Share

Bab 4

Sementara itu, Andrew begitu kesal. Dia begitu gelisah, wajahnyapun menjadi berkerut masam. Sudah terlalu lama ia menanti di Coffe Shop Medan Plaza, namun orang yang dinanti-nanti tidak kunjung datang. Demi mengharap untuk dapat berduaan dengan diriku, dia sengaja membolos kuliah. Padahal, kuliahnya hampir rampung di jurusan Landscape UDA Medan itu. Kemudian dia coba menghubungi Hpku, namun ternyata Hpku tidak aktif. Memang aku sengaja aku matikan Hpku. Hal ini membuat dirinya semakin kesal.

Apa maksud diriku, mengabaikan dirinya, gerutu Andrew. Andrew semakin sewot, ketika dia melihat di kanan-kirinya muda-mudi berpasangan asyik memadu kasih. Memang lokasi Coffe Shop Medan Plaza dikenal sebagai tempat kencan kawula muda Medan.

Di sela-sela kekesalan Andrew, terpikirkan juga olehnya untuk menghubungi sahabatnya, Anton. Anton ini, sahabatnya yang selalu dia minta untuk mengawasi tingkah laku diriku di Kampus. Kebetulan Si Anton ini satu letting denganku di jurusan Psikologi USU.

“Ton, kamu lihat Ana tadi, tidak?”

“Ya, aku lihat dia tadi padi sebelum kuliah ada diperpustakaan dengan Aditya, aktivis Kampus USU itu loh…”

“Brengsek!!!”

” Emangnya ada apa Drew?”

“Kamu tau nggak Ton, sekarang Ana ada di mana?”

“Nggak tau lah Drew, kami keluar dari kampus tadi jam dua siang. Sedangkan kamu sekarang di mana rupanya Drew?”

“Aku biasa, ada di Coffe Shop Medan Plaza. Aku sedang menunggu Ana. Tadi sudah aku pesan sama Opungboru, agar Ana jumpai aku di sini. Tapi sampai detik ini tak muncul juga batang hidungnya. Oya, kamu bilang Ana tadi bersama Aditya. Emangnya dia sudah lama jalan bareng, Ton?”

“Baru tadi sih aku lihat, Drew. Tapi kamu jangan kuatir aku akan tetap mengawasi mereka terus Drew…”

“Oke Ton. Terima kasih. Aku mau mencari keberadaan Ana sekarang.”

Andrew pun menutup pembicaraannya dengan Anton, kemudian dia diberanjak meninggalkan Coffe Shop dengan hati yang diliputi rasa gundah gulana.

Tanpa aku sadari, tiba-tiba Andrew nyelonong saja memasuki kamar pemondokanku. Dengan lantangnya dia menegurku, sembari menepuk bahuku. Konsentrasikupun langsung buyar dibuatnya. Tertundalah penyelesaian tugas paperku karena ulahnya itu. Kekesalanku pun langsung muncul dan emosiku naik membara.

“Ana, apa maksudmu mengabaikan diriku. Dua jam aku menunggumu di Coffe Shop. Kamu tega amat Ana, membuatku menjadi kambing congek di sana.”  

Lantas aku tepis tangan Andrew dari atas bahuku. “Eh, Andrew…Kamu jadi laki-laki itu jangan egois, tau!!! Kamu harus tau menghargai orang lain. Emangnya aku ini cewek apaan. Aku bukan cewek gampangan seperti keinginanmu itu. Aku datang ke Medan ini dengan misi belajar, bukannya pacaran melulu, seperti keinginanmu itu. Kamu lihat aku sedang mengerjakan apa di monitor komputer itu, hah!!!” balasku menghardik Andrew dengan sengit.

Tapi Andrew tidak menghiraukan ucapanku. Malahan dia balik menuduhku selingkuh segala. Padahal aku dengannya tidak ada ikatan apa-apa. Sembarangan dia menuduhku selingkuh.

