Share

I Want To Be Playboy
I Want To Be Playboy
Penulis: Noe larassati

1. Si Pria Baik Hati

Pepatah mengatakan tetaplah berbuat baik maka kamu akan bertemu orang baik jika tidak. Maka kamu akan ditemukan orang baik. Jika tetap tidak. Kamu lah orang baik itu.

Sepertinya itu kata kata terbulsyit yang pernah ku dengar. Menjadi orang baik hanya akan membuatmu di anggap lemah. Sepertinya aku lebih menyukai kata pepatah yang lain "Dunia adalah tempat yang kejam. Hanya ada dua pilihan. Disakiti atau menyakiti!"   _Ardeo_

*****

Aqila Pov

Seorang remaja lelaki terlihat membelah jalanan yang sedang terguyur hujan. Tak menghiraukan dirinya yang sedang basah kuyup. Dia lebih asyik menyembunyikan buku di dalam jaketnya.

"Nadine maaf ya telat diluar hujan. Jadi agak macet." Dia terlihat menyerahkan sebuah buku catatan kepada gadis didepanya.

Manis sekali. Merelakan diri basah untuk sekedar mengantar buku catatan kekasihnya. Iya kekasihnya. Itu yang ku dengar dari teman teman bimbel.

Namanya Ardeo kelas sebelas IPA1. Kudengar dari orang orang dia seseorang yang cerdas. Sering juara umum disekolah. hebat. Aku masih memandangi nya dari jendela tempatku duduk.

"Deo maafin aku ya ngerepotin kamu terus. Kamu jadi basah gini." Nadine terlihat menekuk wajahnya. Tapi dari yang ku lihat. dia tak benar benar tulus melakukanya. Hahaha. Ahh kenapa aku jadi psikolog dadakan.

"Ngak papa. Aku lebih seneng kamu repotin . Itu artinya kamu nganggep aku." Mereka terlihat saling melempar senyum. Serial drama Korea akan dimulai sepertinya.

"Tapi nanti kalo kamu sakit gimana? Aku ngak mau kamu kenapa napa."

"Enggak Nadine. Aku baik baik aja. Cowok macam apa cuman kena air aja tumbang." Katanya sesumbar. Cowok macam apa dia bilang? padahal dari yang kulihat matanya sudah memerah karna hujan. Nah hidung nya juga dari tadi mengeluarkan ingus. Masih bisa bisanya bilang tidak apa apa.

Harusnya dia gentle bilang. Dia sakit.

"Kamu masuk kelas gih. Nanti telat. " Dia terdengar menginteruksi nadine.

"Yaudah aku masuk kelas dulu. Hati hati" Nadine terlihat agak malu malu mengatakannya

"Deo jangan lupa jemput nanti jam 5." Nadine tampak melambaikan tangannya pada sosok yang semakin jauh mengendarai motor matic nya.

Semoga kali ini dia benar benar mendapatkan orang yang tulus. Tak disakiti lagi. Dia pria yang baik.

"Pacar baru ya Nad?" Aku sekedar bosa basi menanyakan. Aku dan Nadine teman satu sekolah. Hanya beda kelas saja.

Nadine hanya tersenyum penuh arti. Tak mengiyakan atau pun menyangkal.

"Menurutmu kita cocok?" Hanya balasan itu yang kudengar dari Nadine. Tak tau apa artinya. Hanya ku harap kali ini pria baik itu tak tersakiti lagi.

"Sangat cocok!" Aku tersenyum menjawab nadine.

Dari yang kutau Nadine memang dekat dengan banyak lelaki. Mungkin karna pribadinya yang supel. Tentu saja juga cantik.Tapi semoga kali ini dia benar benar tulus dengan pria baik itu.

*****

Deo pov

"Nadine!" Aku masih bersikap setenang mungkin menghampiri Nadine. Kekasihku. yang sedang asyik bermesraan dengan laki laki lain. Kulihat dari bet bajunya. Dia adalah kakak kelas kami.

