Jangan Paksa Aku...

Jangan Paksa Aku...

Oleh:  Enda Kiebo  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 Peringkat
72Bab
4.3KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Sebagai seorang cewek cantik hidup di rumah kos tentu penuh dengan resiko. Begitu yang dialami oleh Ana. Saat dia mengijakkan kakinya di rumah kos sudah menjadi target Andrew, seorang cowok psikopat. Padahal Ana sedang berusaha membuka lembaran baru dan menata hidupnya setelah ditinggal belahan jiwanya. Di kampus Ana ketemu bayang-bayang Hermawan. Seolah-olah Hermawan hidup kembali melalui sesosok Aditya. Aditya ini sungguh memikat hati Ana. Begitu juga, sebaliknya. Tapi harapan Ana tidak mulus seperti yang dia harapkan, ternyata ada Dea yang tidak menginginkan Ana merebut Aditya darinya. Derita Ana semakin berat, takkala Dea dan Andrew berkoalisi untuk menjebak dan memperdaya Ana. Anapun langsung tenggelam dalam kedukaan yang tiada tara. Dia pun merasa terpuruk dan kehormatannya dipertaruhkan. Di saat Ana hanyut dalam kenestapaannya, muncul Gilang (Gie). Gilang ini play boy kelas kakap. Tapi dia sangat perhatian pada Ana… Kehadiran Gie selalu dapat membuat Ana tertawa dan tersenyum. Untuk mengusir kenestapaan Ana, Gie selalu mengajak Ana jalan termasuk ke dugem. Dunia dugem memang sangat menggoda dan menarik bagi cewek semuda Ana. Tapi Ana dengan caranya masih bisa mempertahankan kehormatannya dan membuat Gilang mengerti akan dirinya. Akhirnya, Ana berusaha mengembalikan harga diri dan kehormatannya. Untuk itu dia kembali ke Kampus. Sementara, Andrew ini merasa telah memiliki Ana, sehingga dia tidak rela orang lain merebut Ana dari sisinya. Sementara itu, Aditya dibantu oleh Susanna berusaha membongkar kebusukan Dea dan Andrew. Dia berusaha mengembalikan nama baik dan harga diri Ana. Tapi, Andrew seperti orang kesetanan dan menyimpan dendam kesumat. Dia memaksa, kalau dirinya tidak mendapatkan Ana, maka tidak seorangpun boleh mendapatkan Ana… Ana pun dihadapkan pada suatu dilema dan peristiwa tragis yang tidak dapat dibayangkannya. Kini, bagaimana nasib Ana? Apakah dia mendapatkan harga dirinya dan kekuatan cintanya kembali?

Lihat lebih banyak
Jangan Paksa Aku... Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Wenny Surya2
Menarik banget ....
2021-09-30 20:52:33
0
user avatar
Birma IrwanSyah
mantaaappp
2021-09-26 07:13:28
0
72 Bab
Bab 1
Kesan Pertama. Hatiku begitu berbunga-bunga. Aku tak sabar ingin segera sampai di rumah pemondokanku. Aku ingin tumpahkan gejolak hatiku pada Ratna, teman sekamarku. Memang dengannya aku suka berbagi rasa. Pasti dia akan terheran-heran dan penasaran dengar berita dariku. Dengan setengah berlari, aku bergegas menyelusuri lorong-lorong sempit menuju rumah pemondokan. Aku yakin Ratna telah lebih dahulu sampai daripadaku.Rumah pemondokanku itu memang tak begitu jauh dari tempatku kuliah. Namun untuk mencapainya, aku harus berlompat-lompat kecil menghindari jalanan yang becek, agar sepatu maupun celana panjangku tidak ternoda oleh lumpur. Maklumlah aku harus memilih rumah pemondokan yang sederhana dan murah, sesuai dengan kocekku. Sebenarnya aku pun kepingin sih, tinggal di rumah pemondokan yang mewah, seperti di Griya Kencana di Setia Budi Medan itu loh… Namun apa daya, itu seperti mimpi rasanya. Tapi, sudahlah aku tak perlu meri
Baca selengkapnya
Bab 2
“Kamu kelihatannya begitu nervous sekali Nona?” tegurnya secara halus padaku, sembari melontarkan senyum manisnya. Dia seperti mengetahui kesulitan yang sedang aku hadapi.Dengar teguran halus tersebut langsung membuat wajahku semburat memerah. Aku menjadi malu diri, akibat kekonyolanku tadi. Aku tak menyadari di depanku sudah duduk seorang mahasiswa tampan dan mempesona. Padahal aku tidak mengetahui kalau cowok yang ada di depanku ini selalu mencuri pandang diriku. Cukup lama juga dia memperhatikan tingkah-lakuku. Ternyata dia pandai juga memanfaatkan momen untuk sekedar bertegur sapa denganku. Tanpa aku sadari juga, kelihatannya dia ada hati juga padaku. Dasar cowok…!Kemudian lanjutnya, “Ada yang perlu saya bantu Nona?”“Oh, tidak! Terima kasih,” jawabku singkat, tersipu-sipu. Aku semakin menunduk malu. Tapi sembari menunduk sempat juga aku lirik paras mahasiswa yang ada di depanku itu. Dadaku mendadak bergemuruh mel
