Sementara itu, Yusuf berusaha mengejar Audy untuk mencari tahu alasan di balik surat gugatan cerai tersebut. Dia berharap bisa menyelesaikan masalah ini dengan baik dan menemukan jalan keluar yang terbaik bagi semua pihak yang terlibat. "Audy plis... Angkat panggilannya mas sayang, mas mohon sayang. Bukankah kau sudah mengatakan akan menerima pernikahan kedua mas ini? Kenapa sekarang kau memberikan kejutan ini, sayang, " gumam Yusuf seraya terus mengejar mobil Audy dan Pak Paloh. Dalam keadaan yang sulit ini, Yusuf dan Syifa harus menghadapi kenyataan bahwa pilihan mereka telah membawa konsekuensi yang tidak mereka duga. Mereka harus belajar dari kesalahan mereka dan berusaha memperbaiki hubungan mereka, baik dengan Audy maupun dengan para undangan yang hadir di pernikahan mereka.Tanpa Yusuf sadari mereka sudah masuk ke dalam halaman rumah Audy. "Audy, sayang.... Tunggu, mas ingin bicara, " ucap Yusuf yang hendak ingin meraih tangan Audy, namun Pak Paloh segera menepis tangan Yusuf
"Yusuf, apakah kamu baik-baik saja, Nak?" tanya ibunya dengan cemas."Mas, mengapa kamu malah pergi dan mengejar dia? Bukankah akan lebih baik jika dia meminta cerai darimu, sehingga kamu bisa menikahi aku secara sah, baik agama maupun negara, Mas," ucap Syifa. Wajah Yusuf terlihat begitu lesu, ia duduk tanpa menjawab pertanyaan mereka semua. Apalagi wajah ibu Syifa yang mulai terlihat tidak nyaman. ***Audy menatap seluruh ruangan yang penuh dengan kenangan antara dirinya dan Yusuf. Sungguh sangat sakit untuk tetap tinggal di rumah yang penuh dengan kenangan indah, namun nyatanya malah membuat hatinya hancur.Tiba-tiba, dering ponselnya membuat Audy sadar dan segera menghapus air matanya yang tanpa ia sadari sudah mengalir deras.Audy terkejut melihat nama yang tertera di panggilan itu."Kakak..." seru Audy, dengan segera ia langsung mengangkat panggilan itu. "Assalamu'alaikum, kak. " "Waalaikumsalam, Audy. Turunlah! Kakak ada di bawah sekarang, " ucap sosok yang Audy panggil kak
Yusuf tampak enggan menjawab pertanyaan yang diajukan Syifa dan ibunya, bahkan Yusuf tampak merenung memikirkan apakah apa yang adiknya katakan itu benar."Yusuf, kenapa kau hanya diam?! Jangan bilang apa yang mereka katakan itu benar, Yusuf?!" tanya ibunya mendesak."Bisakah kalian diam, tidak! Apakah kalian tidak berpikir, saat ini bukanlah itu yang harus kalian pertanyakan?" ujar Yusuf dengan lantang, membuat Syifa dan yang lainnya terperanjat kaget.Yusuf kemudian mendesis, "Apa kalian tidak memikirkan bagaimana kita bisa menghadapi situasi ini, bukan hanya fokus pada apakah apa yang dikatakan benar atau tidak? Kita perlu mencari solusi, bukan sibuk menyalahkan atau mencari siapa yang benar dan siapa yang salah." Ucapannya tersebut membuat ruangan terdiam, semua orang tampak merenung mencerna apa yang baru saja Yusuf katakan. "Audy saat ini benar-benar marah, dan semuanya tidak akan baik-baik saja," ucap Yusuf dengan berusaha tetap tenang."Yusuf, mungkin Ayah dan Ibu akan menemu
"Syifa, bisakah kau tidak berbicara terus? Aku sedang mengalami kesulitan tapi kau malah berkata-kata tanpa henti layaknya burung beo. Sebagai wanita yang sholehah, seharusnya kau bisa memahami keadaan suamimu," ujar Yusuf dengan rasa kesal, terdengar bagai letupan emosi dalam suaranya, kepada istri keduanya, Syifa.Syifa merasa tersinggung oleh kata-kata Yusuf yang menuduhnya tidak mengerti atau menghargai keadaannya. "Bukan begitu, Mas. Aku merasa terluka ketika adikmu mengatakan bahwa semua biaya keluargamu ditanggung oleh Audy. Terdengar seolah-olah kau tidak memiliki tanggung jawab terhadap keluarga kita," seru Syifa sambil duduk di samping Yusuf, yang kini memijat pelipisnya mencoba menghilangkan rasa sakit akibat begitu banyak beban yang ia pikirkan. Keduanya merasa tegang dan emosi meluap-luap dalam pergulatan perasaan yang saling bertentangan. "Setelah kau pergi, aku merasa sangat hancur. Audy datang dan memberikan aku harapan baru. Dia begitu baik, bahkan pada keluargaku j
