“Mich, berjanjilah kau tak akan meninggalkanku!” isak Rosie.
Michael terpaku, bagaimana ia harus menjawab pertanyaan yang paling menakutkan itu? Tapi apakah ada jalan lain dalam menghadapi perjanjian Jebakan Madu yang telah disepakati?“Mengapa tak menjawab?” Michael tergagap ketika Rosie mengguncang lengannya, gusar melihat keraguan yang tersirat di wajah pemuda itu.“Oh, maaf … aku sedang memikirkan hal lain!” elak Michael. Ia tak mungkin berterus-terang pada Rosie karena kekasihnya itu pasti tak akan memaafkannya. Belum lagi Richard, pria itu pasti akan membunuhnya kalau ia membongkar rahasia perjanjian mereka.“Hal lain apa? Memikirkan cara bagaimana meninggalkanku?” bibir Rosie mengerucut.“Tentu saja tidak, begitu sulit mengejar cintamu, mana mungkin kulepaskan!” rayu Michael seraya membelai pipi Rosie. Kekasihnya masih cemberut, ia tersenyum geli melihat ekspresinya.“Aku marah, mengapa malah senyum-senyum?” Rosie mKeadaan di supermarket hari itu cukup ramai, Abigail memaksakan diri masuk dalam keramaian karena bahan makanan di kediamannya telah habis sama sekali. Mau tidak mau ia harus membelinya di supermarket terdekat. Setelah memilih sesuai kebutuhan, ibu kandung Michael menuju ke kasir. Ia menghembuskan napas kesal melihat antrian panjang yang mengarah ke kounter kasir. Tak ada pilihan, Abigail mengambil posisi di barisan paling belakang. Tidak lama dari dia mengantri, seseorang ikut mengantri di belakangnya. Abigail mengira orang itu pastilah sesama pembeli yang menunggu giliran membayar sama sepertinya. “Nyonya Abby, sungguh kebetulan!” Abigail memutar kepalanya dan terkejut melihat Kevin berdiri di belakangnya. Tubuhnya menegang, pupil matanya bergerak ke kiri kanan mencari-cari kalau orang yang paling dibencinya juga ada di dekatnya. “Tuan George tidak ada di sini, Nyonya!” kata Kevin menjawab kekhawatiran yang sang
“Maafkan aku, perbuatanku memang tidak termaafkan. Izinkan aku menyelamatkan Michael, dengan begitu ia bisa menyelamatkan drimu dan anak bungsumu!” ucap George setengah memohon. Abigail menggigit bibir, “Seandainya saja aku wanita yang kuat, tentu mereka berdua tak akan mengalami masalah seperti ini. Aku seorang ibu yang gagal.” “Tidak!” secara refleks George meraih jemari Abigail namun wanita itu menarik tangannya dengan ketakutan. “Maaf … maaf … aku tidak sengaja!” George mengatupkan kedua telapak tangan ke depan dada, ia benar-benar menyesali kecerobohannya. Abigail menyembunyikan kedua tangannya yang kurus ke bawah meja, di atas pangkuannya. Ia berusaha untuk mengubur dalam-dalam ketakutannya pada pria di depannya, namun tetap saja tak berani menatap mata hijau George. “Aku tidak bisa memaafkanmu, tetapi aku akan melakukan apapun untuk putraku.’ George mengangguk, ia tidak bisa menyembuhkan trauma dan kebencian di hati Abigail. Semua karena kebodohannya di masa lalu. “Aku
Hari sudah larut malam ketika Michael tiba di apartemennya, ia sempat berpikir ibunya pasti sudah tidur lelap. Tetapi Abigail ternyata sedang duduk di sofa sambil menonton televisi, seperti sengaja menunggunya. “Mengapa baru pulang, Mich?” tegur Abigail, wajahnya terlihat cemas. “Aku menemani Jonas,” jawab Michael singkat. Ia tak ingin membuat ibunya khawatir dengan keadaan Jonas yang sebenarnya, juga masalah yang sedang dihadapi. “Mengapa Ibu belum tidur? Sengaja menungguku karena ingin membicarakan sesuatu?” Michael duduk di samping Abigail, meraih tangan ibunya dengan lembut. Ia dapat melihat tatapan Abigail sedih, seperti menyimpan rahasia dan kecemasan besar. “Ibu ingin membicarakan sesuatu,’ suara Abigail terdengar agak gemetar. “Ibu seperti mencemaskan sesuatu, ada apa sebenarnya?” tanya Michael melihat kegugupan sang bunda. “Ibu … Ibu sudah memutuskan berdamai dengan ayahmu,” Abigail
Jason berdehem, seperti ada sesuatu yang tersangkut di tenggorokannya. Perlahan ia memberanikan diri menatap mata Rosie dan berkata, “Michael mengundurkan diri!” Rosie tertegun, ia tak meyakini pendengarannya barusan. Michael mengundurkan diri? Apa maksudnya? Mengapa Michael tak pernah menyinggung masalah ini sebelumnya? “Mengundurkan diri? Apa alasannya?” suara Rosie terdengar bergetar di telinga Jason. “Penyakit yang diderita adiknya semakin parah, Michael ingin menemaninya sepanjang waktu!”kata pria itu beralasan. Alasan itu tidak sepenuhnya bohong, kondisi Jonas saat ini sangat mengkhawatirkan karena tubuhnya semakin lemah dan kemoterapi tidak dapat dilakukan dengan kondisi seperti itu. “Baiklah, aku akan menghubunginya nanti. Terima kasih sudah mengabariku!”Rosie memaksakan senyum hingga terlihat sangat kaku. Jason mengeluh dalam hati, sebenarnya ia tidak suka dihadapkan pada situasi romansa sedih. Tetapi Richard dan M
