Share

Bab 7 Dikira Berhasil

Terlihat jelas kebahagiaan di wajah Yusuf, ia bahkan tidak memperdulikan bagaimana perasaan Audy saat ini. Audy yang baru saja selesai sholat isyak tanpa berjamaah dengan sang suami hanya bisa meminta untuk kekuatan sementara waktu. 

"Aku tahu ya Allah... Kau yang telah menyatukan kami, dan Engkau jugalah yang akan memisahkan kami. Aku hanya minta, berikan yang terbaik buatku, jika perpisahan ini adalah jalan yang terbaik, maka lancarkan semua usahaku untuk menyatukan mas Yusuf dengan cinta pertamanya, agar mereka tidak selalu berbuat dosa  tapi jika takdirku memang harus berbagi hati, maka berikan aku kekuatan untuk menghadapi kenyataan, "  

Setelah menuangkan semua keluhannya, Audy pun membuka mukena dan melipatnya. Di sisi lain, Yusuf kini merasakan semua keinginannya berjalan dengan lancar. 

"Ya Allah, kau memudahkan jalanku untuk bersatu dengan orang yang aku cintai serta yang aku sakiti dulu, aku berjanji akan berlaku adil dengan mereka, " ucap Yusuf, seketika ia mengingat akan perjalanannya ke Jepang, bukankah ia akan memiliki alasan untuk membawa Syifa ke Jepang. 

"Besok aku dan Syifa akan menikah secara siri, itu secara agama kami sudah sah, bukankah Audy sedikit faham akan agama, pasti dia akan mengijinkan Syifa untuk ikut, dan aku bisa mengatasi masalah Master J, " ucap Yusuf dengan percaya diri. 

Yusuf saat ini tinggal di kamar tamu, ia susah memaksa Audy untuk membuka pintu kamar, namun Audy tidak menjawab. Yusuf mengerti jika ini adalah pukulan terbesar bagi wanita itu, da  Yusuf memberikan waktu untuk Audy menenangkan dirinya. Hingga malam ini ia dengan leluasa berbalas pesan dengan Syifa. 

(Mas jangan khawatir, aku akan menjadi adik masu yang baik untuk Audy. Meskipun seharusnya kau menjadi milikku seutuhnya) balas pesan Syifa. 

(Terimakasih atas pengertiannya sayang. Tapi setidaknya Audy sudah berbaik hati pada kita  jadi kita gak perlu main belakang lagi dan kita gak perlu khawatir masalah tanggapan orang lain) balas Yusuf. 

(Iya juga sih, Mas. Tapi ... Kenapa aku merasa cemas ya, Mas? Akh gak nyangka saja jika Audy bisa dengan senang hati menerima hubungan kita. Aku wanita mas, gak ada yang namanya seorang istri rela berbagi hati) balas Syifa. 

(Audy adalah wanita sholehah sayang, dia sering mengikuti pengajian-pengajkan di sekitar sini. Mungkin saja saat para kyai menerangkan tentang istimewanya poligami, membuat Audy faham akan kenikmatan berpoligami. Audy sangat mencintaiku sayang, sudah banyak bukti akan hal itu. Jadi, kau jangan cemaskan apapun. Besok kau siapkan acaranya dengan se meriah mungkin, setelah acara selesai, mas akan bantu semua biayanya, dan kita akan bulan madu ke Jepang seperti yang kau inginkan) balas Yusuf. 

(Beneran ya, Mas. Bulan madunya ke Jepang. Meskipun ini bukan pertama buat kita, tapi aku merasa sangat bahagia, Mas. Udah gak sabar mau besok) balas Syifa. 

Syifa dan Yusuf seolah kini berada di ujung kebahagiaan yang mereka impikan selama ini. Mereka berdua lupa waktu dan lupa segalanya, yang ada dalam benak pikiran mereka hanyalah pernikahannya besok. Yusuf juga sudah menghubungi Asistennya. Padahal sang Asisten sudah tahu akan semua itu. Namun Amir sang Asisten hanya bisa menghela nafasnya, karena ini akan menjadi kehancuran bagi atasannya itu. 

