Share

2. JANGAN TINGGALKAN AKU

Setiba di mansion mewah kediamannya, Rosie bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Ia menggosok seluruh tubuh terutama di bagian-bagian yang telah dijamah pria asing itu kuat-kuat hingga kulit putih mulusnya memerah, tak lupa menggosok gigi dan berkumur puluhan kali. Ia merasa dirinya sangat kotor saat ini.

Air matanya tumpah bersamaan dengan guyuran shower di atas kepalanya. Perlahan dipejamkannya mata dan ingatannya terbang kembali ke masa lima tahun yang lalu. 

“Mulai sekarang tinggalkan karirmu sebagai aktris, Ayah akan menikahkanmu dengan putra relasi ayah, Richard Eddison!”

Rosie masih ingat betul kata-kata ayahnya, Sebastian White waktu itu. Ia masih berusia 22 tahun dan sedang berada di puncak karir sebagai aktris muda berbakat ditunjang dengan wajah cantik, mata biru, rambut emas, dan tinggi 172 cm bak model dunia.

Rosie sudah menekuni dunia akting sejak usia 17 tahun, karena dengan berakting ia dapat mengekspresikan diri sekaligus mengusir kesepian setelah ibunda tercintanya meninggal dunia. Sementara ayahnya yang ambisius terlalu sibuk mengembangkan bisnisnya. 

Namun saat ayahnya memaksa Rosie meninggalkan dunia akting, Rosie terpaksa menerima perjodohan itu.

Resepsi pernikahan dilangsungkan dengan megah karena mengundang pengusaha-pengusaha sukses di negara tersebut, juga beberapa pejabat tinggi.

Di hari itu juga Rosie berjanji akan melalui semua bersama-sama dengan Richard, dengan berusaha menjadi istri terbaik untuk suaminya. Ia percaya suatu saat kesabarannya akan membuahkan hasil. Bukankah batu karang yang keras sekalipun akan terkikis dihantam ombak setiap waktu? Apalagi sebuah hati.

Namun ternyata kenyataan tidak semudah pikiran naif istri malang itu.

Rosie keluar dari kamar mandi setelah merasa jauh lebih tenang dan segar kembali. Ia menuju ke pantry untuk menyiapkan makan malam. Ia akan memasak makanan kesukaan Richard, makaroni keju dan salmon alaska panggang.

Seperti kata pepatah yang pernah ia dengar, cinta berawal dari perut naik ke hati. 

“Aaaww!” Rosie meringis menyadari jari telunjuknya teriris saat ia sedang memotong salmon. Ia segera membersihkannya dengan air yang mengalir dari kran bak cuci piring lalu meraih kotak P3K dan membalut jarinya dengan plester penutup luka.

Apakah ini? Perasaannya mendadak berubah tak tenang, seperti ada firasat buruk. Apakah ada hubungannya dengan Richard?

Sebuah notifikasi muncul di ponsel Rosie yang ia letakkan di atas kitchen island menarik perhatiannya. Ia meraih ponsel dan menggeser layar untuk membukanya. Ada pesan dari Selena

Rosie membuang nafas kesal, pasti gadis cerewet itu berniat mencercanya habis-habisan perihal pria panggilan yang ditolaknya itu.

Namun kemudian ia memutuskan untuk tetap menelponnya karena tahu konsekuensinya bila diabaikan, Selena akan menterornya dengan misscall bertubi tubi.

“Hai!” sapa Rosie.

“Rosie?”

“Selena, aku minta maaf karena…”

“Sst!” terdengar desisan di seberang menyuruhnya bungkam. Rosie mengernyitkan kening tak mengerti. “Kau ingin menangkap basah suamimu?”

Rosie terkesiap, darahnya terasa berhenti mengalir. Ia tak tahu harus menjawab apa, karena tak yakin siap menyaksikan pria yang dicintainya bersama kekasih gelapnya dengan mata kepala sendiri. 

“Rosie?”

“Aku tidak tahu,” jawabnya perlahan.

“Ku-kirim alamatnya sekarang, terserah kau mau datang atau tidak!” tukas Selena.

Semenit kemudian muncul notifikasi lagi dari Selena yang berisi info sebuah alamat rumah yang ia tahu ada di kawasan real estate mewah.

Setelah menimbang, Rosie memutuskan untuk pergi ke alamat yang ada dalam pesan sepupunya dan ia akan memaksa suaminya meninggalkan perempuan itu, bagaimanapun caranya.

Rosie tiba di rumah yang dimaksud setelah hampir satu jam perjalanan. Sebuah rumah yang cantik dengan gaya mediterania, entah berapa ratus ribu dollar yang dikeluarkan suaminya untuk membelinya. Gadis itu pasti sangat istimewa bagi Richard, batin Rosie cemburu.

Ia menghentikan mobilnya di samping rolls-royce hitam yang ia tahu adalah mobil kesayangan suaminya. Ia keluar dari mobil dengan anggun dan langsung disambut oleh sopir suaminya, Anthony.

“Nyonya?” wajah Anthony tampak kaget tak percaya bercampur panik.

“Aku ingin bertemu suamiku,” Rosie menatap Anthony dingin.