Audy tidak tahu mengapa malam ini ia sangat gelisah, apalagi melihat suaminya yang belum pulang di jam seperti ini. "Ya Allah, Mas. Dimana kamu? Kenapa aku hubungi malah gak aktif? Reno bilang kalau kau sudah pulang dari tadi sore, ini sudah jam 10 malam, Mas?" gumam Audy seraya terus memandang pintu dan jam secara bergantian. Ia mondar-mandir di ruang tamu, entah kenapa... Jantungnya berpacu dengan sangat cepat. Tiba-tiba ada pesan masuk, sehingga mengalihkan perhatian Audy. (Apa kau menunggu suamimu? Kalau iya... Maka datanglah ke hotel Paramita, dia sedang bersama wanita di kamar 102 ) Pesan itu sontak membuat Audy sangat terkejut. "Astaghfirullahalazim, Apa maksudnya ini? " Audy bermonolog dengan dirinya sendiri. Antara ingin percaya dan tidak. Kini perasaan Audy sedang berperang. Ia sangat mempercayai suaminya. Baginya ... suaminya adalah laki-laki yang sempurna. Ia tidak pernah menuntut apapun dari Audy. Namun... membaca pesan itu, tentu membuat degup jantung Audy tidak
"Kamu luar biasa!"Setelah cukup berbincang-bincang, Audy pun menyadari kepergian mobil Yusuf dengan wanita yang bernama Syifa tadi.Lekas, dia izin dari Shireen dan mengikutinya. Ia tahu ini salah, tapi ia juga ingin tahu sejauh mana hubungan keduanya. Apakah wanita itu punya keluarga? Apakah wanita itu tahu kalau Yusuf sudah beristri? Apakah orang tuanya tahu jika wanita itu memiliki hubungan dengan laki-laki yang sudah beristri? Semua pertanyaan seolah membuat kepala Audy ingin meledak.CIT!Mobil Audy berhenti ketika melihat mobil Yusuf berhenti di sebuah gang. Wanita cantik itu turun dan mencium punggung tangan Yusuf. "Apakah hubungan kalian sudah sejauh itu, Mas? Apa karena aku belum hamil? Apa karena aku sakit seperti ini? Sejak kapan mas? Kenapa kau tega lakuin ini padaku?" gumam Audy seraya terus menatap kedua manusia itu. Terlihat mobil Yusuf melaju, Audy-pun mengikutinya. Namun Audy berhenti di gang tempat Yusuf berhenti. Ia menoleh kearah gang tersebut, terlihat wanita
Audi tidak menyangka Jika suami yang ia anggap sangatlah sempurna dalam segala hal ternyata lelaki yang tidak tahu diri yang bermain manis ketika ia melakukan sebuah pengkhianatan besar. Setelah Audi memastikan suaminya sudah berangkat ke perusahaan Ia pun langsung menghubungi seseorang yang berada di perusahaannya."Apa! semua laporan keuangan dipegang Pak Yusuf? "tanya Audi dengan terkejut" Iya Nyonya. Dan itu sudah berlangsung selama 1 tahun ini, " Ucap orang itu yang ternyata adalah Direktur keuangan." Baiklah, aku hanya minta salinannya kau kirimkan padaku tapi ingat rahasiakan ini dari bapak, "ucap Audi pada direktur itu. Setelah mengatakan itu Audi langsung mematikan ponselnya dan menggenggamnya dengan begitu erat. ia tidak tahu sejauh mana suaminya melangkah dan berapa lama suaminya telah menghianatinya. Audi berharap hanya dirinyalah yang ditipu oleh suaminya tapi Audi berharap bahwa suaminya masih memiliki hati tidak menipu perusahaan. Setelah memastikan hatinya mulai tena
Audy awalnya bingung untuk menemui Syifa, ia tidak tahu harus mencari alasan bagaimana. Jika Syifa tahu kalau Yusuf memiliki istri, otomatis Syifa juga tahu akan wajah Audy. ''Aku harus bagaimana?''Tanya Audy seraya melihat kearah gerbang kampus, namun Tuhan memberinya jalan ... Tanpa sengaja Audy melihat sosok yang ia kenal, dia adalah sahabat dari kakaknya. ''Bukankah itu kak Rey?'' gumam Audy, lalu iapun segera keluar dari mobilnya dan tdak lupa ia membawa niqab yang sudah ia siapkan. ''Assalamualikum, kak Rey,'' sapa Audy yang membuat Rey langsung menatap kearah Audy. Sejenak Rey terdiam, ia menatap wanita cantik yang ada di hadapannya saat ini. ''Kamu Audy, kan?'' taya Rey tak percaya ''Ah, waalaikum salam,'' jawab Rey yang memang bukanlah islam, namun ia masih menjawab salam Audy ''Alhamduillah kakak masih ingat denganku, kakak ada acara di kampus ini?'' Tanya Audy dengan gugup ''Ya, kami ada pertemuan nanti, kebetulan kampus ini ada dalam naungan perusahaanku, kau ada ke