Share

3. Skandal di Kantor

"Lisa, kakak Kamu sakit. Sudah hampir seminggu koma. Dia sekarat."

Mendengar kabar itu, Lisa benar-benar terkejut. Maniknya kini mulai buram karena dipenuhi dengan air mata.

"Mbak Risa kenapa, Mas?" Pipi wanita berambut panjang itu kini mulai basah, air mata yang sebelumnya tertahan di matanya tak bisa terbendung lagi.

Lisa sadar jika hubungan antara dirinya dengan sang kakak kandung memang tidak baik, bahkan Lisa pernah menaruh dendam kepada Risa sejak dirinya diusir pergi dari rumah. Namun, tak bisa dipungkiri bahwa Risa masih memiliki hubungan darah dengannya, tak mungkin Lisa tak merasakan sedikitpun kesedihan ketika mengetahui kabar ini.

Mario menghela napas panjang sebelum akhirnya menceritakan apa yang terjadi kepada istrinya. "Kecelakan, Lis. Sekitar seminggu yang lalu. Risa ke luar kota bersama atasannya untuk urusan kerja. Saat itu, cuaca sangat buruk, hujan turun dengan lebat, bahkan terjadi badai. Aku sudah bilang agar dia menginap saja dulu di hotel, tapi dia tetap nekat pulang. Mobil yang dikendarai atasannya itu kehilangan kendali karena jalan yang licin, jadi kecelakaan tak bisa terhindari."

Kabar kecelakaan yang diceritakan secara detail oleh Mario membuat tangisan Lisa semakin menjadi-jadi.

Mario yang melihat Lisa yang bercucuran air mata merasa tidak tega. Itulah alasannya sejak tadi ia memiliki keraguan untuk menceritakan hal ini kepada Lisa. Wanita itu baru saja kehilangan bayi, dan rasanya pasti sangat berat jika dia juga harus mendengarkan kabar kakak kandungnya yang koma. Namun bagaimanapun itu, Lisa adik kandung dari Risa. Ia berhak tahu apa yang terjadi dengan kakaknya. Maka dari itu Mario berubah pikiran dan menceritakannya.

"Menangislah sesuka hatimu, Lisa. Aku akan menunggu. Sesudah itu, kita doakan saja yang terbaik untuk Risa." Mario berkata pelan.

Sejujurnya, menyaksikan Lisa yang terlihat sangat rapuh saat ini, Mario sangat ingin memeluk wanita di hadapannya dengan erat. Namun, mengetahui Lisa yang sudah memiliki hubungan dengan pria lain membuat dirinya menahan keinginannya.

Mario juga tidak menyangka juga Lisa sesedih ini mendengar kakaknya koma. Ia pikir, Lisa membenci kakaknya karena dulu ia diusir dari rumah.

Lisa yang Mario kenal dulu memang gadis berhati lembut. Sifatnya seperti berkebalikan dengan kakaknya.  Risa tegas, bahkan cenderung galak. Ia perempuan yang mandiri, berani, dan gesit.

Sedangkan Lisa adalah perempuan yang lebih kalem,  lemah lembut, halus. Bahkan mau dimarahi Risa sebagaimanapun ia hanya diam dan tidak pernah berani melawan. Lisa juga cengeng. Terbukti sekarang ia sedang menangis tersedu-sedu.

"Saya mau jenguk dulu, Mas. Boleh?" Lisa menatap dengan tatapan memohon.

"Tentu boleh," jawab Mario lalu ia mematikan mesin mobilnya. 

Keduanya lalu turun dari mobil dan berjalan dengan membisu menuju ruang rawat Risa.

***

Di depan ruang rawat, seorang lelaki tampak berwajah sedih menatap Risa yang terbujur tak berdaya dengan berbagai alat medis di tubuhnya. 

Dari balik kaca itu ia menempelkan tangannya, seolah ingin sekali ia membelai rambut kusut Risa yang telah koma berhari-hari. 

