Share

9. Dia Bukan Si Pria Baik Lagi

Entah sihir jenis apa yang sedang kau gunakan.

Di mataku, apapun yang kau lakukan harus ku maklum kan.

Apapun yang kau buat adalah suatu kebenaran

Aku suka apapun yang kau katakan.

Meski aku tau, itu hanyalah sebuah kebohongan.






Aqila menatap seorang yang dulunya difikir nya baik, tapi sekarang telah berubah menjadi menyeramkan. Entah sudah berapa banyak gadis yang gonta ganti digandeng nya. tadi pagi jalan dengan Devi nanti siangnya bisa jadi jalan dengan sherly.

Dalam jangka tiga bulan saja sudah hampir semua anak kelas 1 habis dipacarinya. Apa dengan begitu dia berfikir dia hebat?. Bukankah itu hanya sebuah tindakan gila!.

"Sudah banyak gadis didatangi nya, tapi dia bahkan tetap tak sekalipun menatap kearahku." Ini lebih gila dari tindakan Deo si playboy newbie itu. Bagaimana bisa ada seorang gadis yang berharap menjadi korban playboy?.

Wilda menyentuhkan tangan kanan pada dahi Aqila. "Panas si emang." Wilda berkata dengan jengah.

Semenjak putus dengan Deo dan melihat Elang bersama Aqila, Wilda mengajak Aqila bersahabat. Kebetulan mereka memang cocok satu sama lain untuk menjadi sahabat.

"Aku harus gimana Wil?" Aqila terdengar putus asa dengan apa yang dikatakan. Putus asa karna belum dapat giliran dipermainkan playboy?.

"Ya ngak harus gimana gimana, perasaan yang mantannya Deo gue? kenapa yang ngak bisa move on elu?" Benar juga, Wilda bahkan tak peduli sedikitpun dengan apa yang diperbuat mantan kekasihnya itu.

"Iyalah, kamu kan nggak bisa move on nya sama Elang!" Skakmat. sebuah kalimat yang biasanya akan membuat Wilda tak bisa berkata kata lagi.

Ya, meski mereka baru berteman sebentar, dua gadis itu saling terbuka satu sama lain. bahkan Aqila kadang membantu Wilda dekat dengan Elang.

"Kenapa diem Wil?" Benar saja, Wilda akan diam seribu bahasa bila diingatkan soal Elang. Dan itu adalah senjata ampuh Aqila untuk menjahili Wilda.

"Lu lihat kesana?" Wilda menunjuk arah taman yang memang bisa dilihat dari rooftop sekolahan, tempat favorit dua sahabat baru itu.

"Deo nyuapin pacar baru nya. Siapa namanya?" Sepertinya Wilda sudah dalam mode on untuk membalas semua kejahilan Aqila.

"Ya mana aku tau, difikir aku tukang sensus daftar pacar Deo apa." Bibir mungilnya mulai mengerucut, sang empu sudah sangat kesal pada kata yang baru saja didengarnya.

"Nah kalo lu mau nyensus, masukin gue dalam daftar paling atas." Wilda sengaja mengibas rambutnya kesamping, hingga mengenai wajah Aqila.

"Iya tau kamu cinta pertamanya, tapi aku kan nanti cinta terakhir nya." Seperti yang diketahui Wilda adalah orang pertama yang menjadi pacar Deo sekaligus pertama kali mematahkan hatinya.

Wilda memandang tak percaya kepada orang disampingnya, segila itu dia pada Deo. "Sebahagia elu aja lah La, lu atur."

"Hari ini bakal ada drama lagi?" Aqila bertanya setelah menenggak sebotol minuman soda yang dari tadi di genggamnya. Untuk mendinginkan diri di suasana terik begini, memang diperlukan minuman yang menyegarkan. Ya meski tak bisa mendinginkan suasana hati.

"Lihat saja." Kedua nya masih asyik memandangi Deo dan pacarnya yang tengah memadu cinta di taman. Seperti menonton suatu pertunjukan.

Benar saja, beberapa menit berlalu,tiba tiba Siska datang dengan tergopoh. Pertunjukan akan benar benar dimulai.

"Lima puluh ribu, gue megang Siska lagi." Seakan sedang berada di sebuah Cassino, Wilda menaruhkan uang 50ribunya untuk mendukung Wilda.

"Nggak, gue juga megang Siska!" Aqila tentu saja kapok, sudah sering kalah dari Wilda. Bagaimana tidak? Tiga bulan ini Siska adalah juara bertahan dari perkelahian antar pacar Deo.

"Oke, hari ini kita cukup jadi penonton." Wilda kembali memasukkan popcorn kedalam mulutnya. Sudah benar benar seperti menonton bioskop.