"Aku sudah memberikan arahan yang terbaik untuk tuan, tapi sepertinya Tuan sudah lupa siapa tuan sebenarnya. Tuan lupa akan semua pengorbanan nona Audy, sehingga tuan tega mengkhianatinya. Maafkan saya tuan, kali ini saya berpihak pada Nona Audy. Membayangkan berada di posisi nona Audy sangatlah menyakitkan, " gumam Asisten Yusuf. 

***

Malam ini, Audy merasa seperti ada belati tajam menusuk hatinya. Rasa itu begitu mendalam dan nyata, hingga ia bisa merasakannya membelah hatinya menjadi dua. Besok, suaminya akan menikah dengan wanita lain dan ia, sebagai istri sah, harus mengantarnya ke pelaminan.

 

Audy menatap ke luar jendela, melihat bulan yang begitu terang di langit malam. Ia berusaha mencari ketenangan, mencari kekuatan untuk menghadapi hari esok. Ia merasakan air matanya jatuh, membasahi pipinya yang pucat. Namun, ia cepat-cepat menghapusnya. Ia tidak boleh menangis, ia harus kuat.

 

Ia berjalan ke arah lemari, membuka laci dan mengambil sebuah foto. Foto itu adalah foto pernikahannya dengan suaminya. Mereka tampak begitu bahagia, begitu cinta. Tapi sekarang, semua itu hanyalah kenangan.

 

Audy menarik nafas panjang, mencoba menenangkan hatinya yang begitu kacau. Ia berusaha mengingat semua kenangan indah yang pernah ia lalui bersama suaminya, berusaha mengingat alasan mengapa ia mencintai pria itu. Ia mencoba meyakinkan dirinya bahwa apa yang ia lakukan adalah untuk kebaikan semua orang, termasuk suaminya.

 

Malam itu, Audy tidak tidur. Ia terjaga, memikirkan apa yang akan terjadi besok. Ia merasa takut, namun ia tahu ia harus melalui ini. Ia harus kuat, untuk dirinya, untuk suaminya, dan untuk wanita yang akan menjadi istri baru suaminya.

 

Ketika fajar menyingsing, Audy sudah siap. Ia berdiri di depan cermin, memandangi dirinya sendiri. Ia tampak begitu cantik dengan baku Syar'i putih yang ia kenakan. Namun, di balik kecantikan itu, ada rasa sakit yang begitu mendalam.

 

Audy melangkah keluar dari rumah, siap menghadapi hari itu. Ia akan mengantarkan suaminya ke pelaminan, dan ia akan melakukannya dengan senyuman di wajahnya. Karena ia tahu, di balik semua rasa sakit ini, ada kebahagiaan yang menanti suaminya. Dan untuk itu, ia rela melepaskan sang suami bersama dengan istri barunya. Audy sudah menyiapkan segalanya, dan anak buahnya yang akan menyelesaikan semuanya. 

'Ini lah yang kau inginkan, Mas. Akan aku lepas kau dengan bismillah, semoga kau bahagia bersama mereka setelah ini' batin Audy. Bersamaan dengan itu, Yusuf keluar dari kamar tamu dengan jas putih juga, ia tampak berbinar menatap ke arah Audy. Yusuf tidak bisa memungkiri jika Audy sangatlah cantik. Bahkan sangat cantik, namun siapa sangka hatinya masih berbagi dengan mantan kekasihnya. 

"Kau sudah siap sayang, terimakasih ya... " ucap Yusuf seraya ingin meraih tubuh Audy, dan hendak mencium keningnya, namun Audy memundurkan kakinya satu langkah. 

"Acaranya akan segera di mulai, Mas. Jangan sampai kamu terlambat, " ucap Audy seraya berlalu meninggalkan Yusuf. Yusuf yang mengerti akan perasaan Audy, hanya bisa menghela nafas, ia yakin cepat atau lambat, kemarahan Audy akan reda, dan mereka bisa hidup damai bertiga. 

Begitu lah sikap laki-laki yang tamak, ingin menguasi kedua wanita sekaligus tanpa memikirkan perasaan yang lain. Audy yang sudah mengorbankan semuanya demi Yusuf kini telah di hancurkan secara kontan olehnya.

Yusuf sepertinya lupa jika Audy hanyalah manusia biasa...?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status