Share

Bab 3. Pov Argam

KADO PERNIKAHAN UNTUK SUAMIKU 3

POV Argam.

"Gam, sepuluh tahun menikah kamu masih saja begitu ga ada perubahan. Apa kamu ga malu? Teman-teman kamu sudah pada punya anak. Kamu masih belum ada hasil. Ibu bilang apa, dari awal Ibu tak setuju kamu menikah dengan perempuan kampung itu. Kamu sih, ngeyel!" 

Hampir setiap saat ibu memojokkanku dengan kekurangan Suci yang satu itu.

Kami pun sudah berusaha berobat sana sini, tapi belum ada hasil. Kata dokter semua baik-baik saja, hanya belum rejeki.

"Ceraikan dia, nikah sama Nira anaknya Bu Laras. Dia pasti mau menikah denganmu."

Aku tak menanggapi apa yang Ibu katakan. Suci Adalah wanita yang lembut, baik hati dan tak pernah mengeluh. Walau sering kali aku memberikan jatah uang belanja yang sedikit, tapi Suci tidak pernah protes. Dengan akal-akalan yang kubuat, suci tak bisa mengendalikan keuangan, begitu yang Ibu ajarkan.

"Bang, Aku mau beli motor seperti Rina, apa Abang ga malu adiknya setiap hari nebeng terus dengan orang." Kali ini Rasti adikku yang merengek.

"Iya, nanti Abang belikan."

"Sekarang aja sih, Gam. Nanti atau sekarang sama aja." 

Aku menghela nafas panjang.

"Baiklah." Ujarku kemudian.

Esoknya sebuah motor Nmax hitam sudah terparkir di halaman. Rasti sangat bahagia, Ibu pun tak mau kalah. Sehingga aku harus menguras tabungan yang kujanjikan sebagai tabungan hari tua kepada Suci, sedikit demi sedikit.

"Mas, aku mau beli perhiasan, Mas. Aku kangen punya kalung lagi."

"Sabar ya, Sayang. Nanti pasti Mas belikan." Itu adalah jawaban jika Suci yang meminta sesuatu padaku. Dia tak pernah marah apalagi protes. Suci tak pernah kemana-mana, jadi dia tak butuh perhiasan, kan?

Setiap hari selalu saja ada yang diminta Ibu dan Rasti yang mau tak mau harus aku kabulkan. Tabunganku juga kian menipis, sepertinya aku harus mencari cara agar menjadi orang kaya yang bergelimang harta secara cepat.

Siang itu, ada telepon dari Rasti. Katanya Ibu jatuh dari motor yang dia bawa, lantaran Rasti menyenggol sebuah mobil. Beruntung yang punya mobil orangnya baik. Setelah membawa Ibu dan Ratih ke rumah sakit, kini malah di antar ke rumah.

"Bang, ceweknya cantiik, sepertinya juga kaya. Ibu pesan, Abang pulang sekarang." Suara Rasti pelan, mungkin takut ketahuan perempuan yang dimaksud.

Mendengar kabar itu aku bergegas pulang. Pak Irfan atasanku tak mempermasalahkan. Aku adalah salah satu karyawan berprestasi disini. Sehingga di angkat menjadi seorang manager. 

***

"Argam, kamu sudah pulang, Nak?" 

Aku gegas menghampiri Ibu yang terbaring di kamar, dengan panik.

"Ibu gapapa?" 

"Gapapa, ga usah panik begitu. Untung Nak Calista ini mau membantu semuanya." 

Ibu menghadiahkan senyum pada wanita muda yang berdiri tak jauh dari sana. Aku mengikuti arah mata Ibu.

"Gam, itu Calista. Yang telah menyelamatkan Ibu." Ucap Ibu sambil menatap wanita itu, dengan senyum manis.

"Ibu terlalu berlebihan, saya seharusnya yang berterimakasih, karena Ibu tidak melaporkan saya ke polisi. Karena kelalaian saya, Ibu dan dek Rasti jadi begini."

Aku terpaku melihat perempuan itu. Gadis cantik yang sangat anggun. Terlihat jika dia bukan wanita biasa.

"Ibu gapapa kok, Nak. Calista ini anak Ibu, namanya Argam. Seorang manager lho, dan masih single."

Degh!