"Apa maksudnya semua ini?" Aku mengamati mereka berdua yang tak juga menunjukkan sikap terkejut. Hebat. Dua orang paling tak tau malu di dunia.

"Maksud kamu? " Nadine terlebih dulu menjawab dengan ekpresi yang sulit ku artikan. Gadis ini benar benar.

"Kita masih ada hubungan Nadine. kamu masih pacar ku. Tapi ini...." Aku benar benar tak bisa melanjutkan kalimatku.

"Deo...." Nadine menjeda kalimatnya. menarik nafasnya dalam. Kena kau sekarang Nadine.

"Deo.. aku ngak tau ya. apa yang ada didalam otakmu? sampai kamu berfikiran kita ini punya hubungan. Memang aku pernah bilang kalau aku menyukaimu? hahaha pacaran apanya." Nadine dan pria sialan disampingnya menertawakan ku.

"Deo, selama ini aku cuman kasian aja sama kamu. Setelah dicampakkan Stephani kamu tampak menyedihkan. Yah sebagai orang yang baik. Aku cuman bantu kamu aja supaya ngak merasa kesepian. Ngak lebih."

Hahaha. Apa katanya. Semua yang selama ini dia lakukan cuman kasihan?. Setiap hari aku antar jemput dia? kita nonton setiap malam minggu? berjam jam telfon setiap malam? hahaha. Cuman hanya bahan bercandaan dia?.

"Termasuk saat kamu bilang cinta ini?" Aku menunjukkan layar handphone ku. Terdapat bukti screenshot percakapan kita .

Di screenshot itu terdapat chat dari Nadine yang bilang kalo dia mencintaiku dan tak bisa hidup tanpaku. Aku yakin kali ini nadine takkan bisa mengelak lagi.

Tapi Nadine hanya mendengus.

"Deo kamu harus menerima kenyataan bahwa kita tak pernah ada hubungan apa apa. Kita cuman sebatas teman. Dan kak Rasya ini  pacarku." Ucapnya bangga menunjuk lelaki jangkung disampingnya.

"Maaf Deo, tapi aku ngak pernah punya perasaan apa apa sama kamu. Aku harap kamu mengerti. Ayo kak Rasya" Dia bergegas pergi bersama pria disampingnya. Dan aku? hanya bisa menatap kepergian mereka dengan melongo.

Apa ini? aku kembali dicampakkan? aku kembali di buang? kisah cintaku berakhir seperti ini lagi? sepertinya dunia memang bukan tempat yang baik untuk orang berhati tulus.

Nadine yang awalnya ku anggap tulus. Nyatanya hanya memanfaatkan ku. Menyuruhku kesana kemari seperti tukang ojek. Menyuruhku mengerjakan tugas sekolahnya. Dan hasilnya apa? bahkan dia tak pernah menganggap kita pernah punya hubungan? apakah ini tidak keterlaluan?.

"Selamat hari kemanusian. Semoga harimu menyenangkan." Seseorang menyerahkan bunga mawar kuning dengan sebatang coklat kepadaku.

Apanya yang hari kemanusiaan. para wanita itu bahkan tak memperlakukanku seperti manusia. Aku melengos menerima hadiah dari seseorang tersebut.

"Figthing!" Sebuah kartu ucapan yang tertulis di bungkus coklat itu.

"Ehh tunggu." Aku memanggil seseorang yang memberiku bunga tadi. Tapi dia tetap tak menoleh. Sambil terus membagikan bunganya

*****

Deo pov

Elang, Dito dan Reno sudah tertawa tawa melihatku yang berjalan gontai menuju kelas. Kurasa mereka sudah tau yang terjadi. Dasar mereka tertawa diatas penderitaanku

"Wah makan makan ni." Dito paling semangat diantara yang lain. Walaupun tubuhnya kurus perut dito memang seperti gentong. Makan saja yang dia tau.