“Aah..ehmm.. saya rasa ini bukan waktu yang tepat untuk bertemu Tuan Richard,” Anthony berusaha menghalangi langkah majikan perempuannya.

“Oh ya, mengapa?” Rosie meletakkan kedua tangannya pada pinggang rampingnya lalu meneruskan, ”Karena suamiku sedang bekerja keras memuaskan nafsunya, begitu?”

Mata Anthony membeliak, keringat dingin membasahi pelipisnya.

Rosie mendorong tubuh Anthony ke samping dengan tak sabar lalu meneruskan masuk ke dalam rumah. Anthony berusaha mengejar namun terlambat, ia tak berani lancang ikut masuk. Ia memutuskan menghubungi nomor ponsel Richard namun tak terjawab.

Rosie memperhatikan kemeja yang ia hafal betul milik suaminya tercecer di lantai lobby Ia melangkah dengan dada bergemuruh bagai gelombang badai saat air laut pasang, mengikuti lembaran demi lembaran kain penutup tubuh yang berceceran bak penunjuk jalan hingga kaki Rosie terhenti di area dapur. 

Pemandangan di depannya terlalu menyakitkan. Seorang wanita berambut hitam sebahu tanpa sehelai benang-pun di tubuhnya setengah membungkuk dengan kedua tangan memegang erat meja counter.

Sementara bibirnya meneriakkan nama Richard berulang kali seperti mengucapkan mantra karena setiap nama itu disebut, gerakan pria yang menempel di belakang tubuhnya makin liar dan menggila. 

Air mata Rosie luruh kembali, tubuhnya gemetar hebat. Ia ingin mati saja rasanya.

Dan seolah mengetahui adanya kehadiran sosok lain, dua manusia yang dipenuhi nafsu terlarang itu menoleh dan wajah Richard yang awalnya merah dilanda hasrat menggebu berubah menjadi pucat pasi. Ia buru-buru melepaskan diri dari kekasihnya, Sasha. Mereka menyembunyikan bagian vital tubuh mereka di belakang meja counter.

“Mengapa kau lakukan ini padaku, Richard?” 

“Rosie, aku…”

“Sudahlah,” Rosie menatap laki-laki yang dicintainya lekat-lekat, ”Aku sudah memaafkanmu, pulanglah bersamaku, kita akan memulai kembali dari awal.”

Richard tertegun dengan kata-kata Rosie, bagaimana mungkin wanita bisa setegar itu? Sebesar itukah cinta Rosie padanya? Tapi mengapa ia tak pernah bisa membalas cinta itu?

“Aku ingin kita bercerai,” begitu saja kata-kata itu keluar dari bibir Richard, ”Aku tak bisa terus berpura-pura mencintaimu sementara di hatiku hanya ada orang lain. Perceraian ini adalah yang terbaik,untukmu dan untukku.”

Rosie menggeleng kuat, ”Kau hanya mengerti yang terbaik untukmu, Richard. Hal terbaik-ku adalah kita tetap bersama.”

Richard iba melihat pipi Rosie bersimbah air mata, tapi ia sudah membulatkan hati untuk meninggalkan wanita yang sudah menemaninya lima tahun itu.

“Maafkan aku tapi cinta tidak bisa dipaksakan, kita hanya akan saling menyakiti.”

“Aku akan menunggu sampai kau mencintaiku lagi…tolong jangan tinggalkan aku!” 

“Aku akan tetap menceraikanmu, itu sudah keputusanku!”

Richard tak bergeming dengan wajah istrinya yang memelas. Bukannya Richard pria yang tak memiliki hati, tapi ia harus mengakhiri drama rumah tangganya. Ia tak mau mendustai Rosie terus-menerus, juga tak mau kehilangan cinta sejatinya.

Richard menuju ruang tamu dan mengenakan lagi kembali pakaiannya diikuti Sasha, ketika ia menangkap siluet Rosie berdiri di ambang pintu sambil menggenggam pisau di tangan kirinya. Entah dari mana Rosie mendapatkan pisau dapur itu, pandangan kosong Rosie membuatnya mulai kuatir.

“Bercerai sama dengan membunuhku, mungkin lebih baik bagimu melihatku mati sekarang!” 

Kejadian berikutnya terjadi begitu cepat, sebelum mata Richard sempat mengerjap, wanita malang itu sudah menggores nadi pergelangan tangannya.

Darah mengucur deras dari lubang yang menganga, lantai marmer di sekitar segera penuh dengan genangan darah.

“Rosie, omg!” teriak Richard panik.

Ia segera mengambil handuk dan dibalutkan pada pergelangan istrinya, sebentar saja handuk itu sudah berubah warna menjadi merah. Richard memeluk tubuh istrinya yang mulai lemas.

“S-sekarang...k-kau... bisa m-menikahinya...,” Rosie tersenyum getir.

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Megarita
loh koq metong...
goodnovel comment avatar
Its Me
Duh, Rosie, malah nyakitin diri sendiri...
goodnovel comment avatar
Cindi82
udah mergokin suami tapi ga mau cerai. ya ampun rosie
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status