Pria itu berdiri di hadapan Rosie sebelum wanita berusia 27 tahun itu sempat berkedip, tubuh kekarnya menjulang tinggi di atasnya dan membelai pipinya dengan punggung tangan.Rosie tidak mampu bergerak, ia hanya berdiri membeku seperti lalat yang terperangkap dalam jaring laba-laba dengan mulut yang mengepak namun tidak ada kata-kata yang bisa keluar. Laki-laki yang tampaknya lebih muda beberapa tahun darinya itu tersenyum memamerkan deretan gigi putih menawan sedangkan mata hijau zamrudnya menatap Rosie sayu, tatapan sarat nafsu laki-laki yang membuat wanita muda itu bergidik ngeri.“Namamu Michael?” Rosie mencoba membuka percakapan meski sebenarnya ia sudah mengetahuinya dari Donna, mucikari yang diperkenalkan oleh Selena. Donna yang membawa laki-laki tampan itu kepadanya, dan kini tinggal mereka berdua sendirian di dalam kamar hotel yang lebih mirip kamar bulan madu itu.“Anda cantik sekali,” suara Michael terdengar lembut dan dalam. Rosie menelan ludah ketika wajah Michael begi
Setiba di mansion mewah kediamannya, Rosie bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Ia menggosok seluruh tubuh terutama di bagian-bagian yang telah dijamah pria asing itu kuat-kuat hingga kulit putih mulusnya memerah, tak lupa menggosok gigi dan berkumur puluhan kali. Ia merasa dirinya sangat kotor saat ini.Air matanya tumpah bersamaan dengan guyuran shower di atas kepalanya. Perlahan dipejamkannya mata dan ingatannya terbang kembali ke masa lima tahun yang lalu. “Mulai sekarang tinggalkan karirmu sebagai aktris, Ayah akan menikahkanmu dengan putra relasi ayah, Richard Eddison!” Rosie masih ingat betul kata-kata ayahnya, Sebastian White waktu itu. Ia masih berusia 22 tahun dan sedang berada di puncak karir sebagai aktris muda berbakat ditunjang dengan wajah cantik, mata biru, rambut emas, dan tinggi 172 cm bak model dunia.Rosie sudah menekuni dunia akting sejak usia 17 tahun, karena dengan berakting ia dapat mengekspresikan diri sekaligus mengusir kesepian setelah ibund
Tubuh Rosie mulai lemah dan terasa seringan kapas, pandangan mengabur dan gendang telinga seperti tertutup. Sebelum hilang kesadaran sepenuhnya, sayup-sayup ia mendengar teriakan panik Richard,” Bertahanlah Rosie, aku akan membawamu ke rumah sakit!”***Michael menyusuri gang sempit menuju apartemen kumuh yang ia huni bersama ibu dan adik laki-lakinya, Jonas. Sebenarnya ia enggan pulang karena belum menghasilkan uang sama sekali.Semuanya disebabkan oleh wanita cantik misterius yang ia temui hari itu. Bukan hanya diusir, ia juga berakhir dipecat dengan tidak hormat karena laporan pelayanan buruk dan tidak profesional.Michael Evans, nama lengkap pemuda itu. Orang-orang terdekat memanggilnya Michael, usianya 24 tahun. Hari itu adalah hari pertamanya bekerja sebagai pria penghibur.Sebelumnya ia hanya bekerja sebagai pelayan rumah makan namun karena memiliki adik yang sakit-sakitan dan membutuhkan biaya tidak sedikit untuk berobat ke rumah sakit.Ia terpaksa mengikuti anjuran Nathan, sa
“Apakah kau yakin berobat di rumah sakitnya orang-orang kaya ini?” Nathan meneguk ludah sendiri saat menghentikan mobil tepat di depan pintu masuk unit gawat darurat sebuah rumah sakit besar yang berada di jantung kota.“Aku tidak peduli, keselamatan adikku lebih penting!” kata Michael berkeras. Sebenarnya mereka berdua sudah berusaha mendatangi rumah sakit kecil namun bagian administrasi mengatakan unit gawat darurat.sedang penuh saat ini dan masih banyak yang belum tertangani. Ia menganjurkan mereka ke rumah sakit lain, dan anehnya beberapa rumah sakit serupa dalam kondisi yang sama. Akhirnya Nathan memutuskan menuju rumah sakit besar itu karena kondisi adiknya yang mengkhawatirkan.Belum lagi ia membuka pintu mobil, tiba-tiba terdengar bunyi klakson sangat keras di belakang mereka.“Wtf!” maki Nathan kesal, apalagi saat lampu depan mobil rolls royce di belakangnya berkedip-kedip menyilaukan mata. Nathan keluar dari mobil diikuti Michael dengan Jonas dalam gendongannya.“Hey, jan