Baca selengkapnya
Bab 3
Memang, sikap simpatik dan tutur kata Aditya, mengingatkanku pada Hermawan. Hermawan adalah cinta pertamaku sejak SMA dulu. Kesanku bersama dengan Hermawan sangat sulit aku lupakan. Rasanya sangat sulit bagiku untuk mencari pengganti dirinya. Hermawan  jebolan Teknik elektro USU Medan dan dia menjabat sebagai manager operasional PT. BANGUN CIPTA MAKMUR Cabang Medan. Hermawan itu dulu selalu memperlakukan aku dengan hati-hati. Dia selalu memanjakanku, menuruti semua kemauanku, membimbingku dan sangat memperhatikan keadaanku. Kami telah sepakat setamat aku dari SMA dulu, kami akan menikah. Tetapi menjelang detik-detik pernikahan kami, peristiwa tragis menimpa Hermawan. Hermawan tewas dalam kecelakaan mobil di jalan tol Belmera Medan. Peristiwa itu menghancurkan semua impianku. Sampai kini aku sulit melupakan peristiwa tersebut dan aku sangat berharap Hermawan dapat hidup kembali mendampingiku.Sesaat kemudian aku sadar. Aku tak boleh bersikap melankolis dan membeb
Baca selengkapnya
Bab 4
Sementara itu, Andrew begitu kesal. Dia begitu gelisah, wajahnyapun menjadi berkerut masam. Sudah terlalu lama ia menanti di Coffe Shop Medan Plaza, namun orang yang dinanti-nanti tidak kunjung datang. Demi mengharap untuk dapat berduaan dengan diriku, dia sengaja membolos kuliah. Padahal, kuliahnya hampir rampung di jurusan Landscape UDA Medan itu. Kemudian dia coba menghubungi Hpku, namun ternyata Hpku tidak aktif. Memang aku sengaja aku matikan Hpku. Hal ini membuat dirinya semakin kesal.Apa maksud diriku, mengabaikan dirinya, gerutu Andrew. Andrew semakin sewot, ketika dia melihat di kanan-kirinya muda-mudi berpasangan asyik memadu kasih. Memang lokasi Coffe Shop Medan Plaza dikenal sebagai tempat kencan kawula muda Medan.Di sela-sela kekesalan Andrew, terpikirkan juga olehnya untuk menghubungi sahabatnya, Anton. Anton ini, sahabatnya yang selalu dia minta untuk mengawasi tingkah laku diriku di Kampus. Kebetulan Si Anton ini satu letting denganku di jurusan Psiko
Baca selengkapnya
Bab 5
Beberapa hari kemudian, baru saja aku mengijakkan kaki di depan pintu gerbang kampusku sudah ada yang berteriak memanggilku, mereka setengah mencemaskanku. Setengah berlari Widya dan Cinthya menghampiriku. Ternyata, mereka sudah lama menunggu kehadiranku. Demi ingin menemuiku, mereka bersedia datang lebih pagi dari biasanya.“Hai Ana… lama amat sih kamu datangnya. Aku dan Cinthya sudah tak sabar menungggumu dari tadi. Demi kamu, kami rela berdiri hampir satu jam di bawah pohon Akasia itu,” ujar Widya sesampainya dia di sisiku.“Iya Ana, sebel deh menunggumu. Pekerjaan menunggu itu paling tidak mengenakkan, menyebalkan tau…!” timpal Cinthya.“Eh, kalian saja yang datangnya kepagian kali. Emangnya ada apa yang membuat kalian rela menjadi satpam kampus begitu, hah?” sambutku bercanda.Widya maupun Cinthya tidak hiraukan gurauanku. Mereka serius ingin menyampaikan kabar buruk padaku.“Gawat, Na! K
Baca selengkapnya
Bab 6
“Apa kan yang aku bilang Ana? Mereka begitu penasaran padamu,” ujar Widya dengan nada kecut.“Iya Na… mereka bukan main-main,” bisik Cinthya.“Sudahlah kamu tenang saja, Wid…Cinthya… Akan aku hadapi mereka apapun maunya,” sahutku ringan.“Hai, perempuan gatal aku peringatkan padamu ya. Jangan coba-coba kamu merayu Aditya, ngerti!!!” hardik Dea, sembari menjatuhkan telunjuknya ke depan keningku.Melihat sikap pongah Dea dkk, membuat darahku mendidih juga. Langsung saja aku tepis tangan Dea yang hampir menyentuh keningku itu. Aku sebenarnya tak sudi dihina sedemikian rupa. Jika aku tidak mampu mengontrol emosiku, jadi apa bedanya aku dengan Dea ini. Maka aku segera berdiri dan bersikap setenang mungkin menghadapi perilaku tidak bersahabat Dea, Anggi dan Donna.“Eh, kalau ada masalah bicara dengan baik-baik secara elegan dan terhormat. Bukan begini caranya! Kalau orang lihat, s
