Share

KADO UNTUK PERNIKAHAN SUAMIKU
KADO UNTUK PERNIKAHAN SUAMIKU
Author: Mutiara Sukma

Kekacauan

KADO UNTUK PERNIKAHAN SUAMIKU 1

"Tak ada yang ketinggalan lagi, Mas?" Ucapku memastikan.

Mas Argam menggeleng pelan, lalu menatapku lembut.

"Hanya satu yang ketinggalan disini, separuh hatiku." katanya, Ucapan yang kuyakin hanya sebuah gombalan.

Kini aku sedang mengantarkan kedepan pintu lelaki gagah yang sudah sepuluh tahun menjadi suamiku itu, Mas Argam. Dia akan dinas keluar kota. Tak lama, hanya seminggu, tapi rasanya hati ini berat melepaskan. Karena mungkin setelah ini kami tak akan bertemu sebagai suami istri lagi. Setia ditengah hati yang mendua membuatku memutuskan mengalah.

"Jangan sedih gitu, hanya seminggu saja." ujarnya sembari menjawil daguku.

Aku tersenyum tipis, teringat masa pertemuan pertama kami dulu. Dia adalah customer di tempatku bekerja sebagai seorang kasir swalayan. Lelaki itu sering sekali membeli jus lemon disana. Sebulan bisa delapan bahkan sepuluh kali. Katanya kalau tak minum minuman itu dia tak semangat menjalani hari, ada-ada saja.  

"Hati-hati ya, Mas." Ucapku sambil mengurai pelukannya. Tak apa, anggap saja ini pelukan perpisahan.

Mas Argam tersenyum begitu riang. Ya, wajar saja dia akan dapat perawan lagi di pernikahannya yang kedua. Setelah mobil Mas Argam hilang dipenghujung jalan, aku meraih ponsel dan menelpon seseorang.

"Hai, Dan. Apakah semua sudah siap?" Tanyaku kepada Daniel, teman semasa sekolah dulu sekaligus adalah orang kepercayaan Mas Argam. Beruntung Mas Argam tak mengetahui itu.

"Sudah, Ci. Sebentar lagi aku sampai." Jawabnya.

Dengan gerakan cepat aku mengganti kostum dan mengeluarkan tas travelingku, jaga-jaga jika harus menginap lama.

"Mbok, nitip rumah ya. Kalau Tuan nelpon, bilang saja saya lagi keluar atau ke salon." Pesanku pada Mbok Ina, pembantu rumah tangga kami.

"Baik, Bu." Sahutnya sopan.

Tak lama mobil Daniel datang. Aku bergegas masuk dan menyapanya.

"Langsung jalan, Dan." 

Daniel menatapku tak percaya.

"Wow, aku pangling lihat penampilan kamu?" Serunya takjub.

Aku tersenyum tipis. Demi misi ini, aku mengubah casing luarku agar tak ketahuan. Gamis biru muda dan kerudung warna senada menjadi pilihanku.

"Kamu yakin, Ci?" Tanya Daniel setelah kami terdiam cukup lama.

"Kira-kira apa alasan yang membuatku tak yakin?" Tanyaku balik.

Daniel tersenyum hambar, kami sudah berteman lama. Daniel tahu karakterku, sekali melangkah pantang surut kebelakang. Apalagi aku sudah menyiapkan semua kejutan sebagai kado pernikahan buat Mas Argam.

Sekitar satu jam-an kami sudah sampai didepan hotel tempat Mas Argam menginap dan akan mengadakan acara resepsi pernikahan nanti malam. Dia bukan keluar kota seperti pengakuannya padaku, lelaki itu mau melangsungkan pernikahan di sebuah hotel masih dibilangan kota Jakarta.

"Makasih, Dan." Ucapku sembari turun dari mobil.

Daniel mengangguk pelan. "Suci...!" Panggilnya.

Aku menoleh, Daniel menatapku lekat.

"Hati-hati." Aku membalas senyumannya dan mengangguk cepat.

Gegas aku menuju kamar yang sudah dipesan Daniel sebelumnya untukku. Ingin mengistirahatkan tubuh dan otakku yang mulai kelelahan. 

Jam menunjukkan angka tujuh malam. Itu artinya sebentar lagi resepsi pernikahan Mas Argam segera dimulai.