Tak tauapa yang sedang dibicarakan ketiga manusia dibawah sana, dari jarak yang jauh begini mustahil mendengarnya. Yang jelas hanya raut amarah yang terpancar. Hanya beberapa kali saja terkadang terdengar teriakan.

"Jalang!" Entah suara siapa. Bisa saja suara Siska, bisa juga itu suara fara. Wilda dan Aqila  hanya mendengar samar samar.

Adegan berikutnya menunjukkan Siska yang menjambak rambut pendek fara. Tak Terima dengan perlakuan yang diterima Fara balas menjambak rambut Siska. Keduanya saling beradu di taman layaknya sedang bertarung MMA. Tak seorangpun mau mengalah. Seolah akan mendapat hadiah besar.

"Hebat juga Deo, dari disia siain cewek berubah jadi rebutan cewek." Wilda menganga tak percaya apa yang dilihat.

"Dan Deo malah pergi ninggalin mereka berdua." Aqila menyambung kalimat Wilda. Aqila tak habis fikir, dia kira Deo akan memisah kedua perempuan yang tengah berkelahi karna nya. Tapi yang terjadi? Deo justru pergi dengan cueknya tanpa mempedulikan Fara ataupun Siska. Bagaimana kalau dua perempuan itu bertarung sampai mati?. Siapa yang akan bertanggung jawab?.

"Dan lu masih yakin La? mau sama cowok yang begitu? cowok playboy yang nggak punya hati apalagi empati? bukti nyata baru aja lu liat. Oh no no no, bukan baru aja, tapi tiap hari lu liat!" Yang dikatakan Wilda memang benar, lelaki seperti Deo tak pantas lagi ditunggu. Lihatlah caranya memperlakukan perempuan. Sangat tidak pantas.

"Setiap orang bisa berubah kan Wil?" Antara bertanya atau memberi pertanyaan, yang jelas dari sorot matanya terlihat jelas, dia ingin diyakinkan bahwa setiap orang bisa berubah menjadi baik.

"Tapi Deo kebalikanya.Dia berubah dari baik jadi buruk." Seolah tau apa yang difikirkan sahabatnya, Wilda meyakinkan bahwa Deo yang disukai sahabatnya, bukan lagi Deo yang dulu.

"Terus aku musti gimana Wil?"

"Terus terus! Nabrak yang ada kalau terus terus!" Dengan kesal Wilda menjawab, Sahabatnya yang satu ini memang sangat bebal.

"Serius wil!"

"Ya elu mending lupain Deo, dia tu nggak pantes buat elu La! Elu mau jadi kaya tu manusia berdua?. Kaya badut. Berantem cuman demi cowok." Wilda mengucapkanya sambil menunjuk Fara dan Siska yang masih sibuk saling menjambak satu sama lain, bahkan kali ini sampai berguling guling ke tanah.

"Taulah, yaudah ayo masuk kelas." Aqila bangkit dari tempat duduknya, karna sebentar lagi jam istirahat sudah selesai.

Kedua sahabat itu mulai menyusuri lorong sekolahan untuk sampai ke kelasnya. Mereka terlihat asyik dalam topik bahasan mulai dari membahas drama Korea terbaru sampai saling berbagi informasi produk skincare yang dipakai.

*****

"Kak Deo tunggu." Siska dengan rambut awut awutanya menjegal tangan Deo. Bukan hanya rambutnya yang tidak berbentuk, seragam sekolah yang berwarna putih pun sudah berubah kecoklatan karna tanah. Benar benar mirip orang gila.

"Apalagi Siska?" Seperti tak membuat kesalahan, Deo menjawab Siska dengan cueknya.

"Kak Deo kenapa selalu berbuat kaya gini ke aku? Kakak bilang kakak suka sama aku. Sayang sama aku. Tapi kak Deo malah pergi sama wanita wanita lain."

"Yang pertama Siska. Perempuan perempuan itu cuman temen."

"Temen kakak bilang? mana ada temen semesra itu." Siska memotong perkataan Deo.

"Kedua. Kamu tu crewet Siska, overprotective. Semua yang deket sama aku kamu musuhin. ketiga aku bilang aku sayang dan suka sama kamu kapan? kemarin kan? itu artinya udah lewat! udah masa lalu. Dan hari ini perasaan itu udah benar benar ilang. KITA PUTUS SISKA!" Deo mengucapkanya dengan tersenyum seperti telah meraih sebuah kemenangan. Ya, kemenangan karna berhasil mematahkan hati seseorang.

Kini Deo tau, kenapa banyak orang yang suka menjadi jahat, ternyata menyakiti orang sangat menyenangkan. Dan dia suka itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status