Share

Chapter 2

Lengah-nya jalanan malam ini, membuat mobil Ford Mustang Bullitt itu melesat laju tanpa hambatan melewati beberapa bangunan tua yang menghiasi jalanan kota Quebec.

Tidak butuh waktu lama, mobil Randika kini memasuki gerbang area Mansion dimana keluarga Garrett tinggal. Mansion dengan struktur bangunan segi empat yang didesain ala bangunan-bangunan mewah di Prancis itu terlihat sepi karena separuh dari penghuninya sudah terlelap.

Randika memarkir cepat mobil kesayangannya di garasi Mansion. Dia ingin segera membersihkan tubuhnya yang sudah terasa sangat lengket. Namun, ketika hendak turun dari mobil, netra Randika tidak sengaja melihat kotak makan berwarna hitam yang dititipkan mama-nya untuk diberikan kepada Arumi. Sekilas terngiang ocehan panjang Jenny membuat dia memijat keras dahinya.

"Dia akan kelaparan di sana Ran? Apartemen itu sudah lama dia tinggalkan. Tidak mungkin ada makanan yang tersisa di sana."

"Shit, Bagaimana bisa aku melupakan ini."

Randika, mengambil ponsel nya dan mencari nomor sekretaris pribadinya itu untuk segera menghubunginya. Namun setelah beberla kali terdengar nada masuk, dengan buru-buru dia mematikan panggilannya.

"Shit, untung saja belum diangkat. Jika Rilan tahu Arumi kabur, dia akan menyalahkan ku dan memaksa untuk menemani dia di Apartemen." Randika membuang napas kasar memikirkan hal buruk yang akan menimpanya nanti saa Rilan tahu.

"Gadis yang sangat merepotkan. Untuk apa dia harus kabur. bukankah lebih baik dia diam di rumah saja,"

Randika benar-benar kesal. Dia berada pada pilihan yang membingungkan. Rasa egois yang tidak ingin terlihat sedang mengkhawatirkan orang lain membuat dia susah berkomunikasi dengan Arumi. Apalagi sejak gadis itu datang kerumahnya, Randika selalu memberikan sikap dingin dan cuek padanya, hingga membuat mereka kerap bertengkar. Jarang saling kedua orang itu bertegur sapa. Dan sekarang jika tiba-tiba Randika datang membawa kotak makan ini, entah apa yang akan dipikirkan gadis keras kepala itu padanya.

"Argh ... terserahlah. Yang terpenting, kotak makan ini sampai pada Tuannya." Segera dia menekan tombol dan menghubungi sekretaris pribadinya itu kembali.

.

.

00:25 Circa Condos old Quebec.

Ding ... Dong ....

Suara bel Apartemennya berbunyi, dahi Arumi berkerut dengan mata setengah terpejam, ujung netranya melirik lurus ke arah jam dinding kamarnya. 00:25. "Ini sudah sangat larut. Siapa yang datang di jam seperti ini?" batinnya.

Ding ... dong ....

Bel kembali berbunyi, dan terus berulang hingga membuat Arumi dengan terpaksa harus berjalan membukakan pintu.

"Argh ... siapa yang terus menekan bel." Tubuh Arumi sangat lemas karena lapar dan juga mengantuk hingga membuat dia tidak sanggup untuk bangkit. Namun bel berbunyi terus menerus hingga memaksa gadis bermanik cokelat itu harus menuju pintu untuk melihat siapa yang datang.

Un instant, (Sebentar,)" ucap Arumi mengusap-usap kedua matanya yang masih terasa berat untuk terbuka.

Cklak ....

Dan ketika pintu itu terbuka, tampak di depannya seorang pria dengan pakaian serba hitam dari atas kepala hingga kaki. Tak lupa dengan kotak makan kecil yang dia pegang pada tangan kanannya. Namun, karena posisi tubuhnya membelakangi, Arumi jadi tidak bisa melihat wajah dari pria berpakaian serba hitam tersebut.

"Desole qui est-ce? (Maaf ini siapa?)" tanya Arumi dengan suara serak khas orang yang baru bangun tidur.

Mata Arumi seketika membulat, saat pria dengan pakaian serba hitam itu berbalik. wanita itu menatap manik hitam di depannya dengan ekspresi yang sangat kaget.

"Kau!"

"Ekspresi mu sangat berlebihan, kau seperti sedang melihat hantu."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status