Daniel, pria yang bersama dengan Risa ketika dirinya mengalami kecelakaan itu menarik nafas panjang. Tangannya masih meraba kaca bening yang membatasi ia dengan Risa di ruangan menyeramkan itu.

"Daniel? Kamu sudah mendingan? Apakah sudah keluar dari rumah sakit?" Suara Mario terdengar menyapa.

Daniel terkejut setengah mati. Ia terlalu terhanyut pada lamunannya sehingga tidak menyadari kalau tahu-tahu sudah ada Mario di belakangnya.

"Oh, y--ya, Mario. Saya sudah keluar dari Rumah Sakit sejak kemarin sore. Suster juga bilang kamu datang menjenguk saat saya tidur. Terima kasih. Dan ya, mmm... seharusnya saya menghubungi kamu untuk minta maaf. Saya benar-benar ... ." Rupanya Daniel kehilangan kata-kata. Sungguh situasi itu begitu canggung untuknya.

Mario hanya tersenyum lalu ia tampak melirik Lisa yang berdiri di sampingnya dengan bingung karena tidak tahu Daniel ini siapa.

Menyadari ekspresi Lisa yang semakin terlihat canggung, Mario pun mengenalkan pria di hadapannya kepada wanita itu. "Lisa, perkenalkan, ini Daniel. Dia atasan kakak kamu yang bersama dengan Risa ketika mengalami kecelakaan."

Lisa pun menjabat tangan Daniel, dan hanya bisa mengangguk.

Mario lalu memutuskan untuk mengantar Lisa dulu. Dia memutuskan untuk berbicara dengan Daniel di lain kali, karena dia jelas tak tega jika harus menghambat Lisa untuk menjenguk kakak kandungnya.

"Sebentar, sebentar. Saya antar Lisa dulu, ya. Dia adiknya Risa. Biar dia dibantu suster untuk menjenguk masuk karena harus satu orang saja dan pakai baju khusus agar steril," ucap Mario mengantar Lisa ke meja perawat yang sedang berjaga.

Daniel mengangguk. Keringat dingin mulai bercucuran di dahinya. Ternyata nyalinya di hadapan Mario tidak sebesar kemarin saat dia berkoar-koar pada Risa kalau ingin membongkar rahasia yang disembunyikan keduanya.

Daniel lalu duduk di sebuah kursi tak jauh dari tempat ia berdiri tadi. Selang tak berapa lama, Mario menyusulnya. Lisa sudah bersama suster dan sedang bersiap untuk masuk ke dalam ruangan pasien.

"Maaf sekali lagi, Mario. Sungguh, kejadian ini berada di luar kendaliku. Aku tidak menyangka tiba-tiba hujan akan datang begitu lebat." ucap Daniel singkat. Ia benar-benar tidak bisa banyak bicara di situasi begini. Lidahnya seperti kelu tiba-tiba. 

"Ya, saya mengerti, Daniel. Namanya juga kecelakaan. Polisi yang menyelidiki kasus bilang kalau kecepatan mobil kamu aman. Cuma memang kebetulan jalanan yang kamu lewati sedang diperbaiki, dan kondisi cuaca benar-benar buruk,"

"Tapi, Mario--"

Belum sempat pria di hadapannya berbicara, Mario sudah langsung memotongnya. "Sudahlah. Saya mengerti kamu pasti juga sedih dengan keadaan begini. Saya tidak ingin menyalahkan siapa-siapa. Namanya juga sudah takdir," ucap Mario dengan berbesar hati.

Daniel makin menunduk saja mendengar ucapan Mario yang setulus ini. Sungguh suami Risa memang pengertian, baik, setia, penyayang. Daniel tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Mario kalau ia berkata jujur soal Marsa.

"Mario, apakah kamu lugu, atau memang bodoh? Apakah kamu tidak tahu bahwa istrimu itu menyimpan rahasia besar darimu?" 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status