Share

Chapter 5

Pria bermanik hitam itu menikmati minumannya tanpa di temani siapa pun. Hanya ada dua orang bartender yang berada dibalik meja pelayanan. Bahkan pengunjung pun tidak di perbolehkan untuk masuk ke sana.

"Camilla, Penelope, Camilla, Penelope."

Brian mengesap wiskinya sampi habis. Mengacak sekilas rambutnya yang lebat hingga terlihat berantakan. Dasi yang dia gunakan pun ditarik begitu saja.

"Dimana kau Camilla, kenapa kau sama sekali tidak memberi kabar padaku." Brian mendengus kesal, sudah 2 bulan berlalu dan wanita itu sama sekali belum memberi kabar untuknya.

"Sepertinya akan ada pesta di sini" ejek Samuel yang tiba-tiba saja muncul.

Dia memberi kode kepada seorang bartender untuk membawakan minuman dan kemudian bergabung bersama Brian. 

"Sedang apa kau di sini."

"Gedung ini milikku. Aku bebas berada dimana pun."

Brian terkekeh. Pusing kepalanya membuat dia lupa kalau ini adalah bar mini milik sahabatnya

"Apa ada masalah?" tanya Samuel dengan mata bergerilya

"Kau bicara padaku tapi matamu ke mana-mana."

"Aku mencari para wanita penghibur yang selalu kau tarik untuk menemani kesendirianmu. Tapi di mana mereka?" ucap Samuel masih mencari.

"Berengsek!"

"Aku serius."

Samuel tahu betul, semenjak di tinggal pergi oleh kekasihnya, kedatangannya adalah kegembiraan banyak wanita. Mereka akan berlomba-lomba untuk mendekati Brian untuk bisa menaklukannya. 

Siapa pun wanita yang beruntung itu, dia akan menikmati malam yang indah bersama Brian. Namun, kali ini tampaknya sedikit berbeda. Dari tampilannya dia sedang memikirkan hal yang berat

"Aku sedang tidak ingin ditemani siapa pun. Pikiranku sedang kacau."

"Apa belum ada kabar tentang keberadaan Camilla?"

Brian menggeleng. "Dia sama sekali tidak terlihat di manapun."

Brian sedikit mengerutkan kening. "Kau sudah memastikan di semua tempat yang biasa dia kunjungi, sahabat-sahabatnya?" 

"Mereka juga tidak tahu.."

"Ada Apa dengannya, Apa kalian bertengkar sebelum dia pergi?"

"Tidak, kami baik-baik saja. Dia mengatakan akan kembali setelah 1 bulan, dan ini sudah bulan ke 3 Sam, apa menjadi seorang model harus melakukan pemotretan selama ini" ucap Brian dengan nada bergetar.

Mata Brian yang berkeliaran kini berganti fokus pada sahabatnya. Ucapannya seakan menghipnotis Brian untuk tetap melihatnya. "Kau yakin hubungan kalian baik-baik saja sebelum dia pergi."

"Apa aku terlihat sedang bercanda?" teriaknya. "Dan kini bahkan masalah baru muncul lagi."

Dia kembali teringat, beberapa hari yang lalu, saat ayahnya mengatakan tentang perjodohan. Awalnya Randika benar-benar geram, marah, dan dengan tegas menolaknya. Gadis yang dijodohkan oleh ayahnya itu adalah anak titipan dari mendiang sahabatnya. Dan Arumi, meskipun sering sekali mereka bertengkar. Gadis itu bahkan tidak dia anggap sebagai adik sendiri.

"Masalah apa lagi?"

"Daddy memaksa untuk menjodohkanku dengan Penelope."

"What?"

"Aku hampir gila memikirkannya."

"Kau bisa menolaknya bukan."

Brian menggeleng." Itu tidak mudah, Penelope memberi waktu 1 bulan untuk menemukan Camilla, jika dia tidak kembali padaku maka pilihannya aku harus mau melanjutkan perjodohan dengan Penelope."

"Kau Gila ... Mana bisa kau menikahi adikmu sendiri, ini pernikahan, bukan sedang berkompetisi," teriak Samuel.

"Dia bukan adik ku bodoh!"

"Ku pikir Ayahmu sudsh mengadopsinya."

Pemilik manik hitam itu meraih botol minuman dan meneguknya sampai habis. Dia berusaha bersiap tenang, tetapi sepertinya semua piliha terasa berat untuk dia jalani.

"Aku bingung, apa aku harus tetap menunggu Camilla, atau kah aku harus menerima perjodohan yang di inginkan Daddy. Benar-benar membuat ku semakin gila."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status