Baca selengkapnya
Bab 7
Bayang-bayang keindahan yang aku raih bersama Hermawan seolah-olah kembali berada di pelupuk mata. Saat itu seperti biasanya pada hari Sabtu, Hermawan ditemani Harley Davidsonnya selalu menantiku sepulang sekolah di persimpangan jalan Kartini dan Teuku Cik Ditiro, tak jauh dari sekolahku SMA1. Kebetulan juga, setiap hari Sabtu Hermawan memang libur kerja, sehingga waktu luang tersebut selalu dipergunakan untuk menjemputku.Perkenalanku pun dengan Hermawan bermula oleh faktor kebetulan juga. Saat itu, aku berusia 16 tahun lebih dan duduk di kelas II SMA 1 dan tepatnya pada tahun 1999. Kebetulan saat itu, Hermawan lagi kebingungan di tepi jalan, tepatnya di persimpangan jalan yang sama saat dia rutinitas menungguku. Dia kebingungan menanti dengan harap-harap cemas. Dia menanti adiknya Viola dan kebetulan juga, viola ini temanku sekelas. Saat itu, Viola sudah pergi terlebih dahulu bersama Hendri, pacarnya dengan mencoba mengendarai mobil barunya, mobil Cadilac. Mereka pergi dala
Baca selengkapnya
Bab 8
Hermawan masih menyumbar senyumnya, sembari menanyakan kembali kesediaanku. “ Bagaimana Ana?”Aku pun membalas senyuman Hermawan, sembari menganggukkan kepala, setuju atas tawaran yang dia berikan padaku. Hermawan pun langsung menyalakan motor Harley Davidsonnya dan menyerahkan helm padaku. Aku pun tanpa canggung lagi langsung naik di boncengan Harley Davidsonnya Hermawan. Rasanya nyaman sekali duduk di boncengan motor gede ini.Semenjak hari Sabtu itu, maka secara rutin Hermawan menjemputku. Hari-hariku pun aku lalui dengan keceriaan selalu. Hubunganku dengan Hermawan semakin dalam, apalagi mendapat dukungan dari sahabatku sekelas, Viola. Begitu juga, keluarga Hermawan sangat baik padaku. Mereka tidak menghalangi hubunganku dengan Hermawan. Bahkan mereka semua sangat merestui hubunganku dengan Hermawan. Begitu juga, bibiku sangat senang sekali tau aku menjalin hubungan dengan Hermawan yang notabene adalah atasannya di kantor. Bibikulah yang me
Baca selengkapnya
Bab 9
“Aku mengerti kekuatiran kalian. Tetapi biarkan saja Gilang ikut. Aku jamin dia tidak berani macam-macam nantinya. Keinginannya untuk ikut serta ini tentu karena  didorong kesertaanku juga…Yakinlah Gilang itu sangat menyeganiku,” paparku meyakinkan teman-temanku.“Tapi…,” seru Anjar.“Sudahlah jangan pakai tapi lagi, Anjar… Ingat, jika Gilang tidak kita ikut sertakan, maka bisa saja dia akan menyulitkan pekerjaan ortu kita nantinya. Nah, kita kan menjadi serba salah. Kita tidak punya pilihan, bukan? Oleh karena itu, serahkan semua urusan padaku,” potongku. Aku mengerti Anjar mengkuatirkanku akan diperdaya oleh Gilang. “Yakinlah aku bisa jaga diri kok.”Akhirnya teman-temanku dapat menerima keputusanku, walaupun di hati kecil mereka timbul perasaan was-was. Demi menyenangkan diriku mereka tidak membantahku lagi. Begitu juga, kami tidak menolak tawaran Gilang untuk mempergunakan mobil milikn
Baca selengkapnya
Bab 10
Gilang langsung bereaksi menahan langkahku. Entah dia tau atau tidak kalau aku sebenarnya sedang bercanda. “Bukan begitu maksudku Na. Please…! Oke, aku akui aku salah…Aku minta maaf!”“Huuu…” sahutku. Senang juga hatiku dapat mempermainkan Gilang. “Ana maukan kamu berbaikan denganku?”“Oke, aku terima maafmu, tetapi dengan syarat!”“Baik Ana, apapun syarat yang kamu ajukan akan kupenuhi… Tapi jangan yang berat-berat ya…” Gilang melucu.Aku tak kuasa menahan geli mendengar suara Gilang dan mimik wajahnya memelas minta belas kasihan, sehingga aku tertawa. Tak pelak lagi aku menutupi mulutku untuk menahan rasa geliku itu. Memang konyol juga, Gilang ini.“Oke…, oke…, syaratnya kamu tidak boleh macam-macam padaku. Jangan samakan aku dengan gadis-gadis yang telah kamu takhlukkan. Kamu harus dapat menghormatiku. Kalau tidak, aku
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status