" Halah udah kaya Dilan ditinggal Milea aja lu. sok sok an galau." Reno si mulut nyinyir tak mau kalah.

Sementara Elang yang memang paling pendiam diantara kami hanya senyum senyum saja tak berniat menimpali dua manusia purba yang terus mengoceh ini.

"Apa gue dulu di kehidupan sebelumnya penghianat negara ya? kok kisah cinta gue sial amet." Aku bergumam sendiri.

"Nah makanya itu, ayo kita rayakan putus nya elu dengan makan makan dikantin. Kalo nunggu lo anniversary baru makan makan ngak bakal kejadian. Ngoahahaha" Dito tertawa sampai mengalihkan perhatian seluruh penghuni kelas.

"Sialan lo to. Lu kira gue jones. Dari pada lu ngak pernah punya pacar. " Aku tak mau kalah.

" Emang si Nadine kenape lagi? bukanya lu berdua udah kaya Romeo Juliet? behhh sampai lautan lu kuras buat buktiin cinta ke si Nadine? " Reno berseloroh tiba tiba.

"Gue cuman di friendzone nin bro. Dia bilang kita ngak ada hubungan apa apa. Sadis ngak? kaya lagunya Afgan."

Tawa mereka malah makin meledak setelah mendengar pengakuan ku. Dasar sahabat tak berguna mereka.

"Alah lu juga ngak cinta cinta amet ama si Nadine. Ngak sebesar cinta lu ke Stef kan? yang bikin lu nangis nangis dibawah ujan kaya pilem India" Dito kembali dengan candaanya.

Iya Dito bener. Rasa sakit hati ini ngak sebesar saat Sthef hianati gue. Atau saat Wilda pergi tanpa alasan. Bisa dibilang patah hati sama Nadine cuman patah hati level 1. Alias ngak kerasa. Tapi untuk menghindari sakit hati lebih dalam gue harus memutuskan sesuatu yang besar dalam hidup gue.

"Gue mau jadi fakboi!" Ucap ku spontan pada tiga manusia yang didepanku.

Bukan dukungan yang kudapat malah mereka semakin terpingkal.

"Punya satu cewek aja lu keteteran. Sok sok an mau jadi fakboi lu." Reno menoyor kepalaku.

"Gue serius ni. Menurut gue selama ini gue disakiti. Ya karna gue terlalu baik. Jadi gue bakal ngubah diri gue" ucap ku serius.

" Masih terlalu dini ngak si kita mikirin cinta. Kita baru kelas XI. Mending kita fokus belajar. Nilai lu bukanya makin turun Dey? " Elang kali ini memberi argumen.

"Noh dengerin orang bijak ngasih argumen." Reno menimpali omongan Elang.

"Lagian Muka lempeng gini mana bisa jadi fakboi." Kudengar Dito masih tertawa tertawa tak meyakini perkataanku.

Tapi aku tak peduli kali ini aku sudah memutuskan. Keputusanku sudah bulat. Aku akan jadi fakboi. Aku akan menyakiti hati para wanita. Aku hanya tak perlu mencintai siapun.

*****

Aqila Pov. 

Aku melihatnya menangis lagi. sama seperti sebelumnya. Kenapa pria baik itu selalu disakiti? wajahnya bahkan terlalu lucu untuk disakiti.

"Selamat hari kemanusiaan" Aku sengaja memberikanya bunga kuning. Lengkap dengan coklat.

"Fighting" Kuharap dia tetap bersemangat dengan hidupnya. Dan akan menemukan seseorang yang tulus.

Harapan terbesarku apapun yang terjadi. Dia harus tetap jadi pria baik. Sama seperti sebelumnya. Meski banyak hal yang menyakitinya tapi dia tetap jadi pria baik.

Apapun nanti yang terjadi di masa depan. Kuharap dunia tak menghilangkan orang orang baik. Atau mengubahnya menjadi jahat.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status