim Lucius berusaha memeriksa catatan pengunjung toko milik Tuan Borgins dan menemukan informasi bahwa ada salah satu pemuda yang sempat menjual benda relik pada malam ditemukannya jasad pria malang ber
Pada saat itu, Oliver Brown, seorang pemuda tuna wisma, datang menghadap pengusaha tersebut untuk membahas tentang sebuah artefak kuno yang berasal dari abad 14 yang baru saja ditemukan. Pendant itu diyakini memiliki kekuatan untuk mengendalikan para vampir dan mengubahnya menjadi budak. "Liontin ini sangat berharga, kita bisa menguasai seluruh kota Diagon Alley dengan kekuatan ini," kata pengusaha tersebut dengan penuh semangat,”Tapi kau harus berani mengambilnya di sebuah makam kuno milik bangsawan terkemuka di abad 14, Tuan Brown.” Oliver Brown menatap pengusaha itu dengan tatapan nanar,”Apakah Anda bisa menjamin saya tidak akan berurusan dengan pihak kepolisian? Jika ya, maka saya akan mengambil pendant yang Anda maksud di sebuah makam kuno yang saya ketahui cukup membuat nyali Anda ciut setelah Anda mengetahui siapa pemiliknya.” “Ya, saya memiliki jaringan keamanan untukmu, Anak Muda!” kata pengusaha itu dengan tatapan tajam. “Dan ingat, di sini uanglah yang dapat berbicara ap
-Pengakuan Tersangka- "Semuanya dimulai ketika saya lewat di dekat kuburan pada malam hari. Saya mendengar suara seorang wanita yang memanggil saya. Saya berbalik, tapi tidak ada siapa-siapa di sana. Suara itu terus menjadi lebih keras dan lebih insisten sampai akhirnya saya melihatnya. Dia adalah sosok hantu, berpakaian putih, dan dia menuntut agar saya mengembalikan kalungnya yang saya ambil dari makamnya." *** Oliver Brown adalah seorang pemuda miskin yang tinggal di sebuah tuna wisma di kota kecil. Dia memiliki pekerjaan sambilan sebagai pelayan di restoran setempat untuk menghidupi dirinya sendiri. Oliver bangun pagi-pagi buta untuk mempersiapkan diri dan pergi ke restoran untuk bekerja. Dia biasanya bekerja hingga larut malam dan setiap hari pulang dengan uang yang cukup untuk makan dan membayar sewa tempat tinggalnya. Suatu hari, ketika Oliver sedang pulang dari bekerja, dia dihentikan oleh seorang pria tua yang menawarkan untuk membeli pendant yang bernama vampir dari lela
"Itu bukan masalah, Oliver. Hanya saja firasatku mengatakan hanya kau yang bisa-" David terhenti sejenak. Sebuah perasaan gamang dirasakannya lebih dalam. David kembali memastikan niat Oliver hari itu, "Kau yakin akan membuka sakel itu?Membuka sakel dari sosok yang dipercaya para penduduk sebagai vampir tidak semudah kita mengelas besi, Oliver. Pikirkan lagi bila ingin bermain nyawa. " "Hei, ada apa dengan kepalamu, Teman? Apakah bir sudah membuatmu semakin bodoh sehingga kau sudah tidak menginginkan uang?" tanya Oliver jengah sedikit. David tahu bahwa Oliver adalah tipikal orang yang 'kurang perhitungan'. "Aku hanya tidak ingin bermain dengan nyawa jika kau membuat sebuah kesalahan." kata David. Dia tampak kewalahan menghadapi sifat keras kepala seorang Oliver Brown yang mudah tergiur oleh berbagai tawaran menyangkut 'kebebasan finansial'. "Sakel itu adalah penanda khusus di abad ke-14, Oliver." tandas David. "Lalu?" tanya Oliver sedikit meremehkan 'isi otak' David. David kemba
Sebuah suara robekan dari objek tajam mengoyak leher David yang meronta DENGAN keras. Berusaha membebaskan diri dari cengkeraman Sang Lady yang kini menjadi vampir.Namun, ia merasa terhenti oleh kekuatan magis yang terasa begitu kuat dan menghalanginya untuk mendekati lebih dekat. Ia tidak bisa melakukan apa-apa selain menyaksikan Sang Lady Vampir menyeret David ke dalam kegelapan. Oliver merasakan adrenalinnya meningkat tajam ketika ia melihat temannya ditarik oleh Sang Lady Vampir dengan kekuatan sihirnya. Ia berlari mendekati mereka dengan kecepatan penuh, mencoba untuk menyelamatkan David dari cengkeraman Sang Lady Vampir.David merasa panik dan takut ketika Lady Celeste menghisap darahnya tanpa ampun. Ketika ia memanggil nama Oliver Brown, suaranya penuh dengan ketegangan dan ketakutan. Mungkin ada rasa putus asa dalam suaranya, karena David merasa terjebak dalam situasi yang mengerikan dan tidak tahu harus berbuat apa. Kemungkinan ia juga merasakan rasa sakit yang hebat ketika