Share

Chapter 3

"Kau!"

"Ekspresi mu sangat berlebihan. Kau seperti melihat hantu."

"Yah ... Kau memang seperti hantu. Kadang Kau muncul dan kadang Kau menghilang," decak Arumi memutar kedua bola matanya.

Randika terkekeh "Aku tidak menghilang. Hanya kembali ke kantor, istirahat dan sekarang datang di depanmu," ujarnya santai.

"Apa Kau Robot bucin?"

"What ...! Robot bucin? Apa itu sejenis Robot tampan dan bergairah seperti ku?" tanya Randika tersenyum sambil mengedipkan mata.

"Apa Kau hidup di jaman batu Tuan Muda Randika Garrett. Robot bucin itu artinya Robot budak cinta. Apa kau mengerti apa itu budak cinta? seseorang yang rela melakukan hal bodoh untuk sang pujaan hati, seperti dirimu sekarang ini," terang Arumi panjang lebar.

"Hentikan omong kosongmu itu. Siapa yang sedang menjadi Robot bucin di sini."

"Tentu saja kau ...." sela Arumi.

"Aku?"

"Ya, kau. Kemarin, saat Om dan Tante meminta kita untuk bertunangan, kamu menolaknya dengan keras. Dan entah angin apa yang masuk ke dalam tubuh kekarmu ini, tiba-tiba saja Kau datang dan mengatakan akan menerima ku sebagai calon istrimu. Setelah itu, kau pergi begitu saja dan sekarang kau malah datang di jam seperti ini. Apalagi kalau bukan Robot bucin," ucapnya dengan sekali tarikan napas.

"Apa sudah selesai bicara Nona Arumi?"

"Yah."

"Kalau begitu ambil ini." Randika memberikan kotak makan yang di titipkan mamanya untuk dibawakan pada Arumi tadi.

"Apa ini?" tanya Arumi.

"Makanan. Apa hidung mu tidak bisa mengendus," jawabnya kasar.

"Tentu saja bisa. Fungsi hidungku masih bagus," cicit Arumi kesal.

"Sudahlah, aku harus pergi. Bawa masuk kotak makan ini, dan habiskan semua isinya. Makan sekenyang mungkin agar pikiran kotor mu itu hilang. Kata pepatah, orang akan berfikir aneh jika mereka lapar," ucap Randika sedikit menekan pada kata lapar.

Amira mencibir kesal, ucapan Randika seakan menyindirnya. Pada kenyataannya dia memang sangat lapar sekarang. Ia mengangkat kedua tangannya dan mengambil kotak makan yang disodorkan Randika.

"Besok, aku akan menjemputmu untuk kembali ke Mansion. Jangan membantah, turuti saja kata-kataku," tegas Randika.

Arumi menggeleng memasang wajah masam dan berkata. "Aku belum ingin kembali."

"Lihat, kau bahkan berani membantah calon suamimu."

"What! calon suami?"

Dan belum sempat Arumi melanjutkan ucapannya, Randika dengan cepat sudah menyelah.

"Masuklah, diluar sangat dingin. Kau bisa masuk angin nanti. Dan ini sudah sangat larut. Jika aku masih tetap di sini, apa kata tetangga nanti. Kau sendirian bukan, jika seorang Pria datang bertamu di jam seperti ini, orang akan mengira kau bukan wanita baik-baik."

"Kau menyindirku?"

"Tidak!"

"Tapi ucapan mu tadi seperti menyindirku."

Pria bermanik hitam itu menatap Arumi tajam seakan ingin menerkamnya. "Kau selalu saja ingin berdebat denganku gadis pembangkang."

"Itu karena kau yang memulainya."

Randika merasa terganggu dengan ucapan Arumi, dia menegakkan kepala dan kembali memberikan tatapan tajam." Masuklah Nona. Dan ingat jika Mom dan Dady bertanya, katakan semua baik-baik saja."

"Baiklah ... hati-hati Tuan Robot."

"What?" Randika berbalik. "Kau memanggilku apa?"

Arumi tidak menjawab. Dia malah memberikan setengah senyum untuk mengimbangi tatapan mata hitam Randika yang membuat jantungnya berdetak kencang, lalu berbalik masuk menutup pintu dengan keras.

Bruak ....

"Ada apa denganmu Arumi." gadis itu menggeleng. "Tidak ... tidak ... tidak .... Jangan sampai itu terjadi."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status