Aku pun berdandan cantik, selama ini Mas Argam selalu puas jika aku memamerkan tubuh langsingku dalam balutan dres mini yang mencetak lekuk tubuh. Kini aku memakai gamis modern dengan pasmina warna cream muda. Tak perlu mencolok cukup dandan natural tapi menawan.

Saatnya aku menjadi saksi atas kekacauan pernikahan suamiku sendiri. Meski ada perih yang menyayat hati, tapi aku tak menampakkan. Bagiku suami itu hanya titipan, aku sudah berusaha menjaganya, merawat cinta kami. Tapi, kekuranganku yang belum juga hamil sampai saat ini mungkin menjadi alasan dia mendua.

MC mulai membuka acara dengan meriah. Tamu yang hadir juga terlihat dari kalangan atas. Tak mudah untuk masuk kesini, kecuali dengan membawa undangan, hal yang mudah bagiku selama ada Daniel. 

Tampak Mas Argam berdiri dengan bahagianya di atas panggung yang dihias begitu istimewa. Warna gold mendominasi pemandangan mata malam ini. Tak lama seorang wanita menggunakan pakaian pengantin berwarna putih menghampiri. Tepuk tangan penonton begitu riuh. Terlebih saat mereka berdua saling menggenggam tangan dan beradu pandang.

Aku memalingkan wajah, perih. Seorang laki-laki setengah baya maju dan meraih microphone. Wajahnya juga begitu bahagia.

"Saya sangat bangga mempunyai seorang menantu yang punya skill dan kepintaran yang luar biasa. Berharap nanti dibawah pimpinan nya Hadiyaksa Lesmana Group bisa berkembang lebih pesat lagi ditangannya." ucapan itu disambut meriah oleh hadirin.

Aku mengangguk-anggukan kepala, tak salah lagi. Ini pasti Pak Hadiyaksa pemilik Hadiyaksa Lesmana tbk, Perusahaan manufaktur terbesar di negeri ini.

Entah apa alasan Mas Argam tega menghancurkan biduk rumah tangga yang telah terbina, dengan menikahi anak pengusaha kaya itu.

Aku menunduk menghapus setitik bening yang tiba-tiba mengalir pelan. Semua tamu terpukau dengan acara mewah itu, belum lagi sovenirnya berupa sebuah mini gold. Sangat berbeda dengan pernikahan kami dulu. Hanya akad nikah sederhana, mungkin karena orang tua Mas Argam yang tak merestui kami saat itu. Dan aku yang hanya anak seorang guru disebuah sekolah swasta.

Saat aku kembali melihat ke panggung, keluarga Mas Argam sudah berada disana. Ada Bude Yati, Bibi Nani, Bude Sri dan suami-suami mereka. Berarti Mas Argam direstui oleh keluarga. Betapa menyedihkannya nasibku.

[Sekarang!] Ketikku.

Si penerima pesan langsung membalas dengan emoticon jempol.

Tak lama tayangan di infocus berubah dengan menampilkan pemandangan yang indah menurutku tapi mengerikan mungkin bagi Mas Argam.

"Saya terima nikah dan kawinnya Suci lidiawati binti Ahmad Baihaqi dengan mahar seperangkat alat sholat dibayar, tunai!"

"Saah! Sah!"

Semua mata menatap dengan tatapan aneh, mereka yang menyangka Mas Argam lelaki single tentu terheran-heran. Rasain kamu, Mas. Walau nikah secara sederhana videonya masih aku simpan sebagai kenang-kenangan!

Wajah Mas Argam panik.

"MATIKAN! MATIKAN PROYEKTOR ITU!" Teriaknya lantang.

Suasana syahdu mendadak menjadi ricuh. Para suruhan Pak Hadiyaksa berlari serentak ingin menghentikan video yang jelas akan merusak namanya dan juga putrinya itu. Wartawan sibuk mengabadikan momen penting dalam lensa kamera mereka.

Sedangkan aku duduk sambil menikmati makanan penutup dengan santai menonton kepanikan Mas Argam dan Ibu mertua yang berteriak-teriak seperti orang kesurupan.

Selamat hari pernikahan, Suamiku.

Bersambung.

    

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status