“Alaaa kamu pintar cari alasan saja Ana. Sebenarnya kamu telah kepincut sama Aditya itu kan? Kamu tadi pagi kencan dengan Aditya di perpustakaan kan?”

“Enak saja kamu ngomong. Ngaca dulu kalau ngomong. Kamu jangan sembarangan menuduh. Aku berada di perpustakaan untuk cari leteratur bahan paperku ini, tau. Memang, kebetulan sih ada Aditya yang turut membantuku.”ujarku ketus.

“Nah, ngakunya kamu bersama Aditya!!!”

“Emangnya, kalau aku bersama Aditya mengapa rupanya? Kamu tak berhak mengaturku sembarangan. Aku bukan budakmu, yang bisa kamu atur sekehendak hatimu.”

“Lihat saja nanti, kalau kamu tetap bersama Aditya. Aku akan buat perhitungan dengannya,” ancam Andrew, sembari mengacungkan jarinya.

“Eh, jangan coba-coba kamu menyalahkan Aditya ya!!! Kalau aku jalan bareng sama Aditya, itu bukan salahnya. Tetapi itu kehendakku sendiri. Aku bebas menentukan mau jalan bareng dengan siapa pun di muka bumi ini. Kamu tak berhak mengatur dan menentukan dengan siapa aku pantas bergaul, ngerti sobat!!!”balas hardikku pada Andrew, sembari menjatuhkan jari telunjukku ke dada Andrew. Kemudian lanjutku, “Nah, sekarang juga angkat kakimu dari kamar ini. Aku masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan.”

Andrew semakin emosi. Tangannya terangkat hendak menampar diriku. Tetapi aku tak surut melihat reaksi Andrew. Langsung saja aku sosor dirinya. Aku memasang badan, siap menerima pukulan Andrew. Aku tatap tajam sorot matanya.  Melihat reaksiku yang siap menantang, membuat kemarahan Andrew langsung surut dan mengurungkan niatnya memukul diriku. Sebagai gantinya ia mengibaskan tangan kuat-kuat dan membanting daun pintu kamar pemondokanku. Dia pergi meninggalkanku membawa kekesalannya.

 Kebetulan, hampir saja Andrew tubrukan dengan Ratna yang baru keluar dari kamar mandi. Ratna bersungut-sungut melihat tingkah Andrew itu.

“Hei Ana, mengapa pula si Andrew itu? Masa aku mau ditabraknya? Emangnya tadi tidak kamu beri… apa Ana?”

“beri sontoloyomu!!! Dia baru saja membuatku kesal. Konsentrasiku mengerjakan paper ini menjadi hilang dibuatnya.”

“Sudah aku bilang janganlah kamu macam-macam. Ya, begitu jadinya.”

“Ah, manusia egois seperti dia tidak layak diambil keturunannya, Rat.”

“Ah, masaaa…! Kalau kamu tak mau, ya untukku saja gitu loh,” sela Ratna, sembari  menggulung rambutnya yang basah dengan handuk.

“Ambil saja kalau kamu mau, aku tidak rugi kok!”

“Benar, kamu tidak nyesal, Ana?”

“Mengapa pula aku harus menyesal? Aku malah beruntung dapat membantumu, agar kamu tidak menjomblo terus gitu loh…” balasku menggoda Ratna.

Akhirnya kami berdua menjadi tertawa berderai. Aku tak peduli dengan apa yang dipikirkan Andrew. Sikapnya itu sungguh sudah keterlaluan. Menurutku dia terlalu egois. Belum lagi jadi isterinya, dia sudah begitu mengekangku. Bagaimana jadinya nanti kalau aku benar-benar jadi isterinya. Amit-amit deh, sulit aku membayangkan apa yang akan terjadi padaku nanti. Jangan sampailah aku menjadi isterinya si Andrew itu. Walau pun dia cukup tajir. Bagaimanapun juga, aku harus dapat membatasi diri bergaul dengan si Andrew, sebelum masalahnya menjadi runyam. Tapi kalau untuk memanfaatkan dia, boleh juga gitu… 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status