Share

Chapter 6

Randika melajukan Mobil nya sedikit lebih cepat, rasa lapar kini menghantuinya. Dia tidak sempat makan apa-apa di rumah tadi karena niatnya memang akan sarapan bersama Arumi. 

Tidak butuh waktu lama, Mobil Sport hitam miliknya kini sudah memasuki area parkir sebuah kafe. Namun gadis yang sedari tadi mengoceh itu malah terlelap.

Randika mengamati wajah polos gadis yang akan menjadi tunangannya itu. Rasanya sangat tidak mungkin, gadis yang sudah dianggap seperti adiknya ini akan menjadi istrinya. Apalagi jika dia harus melakukan adegan ranjang bersama Arumi.

Memikirkan adegan ranjang, tiba-tiba saja pikiran Randika bergerilya. Entah setan apa yang menghampirinya hingga membuat dirinya tidak bisa menahan hati untuk segera mencicipi bibir ranum gadis yang tertidur di depannya.

Akhirnya, dengan segala gairahnya. Satu kecupan mendarat cepat pada bibir Arumi. Gadis itu sedikit bergeliat saat bibir keduanya mulai terpaut. Namun bukannya terbangun Arumi malah tersenyum hingga membuat Randika mengembangkan separuh senyumnya.

"Kau lebih baik jika menjadi gadis pendiam seperti ini."

Randika menyingkirkan rambut yang menutupi wajah Arumi, merasakan hembusan napas Arumi saat tertidur. Tiba-tiba dia merasa de javu. Dia menahan napasnya dan menjauh dari Arumi.

"Apa yang terjadi. Apa aku menciumnya? Aku mencium Adikku sendiri. Oh my God." Randika menyeka wajahnya kasar. "Ini gila!"

Randika menggodok tengkuknya dengan napas memburu, dia menyesali dirinya yang tidak bisa menahan gairahnya untuk tidak menyentuh Arumi.

Dan gadis itu dia mengerjap kaget saat hentakan pintu mobil hingga membuat dia terbangun dari mimpi indahnya.

"Membuat orang kaget saja."

Arumi bergegas keluar untuk menyusul Randika. Namun, saat hendak melangkah matanya melebar, ternyata Randika mengajaknya ke sebuah kafe.

"Cepatlah, aku sudah sangat lapar.

"Cih ... menyebalkan."

"Kenapa kita tidak sarapan di rumah saja."

"Makanan dan minuman di sini terbaik kau pasti akan ketagihan."

Sebenarnya tidak juga, Randika sengaja menyuruh Brian menyiapkan sarapan untuknya dan Arumi, karena ingin menghindari pertemuan dengan Ayahnya pagi ini. Mereka akan kembali jika Ayahnya sudah berangkat ke kantor. 

"Tempat apa ini?" tanya Arumi saat memasuki kafe miliki Brian.

"Tempat untuk bersenang-senang."

"Apa kau tidak bisa menahan gairah mu sehingga membawa ku ke tempat seperti ini? di sini terlihat seperti sebuah klab malam." 

"Apa kau sedang menggodaku," tanya Randika dengan perangai menggoda.

"Tidak."

"Aku hanya bertanya tapi kenapa Pria Robot ini malah mengira aku sedang menggodanya," Batin Arumi.

"Sepertinya kau sangat menginginkan ku?" 

"Aku ... menginginkan mu? Huh, jangan mimpi."

"Benarkah."

"Tentu saja."

"Kalau begitu boleh-kah aku mencobanya?"

"Maksudmu?"  

"Hanya ingin mencoba, " ujar Randika menatap lekat wajah Arumi.

"Mau apa kau!" Arumi menyilangkan tangan saat Melihat tatapan Randika yang seolah ingin melahabnya.  

Randika menyeringai. Tangannya menangkup kedua sisi pipi Arumi dan dengan cepat melayangkan ciuman ke bibir mungil Arumi.

"Ini baru yang namanya menggoda," ujar Randika dengan tertawa terbahak-bahak.

"Randika!"

Arumi berteriak dengar keras. Tangannya mengibas-ngibas memukul ke segala arah untuk bisa melepas wajahnya yang didekap oleh Randika.Bahkan mulutnya ikut mengutuki kelakuan tidak senonoh Pria yang katanya adalah kakak angkatnya itu.

"Kau menyebalkan! ah tidak! ciuman indah ku!" jerit Arumi mengusap kasar bibirnya agar bekas ciuman Randika menghilang dan menyisahkan ciuman mimpi indahnya tadi.

"Apa sebegitu nikmatnya ciuman ku hingga kau menyebutnya ciuman indah?"

"Memangnya siapa yang menikmati berciuman dengan mu berengsek! karena ciuman mu tadi, Ciuman dalam mimpi indahku terhapus," sela Arumi mengepalkan tangan.

"Gadis bodoh, kau berani menyesali ciuman dari ku. Diluar sana banyak wanita yang menginginkannya, memang siapa Pria dalam mimpi mu yang berani mencium mu tadi ha, siapa?" tanya Randika pura-pura marah.

Raut wajah Arumi tiba-tiba berubah, dia sedikit berfikir tentang ucapan Randika tadi.

"Benar, siapa pria yang mencium ku di dalam mimpi tadi? ah bodohnya kau Arumi, wajah saja tidak bisa kau ingat. Apalagi namanya. aishh. Ini karena Pria Robot ini, kalau saja tadi tidak terbangun, mungkin wajahnya bisa aku ingat. Ah pangeran tampanku," batin Arumi. 

"Siapa?" tanya Randika lagi pura-pura penasaran.

"Apa aku harus memberitahukan namanya untuk mu?" tanya Arumi yang belum juga sadar jika ciuman indahnya tadi bukanlah mimpi, melainkan kenyataan.

"Harus ...!" jawab Randika tegas.

Harus Arumi, aku ingin tahu apakah wajahku yang terlihat di sana atau bukan. Cepat katakan. Batin Randika

"Tidak perlu. Itu adalah rahasia mimpiku, untuk apa kau ingin tahu," jawab Arumi kesal. 

"Ya sudah jika tidak mau. Tapi aku tahu itu siapa?"

"Apa!!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status