Ibu ga salah? Wanita yang telah melahirkanku itu mengedipkan sebelah matanya. Aku terdiam sesaat lalu tersenyum mengangguk.

"Saya Argam putra Mahendra."

Seraya mengulurkan tangan, yang kemudian disambut hangat oleh pemilik rambut sebahu itu. 

"Calista Lesmana." 

 Calista pun menyambut hangat. Sejak saat itu aku dekat dengan gadis itu. Ibu sangat menyukai Calista, ternyata dia adalah putri pemilik Hadiyaksa Lesmana Group. Perusahaan besar yang sedari dulu diincar Pak Irfan untuk bekerjasama, namun belum tercapai.

***

"Dik, maukah menikah denganku?" 

Pertanyaan berani yang pernah kukeluarkan 10 tahun lalu pada Suci.

Calista bengong, tak menyangka aku melamarnya. Hatiku pun tak kalah gaduh. Aku terpaksa nekad, tentang Suci. Aku yakin akan menerima, karena dia seharusnya tau diri dengan kekurangannya.

 Saat ini Calista sedang memanggil kedua orangtuanya. Rasa takut ditolak mendominasi.

"Ini, Pa. Kenalkan Mas Argam, kekasih Lista."

Wajah Pak Hadi itu tak berubah, diam dan datar, tapi mata tuanya menelisik tajam. Tak lama kami pun mengobrol santai, aku mencoba mengurai hati lelaki tua ini, aku yakin pasti bisa menaklukkannya. Hingga akhirnya genap tiga bulan pedekate dengan Calista, Pak Hadi menerimaku menjadi menantunya. Peluang yang bagus untuk mendapatkan harta kekayaan dengan instan.

***

Pesta pernikahanku berlangsung ricuh, ada yang sengaja memutar video pernikahanku dengan Suci. Bu Mala, mertuaku sempat pingsan. Sedangkan Pak Hadi berang.

"Argam masih sendiri kok, jeng. Ini fitnah, fitnah besar ini!" Teriak Ibu histeris.

Sedangkan aku terus berusaha agar proyektor itu segera mati, tapi aneh seperti aliran listriknya bukan dari tempat dimana seharusnya. Ini benar-benar ada orang dalam yang sengaja ingin menjatuhkanku.

"Dik, buka pintunya." Berkali-kali aku mengetuk pintu kamar Calista. Usai acara di hotel tadi, Calista langsung berlari masuk ke kamar. 

"Argam! Sini kamu!"

Suara Pak Hadi lantang.

"Iya, Pa." 

"Jelaskan pada saya, apa yang tadi saya lihat itu. Apakah benar kamu sudah menikah!" Bentaknya.

Aku terdiam, tak menyangka hal ini akan terjadi.

"Kamu tau! Karena keributan itu, nama baik saya terancam. Seluruh media akan menyiarkan serentak." Dada Pak Hadi turun naik menahan emosi.

"Itu editan, Pak. Saya belum menikah." Sahutku akhirnya. 

Semua dokumen sudah dipalsukan sebelum dilihat oleh Pak Hadi. Daniel bekerja rapi, aku yakin tak mungkin orang kepercayaanku yang membocorkan semua, gaji Daniel selalu aku lebihkan dari kantong pribadiku, agar laki-laki itu bisa menjaga rahasia.

"Pasti ini ulah lawan bisnis, entah itu dari pihak saya atau dari pihak kamu." Pungkasnya lemah, lelaki separuh baya itu terduduk.

"Apa yang harus kita lakukan setelah ini, Pa?"

Pak Hadi menghela napas.

"Kita harus konferensi pers, jangan sampai masyarakat melihat berita yang tak sedap"

Aku setuju. 

Ya ampun, aku lupa. Jangan sampai Suci melihat berita. Dengan cepat aku minta ijin keluar rumah menelpon Mbok Ina. Suci wanita gaptek, pasti ga akan sadar kalau Wi-Fi dirumah dimatikan.

Baru hendak menyimpan gawai. Sebuah pesan masuk.

[Pak, Pak Irfan tau pernikahan kedua Bapak.]

Pesan dari Daniel.

Mati aku, sesuai perjanjian kontrak kerja, karyawan yang ketahuan beristri dua akan dipecat.

Bersambung.

    

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status